8
menemukan bahwa toleransi organisme karang terhadap salinitas berkisar antara 27- 42‰.
Cahaya dan Kedalaman merupakan Kedua faktor yang berperan penting untuk kelangsungan proses fotosintesis oleh zooxantellae yang terdapat di jaringan karang.
Terumbu  yang  dibangun  karang  hermatipik  dapat  hidup di  perairan  dengan kedalaman maksimal 50-70 meter, dan umumnya berkembang di kedalaman 25 meter
atau kurang. Titik kompensasi untuk karang hermatipik berkembang menjadi terumbu adalah  pada  kedalaman  dengan  intensitas  cahaya  15-20  dari  intensitas  di
permukaan Claudet 2006.
Ekosistem terumbu karang mempunyai manfaat yang bermacam-macam, yakni rumah  bagi  lebih dari  25 dari  semua  spesies  ikan  laut  yang  diketahui sehingga
terumbu  karang  memiliki  keanekaragaman  jenis  biota  sangat  tinggi  dan  sangat produktif, dengan bentuk dan warna yang beraneka ragam, sehingga dapat dijadikan
sebagai sumber bahan makanan dan daerah tujuan wisata Pelletier et al  2005.
Terumbu  karang  diidentifikasikan  sebagai  salah  satu  komponen  utama  yang sangat  penting  sebagai  penunjang  berbagai  macam  kehidupan  dalam  produksi
makanan,  kesehatan  dan  berbagai  aspek  dari  kehidupan  manusia  dan  juga  dalam pembangunan yang berkelanjuatan Claudet 2006.
2.2 Ikan Karang
Ikan karang merupakan  jenis ikan  yang habitat umumnya pada karang hidup, karang mati, pecahan karang dan karang lunak.  Brokovich et al 2006. Keberadaan
ikan-ikan karang ini sangat dipengaruhi oleh kondisi kesehatan terumbu karang yang ditunjukkan  dengan  persentase  tutupan  karang  hidup  McClanahan  and  Graham
2005.
Beberapa bentuk pertumbuhan karang yang beragam seperti bercabang, pipih, meja, daun, padat memungkinkan adanya celah atau ruang. Celah dan ruang yang ada
inilah yang dijadikan habitat serta tempat yang nyaman untuk melakukan pemijahan, pengasuhan  dan  mencari  makan,  maupun  tempat  bersembunyi  oleh  ikan  demersal
maupun ikan pelagis yang mempunyai nilai pasar carr et al. 2002.
Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http:www.software602.com
9
McClanahan  and  Graham  2005  menuturkan  umumnya  ikan  habitatnya menetap pada daerah terumbu karang, jarang ikan-ikan tersebut keluar untuk mencari
makan  ataupun  berlindung  di  daerah  lain.  Batas  wilayah  tersebut  didasarkan  pada pasokan makanan, keberadaan predator, daerah tempat hidup, dan derah pemijahan.
Ikan karang terbagi kedalam 3 tiga kelompok yaitu: 1 ikan target adalah ikan-ikan yang  lebih  dikenal  oleh  nelayan  sebagai  ikan  konsumsi  seperti  famili  Lutjanidae,
Serranidae, Haemulidae; 2 kelompok jenis ikan indikator yaitu ikan yang digunakan sebagai indikator kondisi kesuburan terumbu karangn misalnya chaetodontidae.
2.3 Daerah Perlindungan Laut Berbasis Masyarakat
Pengelolaan lingkungan laut terkait dengan interaksi sosial, yang mana dalam pengambilan  keputusan  agar  sesuai  dengan  tujuan  yang  di  harapkan  tak  lepas  dari
beberapa  faktor  utama  yaitu  kondisi  ekologi,  sosial  ekonomi  dan  kelembagaan Douvere. 2008,  Pemeroy  dan  Fanny.  2008  .  Partisipasi  aktif  satakeholder dalam
kelembagaan merupakan bagian dari keberhasilan suatu pengelolaan lingkungan laut Pemeroy  dan  Fanny.  2008.  Daerah  Perlindungan  Laut  Berbasis  Masyarakat
merupakan  kawasan  pesisisir  dan  laut  yang  dapat  meliputi  terumbu  karang,  hutan mangrove, lamun dan habitat lainnya secara sendiri atau bersama-sama yang dipilih
dan  ditetapkan  untuk  ditutup  secara  permanen  dari  kegiatan  perikanan  dan pengambilan  biota  laut,  dan  pengelolaannya  yang  dilakukan  secara  bersama  antara
pemerintah,  masyarakat  dan  pihak  lain,  dalam  merencanakan,  memantau,  dan mengevaluasi pengelolaannya Tulungen et al. 2003
Pengelolaan  sumberdaya  kelautan  berbasis  masyarakat  merupakan  salah  satu strategi  pengelolaan  yang  dapat  meningkatkan  efisiensi  dan  keadilan  dalam
pemanfaatan  dan  pengelolaan  sumberdaya  alam.  Selain  itu  strategi  ini  dapat membawa efek positif secara ekologi dan dan sosial. Pengelolaan sumberdaya alam
khususnya sumberdaya kelautan berbasis komunitas lokal sangatlah tepat diterapkan di indonesia, selain dikarenakan efeknya yang positif juga mengingat komunitas lokal
di Indonesia memiliki keterikatan yang kuat dengan daerahnya sehingga pengelolaan yang dilakukan akan diusahakan demi kebaikan daerahnya Charles et al. 2009.
Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http:www.software602.com
10
Mengingat  pentingnya  sumber  daya  laut  untuk  manusia, maka  semakin bertambah  jumlah  penduduk,  maka  akan  semakin  meningkatkan  kebutuhan  akan
sumberdaya Strub et al. 2011. Dengan meningkatnya kebutuhan akan sumberdaya maka  akan  memberikan  tekanan-tekanan  terhadap  sumberdaya,  setiap  faktor  yang
mempengaruhi  ekosistem  sumberdaya  juga  mempengaruhi sosial  dan  ekonomi masyarakat, dengan demikian setiap pengguna sumberdaya di perlukan pemahaman
yang baik agar dapat memanfaatkan sumberdaya yang berkelanjutan Alpizar 2006.
Daerah perlindungan berbasis masyarakat merupakan pendekatan dalam upaya untuk  mengakomodasi  kepentingan  masyarakat  lokal  akan  kebutuhan  dimasa
sekarang  hingga  masa  akan  datang  dengan  mengutamakan aspirasi  mereka, menjadikan mereka berpartisipasi  aktif  dalam  pengelolaan  sumber  daya  lokal,  dan
meningkatkan kesehjatraan ekonomi Vodouhe  et al. 2010
Pemberdayaan  masyarakat  diartikan  sebagai  suatu  upaya  yang  dimaksudkan untuk memfasilitasimendorong membantu agar masyarakat pesisir dan pulau-pulau
kecil  mampu  menentukan  yang  terbaik  bagi  mereka  dalam  memanfaatkan  dan mengelola  sumber  daya pesisir  dan  pulau-pulau  kecil.  Partisipasi  ini  tidak  hanya
sekedar  mendukung  program-program  pemerintah,  tetapi  sebagai  kerjasama  antara masyarakat  dan  pemerintah  dalam  merencanakan,  melaksanakan,  melestarikan  dan
mengembangkan  program-program  pembangunan,  khususnya  di  lahan  wilayah pesisir Iskandar 2001. Pelibatan masyarakat dalam pengembangan dan pengelolaan
daerah  perlindungan  laut  merupakan  langkah  strategis  dan  tepat,  selain  karena pertimbangan  di  atas,  juga  mengingat  begitu  banyak  dan  luas  pulau-pulau  kecil  di
propinsi  Lampung  yang  sulit  diawasi  oleh  aparat,  karena  ketebatasan  personil  dan peralatan Pemda Lampung 2000.
Daerah  perlindungan  laut  berbasis  masyarakat  sekaligus  menumbuhkan kesadaran  masyarakat  akan  arti  perlindungan  sumber  daya  laut  yang  sangat  berarti
bagi kehidupan masyarakat saat ini dan generasi yang akan datang. Tanpa peran serta masyarakat  dalam  setiap  kebijakan  pemerintah,  tujuan  ditetapkannya  kebijakan
tersebut sulit dicapai Charles et al. 2009.
Konsep  pemberdayaan  masyarakat  dalam  pengelolaan  dan  pengembangan daerah  perlindungan  laut  ini  searah  dengan  konsep  otonomi  daerah  dewasa  ini.
Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http:www.software602.com
11
Desentralisasi  dengan  perwujudan  otonomi  daerah  merupakan  wahana  yang  sangat menjanjikan  untuk  mencapai  partisipasi  masyarakat  yang  akan  menghasilkan
pengelolaan dan pengembangan DPL yang efektif Dahuri 2003. Menurut UU No. 322004,  Indonesia  telah  meninggalkan  paradigma  pengelolaan  sumberdaya  alam
yang  telah  berlangsung  selama  50  tahun  belakangan  ini  dan  melangkah  pada  suatu paradigma  baru,  yaitu  desentralisasi  pengelolaan  sumber  daya  laut  berbasis
masyarakat  setempat  yang  berhubungan  langsung  dengan  sumber  laut  tersebut. Otonomi  daerah  dalam  hal  ini  mengubah  infrastruktur  institusi  bagi  pengelolaan
sumberdaya  kelautan  dan  dalam  kasus  tertentu  membentuk  basis  institusi  bagi pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya kelautan yang partisipatif Dahuri 2003.
Glaser  2010  menguraikan  adanya  pengelolaan  DPL berbasis  masyarakat dengan  keragaman  ekosistem  sumber  daya  yang  dikelolanya,  agar  menjadi  efektif
maka  dilakukan  pengelolaan secara adaptif.  Dalam  rangka  mencapai  stabilitas  dan kemampuan  beradaptasi,  unsur-unsur  lokal  yang  membentuk inti  adaptif  perlu
diidentifikasi dan dievaluasi secara spesifik.
2.4 Kelembagaan