3. Kondisi sosial ekonomi yang tidak mendukung keberlanjutan Pola  kelembagaan  yang  belum  maksimal  tidak  menjadikan  kondisi  sosial
ekonomi  masyarakat  lebih  baik.  Pulau  sebesi  masih  tetap  menjadi  pulau yang di huni oleh SDM yang masih terbelakang.
Kondisi perekonomian masyarakat nelayan yang tidak menentu, sementara
pendapatan  nelayan  hanya  bergantung  dari  hasil  tangkapan  melaut. Masyarakat Pulau  sebesi  juga  mulai  melakukan  penangkapan  ikan  pada  zona  inti  dan  zona
penyangga, walaupun dengan peralatan tradisional tapi karena intensitasnya dalam jangka panjang akan memberikan tekanan terhadap terumbu karang.
Performance yang buruk dari pengelolaan DPL selama ini disebabkan oleh struktur  kelembagaan  yang  lemah  dan  kurang  memperhatikan  berbagai  situasi
sebagai  sember  interdependensi. Perubahan  dalam  suatu  institusi  akan  dapat menghasilkan performance yang berbeda apabila dalam perubahan tersebut dapat
mengendalikan sumber interdependensi antar individu Schmid and Allen 1987. Adanya  struktur  kelembagaan  batas  yuridiksi,  property  right, dan  aturan
representasi merupakan faktor terpenting dalam pemecahan masalah pengelolaan, karena di dalamnya terkait bagaimana ketimpangan kepentingan dipecahkan dan
apa  akibatnya  bagi  performance.  Performance  yang  baik  dari  kelembagaan pengelolaan  DPL  Pulau  Sebesi  yaitu  keberlanjutan  ekologi  peningkatan
persentase tutupan karang, keberlanjutan sosial ekonomi partisipasi masyarakat serta peningkatan  pendapatan  nelayan  dan  kelembagaan  adanya  pengelolaan
yang baik sesuai dengan harapan
5.6 Analisis Keberlanjutan Pengelolaan Kawasan Daerah Perlindungan Laut Pulau Sebsesi
5.6.1  Penyusunan  Indikator  dan  Nilai  Batas  Kritis  Crritical  thershold ValueCTV
Penggunaan  indikator  keberlanjutan  pengelolaan  DPL  Pulau  Sebesi  pada penelitian  ini  menggunakan  kriteria  indikator  terbatas  yang  diperkirakan  dapat
menggambarkan  kebelanjutan  pengelolaan  DPL  Pulau  Sebesi  yaitu  kriteria ekologi, sosial ekonomi dan kelembagaan tersaji pada tabel sebagai berikut:
Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http:www.software602.com
Tabel  11 Nilai  Ambang  Batas  Kritis  Crritical  thershold  ValueCTV setiap atribut keberlanjutan pengelolaan DPL 1, DPL 2, DPL 3 dan DPL 4
Pulau Sebesi
Indikator Antribut
Berkelanjutan Cukup
Berkelanjutan Tidak
Berkelanjutan Hasil
3 2
1 DPL
1 DPL
2 DPL
3 DPL
4 Ekologi
Turupan Karang 67-100
34-66 0-33
58 33
18 19
Ikan target 67-100
34-66 0-33
27 59
27 63
Ikan Mayor 67-100
34-66 0-33
57 27
57 34
Ikan Indikator 67-100
34-66 0-33
16 14
16 3
Sosial ekonomi
Persepsi 67-100
34-66 0-33
81 Partisipasi
67-100 34-66
0-33 38
Pendapatan 67-100
34-66 0-33
1200000 Kelembagaan
Keberadaan kelompok
Pengelola 67-100
34-66 0-33
44 Pemahaman
67-100 34-66
0-33 67
Tidak pelanggaran
67-100 34-66
0-33 42
Konflik 67-100
34-66 0-33
50 Pendanaan
67-100 34-66
0-33
5.6.2 Analisis  Keberlanjutan  Pengelolaan  Dpl  Pulau  Sebesi  Dengan  Flag Modelling
Pentingnya  DPL    sebagai  penopang  keberlanjutan  pengelolaan  ekosistem terumbu karang sebagai salah satu pendukung ekonomi lokal. indikator ekologi,
sosial  ekonomi  dan  kelembagaan  merupakan  kunci  dasar  dari  penentuan  skala keberlanjutan pengelolaan DPL Pulau Sebesi. dimana penentuan kriterianya dapat
dilihat pada bab terdahulu.
