ramah  lingkungan,  tetapi  belum  mengetahui  dengan  jelas  tentang  jenis  sanksi, apakah berupa denda atau hukuman yang lainnya.
Konflik dan kerjasama juga merupakan pola-pola perilaku yang dihasilkan dari perikalu-perilaku individu, tidak ada konflik yang berarti dalam pengelolaan
DPL,  namun  ada  beberapa  kondisi  yang  menimbulkan  potensi  konflik  salah satunya  yaitu  kurangnya  koordinasi  antara  HSNI  dan  pihak  pengelola  DPL.
Berdasarkan hasil wawancara dengan pihak pengelola, dalam hal Pendanaan yang mendukung  keberlanjutan  DPL hanya  berlangsung  5  tahun  setelah  dibentuknya
DPL Pulau  Sebesi  sekitar  tahun  2006,  dan  2007  hingga  sekarang  tidak  ada masukan dari pihak lain.
c. Aturan Representatif
Bagi  anggota  masyarakat  Pulau  Sebesi  bebas  melakukan  kegiatan penangkapan ikan, di sekitar Daerah Perlindungann Laut dengan memperhatikan
alat tangkapnya berupa  alat tangkap  tradisional sehingga sumberdaya  yang ada tetap dapat terjaga di sertai dengan pengelolaan yang baik oleh pihak pengelola.
Peraturan dalam kaitan perlindungan sumberdaya adalah peraturan informal yang  berarti  peraturan  di  buat  dan  dipatuhi  oleh  masyarakat  itu  sendiri.  Kajian
aturan  reperesentatif  didalam  kawasan  DPL  berbasis  masayarakat  Pulau  Sebesi dapat dilihat pada Tabel 19.
Berdasarkan analisis kelembagaan terhadap berbagai situasi sebagai sumber interdepennsi  dan  struktur  kelembagaan  Batas  yuridiksi,  Property  right  dan
aturan  representatif  dari  pengelolaan  DPL  berbasis  masyarakat  Pulau  Sebesi maka telah menyebabkan performance sebagai berikut:
1. Potensi konflik antar lembaga yang ada
Adanya  saling  ketidak  percayaan  antar  lembaga  nelayan  dan  lembaga pengelola menjadikan mereka saling tidak adanya keterikatan satu sama lain,
menghadirkan sikap ketidak perdulian satu sama lain antar lembaga.
2. Kawasan DPL yang terancam adanya tindakan destruktif Kondisi  ini  disebabkan  oleh  lemahnya  status  lindung  DPL,  akibat  biaya
penegakan  status  kawasan  lindung  yang  tinggi.  Jarangnya  pengwasan  serta tidak adanya pelampung sebagai tanda adanya DPL dan tanda batas permanen
di  setiap  zona  oleh masyarakat  nelayan  yang  umumnya    berasal  dari  luar Pulau sebesi bertindak destruktif di kawasan DPL tanpa sepengetahuan pihak
Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http:www.software602.com
Tabel  10 Aturan  representative  di  dalam  kawasan  DPL  Pulau  Sebesi  mengacu pada kepdes Tejang tahun 2002.
Aturan Representatif
Uraian
Apa yang tidak dapat dilakukan
atau dilarang Semua  bentuk  kegiatan  yang  dapat  mengakibatkan  perusakan
lingkungan  dilarang  dilakukan  di  daerah  pesisir  dan  laut  yang sudah disepakati dan ditetapkan bersama untuk dilindungi Zona
Inti dan Zona Penyangga 1. Hal-hal yang tidak dapat dilakukandilarang dalam zona inti:
a. Melintasimelewatimenyebrangi Daerah Perlindungan Laut kecuali darurat
b. Memancingmenangkap ikan dengan segala jenis alat tangkap
d. Mengambil biota hewan dan tumbuhan yang hidup ataupun mati
e. Menarik ikan dengan sengaja menggunakan lampu di sekitar Daerah Perlindungan Laut pada malam hari
Membuang jangkar di sekitar Daerah Perlindungan Laut f.
