Karang Taruna merupakan organisasi pemuda yang ada di Desa Inpres Pulau Sebesi. Sekarang kegiatan Karang Taruna Pulau Sebesi lebih banyak
bergerak di bidang olah raga. Organisasi pemuda di Pulau Sebesi yang bersifat non formal adalah Risma yang merupakan perkumpulan pemuda yang berbasis
masjid. Risma melakukan kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan hari-hari besar umat islam.
Rukun Nelayan Mina Bahari Pulau Sebesi merupakan organisasi nelayan yang ada di Pulau Sebesi. Organisasi nelayan merupakan bagian dari Himpunan
Nelayan Seluruh Indonesia HSNI dengan tujuan untuk menampung aspirasi anggota-anggotanya. Organisasi masyarakat yang mendukung kegiatan nelayan
adalah KOPTALANA, namun saat ini KOPTANALA belum berjalan aktif.
Organisasi masyarakat Pulau Sebesi yang berikutnya adalah Sikam Salamban dan Sikam Muahi adalah organisasi sosial yang beranggotakan
beberapa keluarga guna menghimpun dana untuk digunakan oleh anggota keluarga yang tertimpa musibah, seperti sakit dan meninggal dunia. Dana yang
terkumpul tersebut juga digunakan untuk keperluan hajatan keluarga dari anggota- anggota Sikam Salamban dan Sikam Muahi. Karang taruna juga merupakan salah
satu bentuk organisasi masyarakat yang aktif dalam bidang olah raga.
4.6 Kedaan Umum DPL Pulau Sebesi
Daerah Perlindungan Laut DPL merupakan kawasan laut yang ditetapkan dan diatur sebagai daerah “larang ambil”, secara permanen tertutup bagi berbagai
aktivitas pemanfaatan yang bersifat ekstraktif pengambilan. DPL yang berbasis masyarakat adalah DPL yang dikelola oleh masyarakat setempat dengan
dukungan pemerintah daerah selama proses perencanaan dan pelaksanaan operasional pengelolaan. Pengembangan model DPL di Pulau Sebesi merupakan
salah satu implementasi pengelolaan pesisir secara terpadu yang merupakan program percontohan yang dilaksanakan di Teluk Lampung.
Berdasarkan Profil Sumberdaya pulau sebesi Saat ini habitat Mangrove di Pulau Sebesi hanya ada di satu lokasi yaitu antara Dusun Regahan Lada dengan
luas sekitar 1 ha. Secara umum hampir seluruh Pulau Sebesi dikelilingi oleh terumbu karang. Terumbu karang dapat ditemukan sampai kedalaman 10 meter
dari permukaan air laut. Luas daerah terumbu karang di Pulau Sebesi dan Pulau Umang adalah 58.98 ha. Tutupan karang hidup seluas 31.64 ha, sedang sisanya
27.34 ha berupa karang mati seperti pecahan karang rubbles. Tutupan karang hidup di Pulau Sebesi dapat ditemukan sampai 90.
Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http:www.software602.com
Pengembangan model Daerah Perlindungan Laut merupakan salah satu pelaksanaan pengelolaan sumberdaya wilayah pesisir Lampung seperti yang
ditunjukkan dalam dokumen Rencana Strategis Pengelolaan Wilayah Pesisir Lampung Pemda Lampung 2000. Pengembangan model Daerah Perlindungan
Laut ini dilakukan untuk memberikan contoh tentang penanganan kerusakan habitat wilayah pesisir, terutama terumbu karang.
Pemilihan lokasi dan penentuan zonasi DPL terlebih dahulu dilakukan monitoring terumbu karang, kegiatan ini diikuti oleh perwakilan dari masyarakat
dan pemerintahan desa. Hasil survei disosialisasikan di masing-masing wilayah kemudian menentukan lokasi DPL. Setiap dusun memiliki satu DPL untuk dijaga
oleh masyarakatnya dan keputusan lokasi dirapatkan di setiap dusun.
Zonasi yang ada pada DPL merupakan suatu bentuk rekayasa tehnik pemanfaatan ruang melalui penetapan batas-batas fungsional sesuai dengan
potensi sumberdaya dan daya dukung serta proses-proses ekologis yang berlangsung sebagai satu-kesatuan ekosisitem. Kawasan DPL Pulau Sebesi terdiri
dari tiga zona diantaranya: i Zona inti, ii zona penyangga dan zona pemanfaatan.
Zona ini dibangun oleh masyarakat dampingan proyek pesisir PKSPL IPB, Setiap kawasan terdiri dari zona inti, zona penyangga dan zona pemanfaatan.
a. Zona inti meruapakan daerah yang diduga memiliki terumbu karang dan sumberdaya ikan yang baik menurut persepsi masyarakat
b. Zona penyangga adalah daerah yang terletak 50 meter dari zona inti c. Zona pemanfaatan adalah zona yeng terletak 50 meter dari zona penyangga.
Zonasi DPLPS ditampilkan pada Gambar 6a dan 6b.
Gambar 3 Zonasi Daerah Perlindungan Laut Pulau Sebesi di empat lokasi yang Mewakili
a b
Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http:www.software602.com
5. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Kondisi Parameter Kualitas Perairan Pulau Sebesi
Pengukuran parameter kualitas air dibagi menjadi empat titik stasiun pada lokasi penelitian, dimana stasiun satu di DPL 4 Kayu duri, stasiun dua di DPL 3
Pulau Umang, Stasiun tiga di DPL 2 Gosong Sawo dan stasiun empat berada di DPL 1 Sianas.
Pengukuran parameter kualitas perairan merupakan faktor penting bagi pertumbuhan atau perkembangan serta distribusi organisme perairan tersebut.
Adanya perubahan kualitas yang ekstrim dapat mempengaruhi penyebaran, pertumbuhan organisme dan berkurang kepadatannya. Beberapa parameter
kualitas perairan penting yang di ukur adalah suhu permukaan, salinitas permukaan, kecerahan dan kecepatan arus Tabel 10
Tabel 1 Parameter kualitas perairan setiap stasiun pengamatan
DPL Stasiun Salinitas ‰
Kecepatan Arus
mdet Suhu
o
C Kedalaman
m Kecerahan
1 4
31.2 0.133
29.5 3
100 10
84.5 2
3 32.0
0.132 29.3
3 100
10 87
3 2
30.0 0.134
29.3 3
100 10
84.6 4
1 32.7
0.132 29.6
3 100
10 86.4
Penelitian dilakukan pada bulan Juli 2010, dimana di Pulau Sebesi masuk kondisi musim timur yang merupakan musim kemarau yang panas dan kondisi
angin tenang dan laut tidak bergelombang. Dari parameter suhu yang terukur pada seluruh stasiun pengamatan rata-rata berkisar 29.3
o
C-29.6
o
C. Pelletier et al. 2005 mengatakan bahwa perkembangan terumbu karang yang paling optimal
terjadi di perairan yang rata- rata suhu tahunannya 23
o
C-25
o
C dan dapat mentolerir suhu sampai kira – kira 36
o
C-40
o
C. Dari hasil pengamatan diketahui bahwa kisaran suhu yang didapat merupakan suhu yang cukup baik untuk
pembentukan terumbu karang.
Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http:www.software602.com