Gambar 7 Keberlanjutan kriteria ekologi, sosial ekonomi dan kelembagaan
Ekologi
Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http:www.software602.com
Berdasarkan  analisis  kriteria  keberlanjutan  pengeloaan  menggunakan permodelan bendera dengan menghitung frekuensi bendera berdasarkan  ambang
batas kritis Crritical thershold ValueCTV ditunjukkan pada Gambar 15. Hasil  pengatamatan  dilapangan  dan  hasil  analisis  tingkat  keberlanjutan
setiap  atribut  Berdasarkan  gambar  di  atas  terlihat  bahwa  DPL  1  terlihat  atribut yang tidak berkelanjutan adalah tutupan terumbu karang sebesar 18, persentase
ikan target 27 dan ikan indikator 16. DPL 3 Atribut yang menunjukkan tidak berkelanjutan adalah ikan mayor dan ikan indikator masing-masing sebesar 27
dan 14. Pada DPL 3 atribut yang tidak berkelanjutan yaitu ikan target 63, ikan indikator  34,  ikan  mayor  3.  Atribut  yang  tidak  berkelanjutan  pada  DPL  4
adalah  ikan  mayor  dan  ikan  indikator  sebesar  27  dan  14.  Indikataor keberlanjutan sosial ekonomi bila dilihat dari hasil analisis pada gambar 15 atribut
terpilih  menunjukkan  keberlanjutannya  hanya  satu  atribut  yang  cukup berkelanjutan  yaitu  partisipasi  masyarakat  terhadap  pengelolaan  DPL  pulau
Sebesi sebesar 38. Pada indikator kelembagaan atribut yang menunjukkan tidak adanya keberlanjutan yaitu pendanaan, hasil wawancara dengan pihak pengelola
bahwa  DPL  Pualau  sebesi  menerima  pendanaan  terkahir  pada  tahun  2006,  dari tahun  2007  hingga  sekarang  tidak  ada masukan  pendanaan  dari  manapun.  Pada
gambar  16  menunjukkan  secara  umum  DPL  pulau  Sebesi  menunjukkan  cukup keberlanjutan  dan hanya DPL 3 dan DPL 2 menunjukkan ketidak berlanjutannya
dengan nilai atribut terkecil.
Gambar 8 Keberlanjutan pengelolaan daerah perlindungan laut Pulau Sebesi
Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http:www.software602.com
5.7    Strategi  Kebijakan  Pengelolaan  DPL  Berdasarkan  Analisis  Flag modelling dan Analisis Kelembagaan
Struktur  kelembagaan  yang  baik  akan  menghasilkan  performance  baik yang  tentunya  menjadi  harapan  bagi  semua  stakeholder. Berdasarkan  analisis
kelembagaan  yang  telah  di  uraikan  diatas  adanya  Perbaikan  dan  penguatan struktur  kelembagaan  dalam  pengeloaan  DPL  Pulau  Sebesi  dengan
memperhatikan  sumber interdependensi  agar  menghasilkan  performance  yang lebih  baik. Memperbaiki  struktur  kelembagaan  misalnya  terkait batas  yuridiksi
dan  aturan  representasi,  diperkuat  dengan hasil  analisis  bendera  diatas keberlanjutan pengelolaan daerah perlindungan laut hasilnya menunjukkan adanya
ketidakberlanjutan dalam beberapa atribut. Penentuan keberhasilan atau kegagalan pengelolaan  sumberdaya  pesisir  berbasis  masyarakat  di  suatu  wilayah  tidak
dengan  mudah  otomatis  diterapkan  di  wilayah  lain.  Kondisi  ekologi  di  dua wilayah yang sama persis, namun karena perbedaan karakter masyarakatnya maka
pengelolaan sumberdaya pesisir berbasis masyarakat akan berbeda pula. Sehingga keberhasilan DPL berbasis masyarkat tidak dapat diterapkan secara langsung ke
daerah  lain,  semuanya  bergantung  perbedaan  kondisi  ekologi,  karakter masyarakat,  dan  sosial  budaya.  Strategi  pengelolaan  yang  diajukan  dalam
penelitian ini dibagi berdasarkan kriteria yang atributnya tidak berkelanjutan yaitu kebijakan ekologi, kebijakan sosial ekonomi, dan kebijakan kelembagaan.
5.7.1  Kebijakan Ekologi