Memelihara rumput laut dan ikan karang disekitar Daerah Perlindungan Laut
g. Menempatkan bagan di sekitar Daerah Perlindungan Laut
h. Membuang sampah disekitar Daerah Perlindungan Laut i.
Melakukan penambangan di Daerah Perlindungan Laut 2. Hal-hal  yang  tidak  dapat  dilakukandilarang  dalam  zona
penyangga sebagai berikut: a. Menangkap ikan dengan segala jenis alat tangkap
kecuali pancing dan panah b. Mengambil biota hewan dan tumbuhan yang hidup
ataupun mati kecuali ikan c. Menarik ikan dengan sengaja menggunakan lampu pada
malam hari d. Memelihara rumput laut dan ikan karang
e. Membuang sampah f. Melakukan penambangan
Pengambilan keputusan serta
tugas dan kewajiban
masayarakat pengelola
Tugas dan tanggung jawab masyarakat pengelola 1. Badan Pengelola yang dibentuk bertugas membuat
perencanaan pengelolaan Daerah Perlindungan Laut yang disetujui oleh masyarakat.
2. Badan Pengelola bertanggung jawab dalam perencanaan lingkungan hidup  untuk pengelolaan Daerah Perlindungan
Laut yang berkelanjutan. 3. Badan Pengelola yang dibentuk bertugas untuk mengatur,
menjaga pelestarian dan pemanfaatan Daerah yang dilindungi untuk kepentingan masyarakat.
4. Badan Pengelola berhak melakukan penangkapan terhadap pelaku yang terbukti melanggar ketentuan dalam keputusan
ini. 5. Badan Pengelola berhak melaksanakan pengamanan atas
barang dan atau alat-alat yang dipergunakan sesuai ketentuam yang berlaku dalam keputusan ini
Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http:www.software602.com
3. Kondisi sosial ekonomi yang tidak mendukung keberlanjutan Pola  kelembagaan  yang  belum  maksimal  tidak  menjadikan  kondisi  sosial
ekonomi  masyarakat  lebih  baik.  Pulau  sebesi  masih  tetap  menjadi  pulau yang di huni oleh SDM yang masih terbelakang.
Kondisi perekonomian masyarakat nelayan yang tidak menentu, sementara
pendapatan  nelayan  hanya  bergantung  dari  hasil  tangkapan  melaut. Masyarakat Pulau  sebesi  juga  mulai  melakukan  penangkapan  ikan  pada  zona  inti  dan  zona
penyangga, walaupun dengan peralatan tradisional tapi karena intensitasnya dalam jangka panjang akan memberikan tekanan terhadap terumbu karang.
Performance yang buruk dari pengelolaan DPL selama ini disebabkan oleh struktur  kelembagaan  yang  lemah  dan  kurang  memperhatikan  berbagai  situasi
sebagai  sember  interdependensi. Perubahan  dalam  suatu  institusi  akan  dapat menghasilkan performance yang berbeda apabila dalam perubahan tersebut dapat
mengendalikan sumber interdependensi antar individu Schmid and Allen 1987. Adanya  struktur  kelembagaan  batas  yuridiksi,  property  right, dan  aturan
representasi merupakan faktor terpenting dalam pemecahan masalah pengelolaan, karena di dalamnya terkait bagaimana ketimpangan kepentingan dipecahkan dan
apa  akibatnya  bagi  performance.  Performance  yang  baik  dari  kelembagaan pengelolaan  DPL  Pulau  Sebesi  yaitu  keberlanjutan  ekologi  peningkatan
persentase tutupan karang, keberlanjutan sosial ekonomi partisipasi masyarakat serta peningkatan  pendapatan  nelayan  dan  kelembagaan  adanya  pengelolaan
yang baik sesuai dengan harapan
5.6 Analisis Keberlanjutan Pengelolaan Kawasan Daerah Perlindungan Laut Pulau Sebsesi