58
adalah menggunakan model inkuiri terbimbing guided inquiry untuk mengukur dan mengembangkan keterampilan siswa melalui tes keterampilan proses sians.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Lutfi Eko Wahyudi, Z.A. Imam Supardi, dengan melatihkan keterampilan proses sains KPS dengan
menggunakan model inkuiri terbimbing dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
4
Hal ini sesuai dengan data tabel 4.5 diperoleh nilai rata-rata hasil belajar siswa sebesar 77,19 dan data pada tabel 4.6, yang menunjukkan bahwa kategori siswa
kelompok atas sebesar 17,24, kelompok sedang sebesar 58,62, kelompok bawah sebesar 24,14. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar siswa
memiliki nilai yang baik. Berdsarakan pembahasan di atas, Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui keterampilan proses sains siswa yang berkembang dalam pembelajaran konsep kalor dengan model inkuiri terbimbing.
Untuk itu, keterampilan ini perlu diberikan kepada siswa agar keterampilan dasar siswa
berkembang dan siswa dapat berfikir efektif. Pembelajaran ini juga diharapkan siswa dapat menemukan pengetahuan berupa konsep, prinsip maupun terori dan
dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
C. Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan penelitian yang ditemukan pada penelitian ini adalah: a. Pelaksanaan percobaan tidak diobservasi perindividu karena keterbatasan
observer. b. Selama proses observasi ternyata muncul aspek lain yaitu aspek
menggunakan alatbahan. c. Waktu yang diberikan oleh guru kepada peneliti.
4
Lutfi Eko Wahyudi dan Z.A. Imam Supardi, Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Pada Pokok Bahasan Kalor Untuk Melatihkan Keterampilan Proses Sains Terhadap
Hasil Belajar Di Sman 1 Sumenep, Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika. Vol 02 No 02 Tahun 2013, h. 62.
59
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat ditarik suatu kesimpulan sebagai berikut:
1. Berdasarkan hasil lembar observasi aspek keterampilan proses sains yang terukur paling tinggi dalam pembelajaran konsep kalor dengan model inkuiri
terbimbing adalah aspek mengamati observasi dengan nilai persentase rata-
rata sebesar 87,50. 2. Berdasarkan hasil lembar observasi aspek keterampilan proses sains yang
terukur paling rendah dalam pembelajaran konsep kalor dengan model inkuiri terbimbing adalah aspek merencanakan percobaan dengan nilai persentase
rata-rata sebesar 69,44. 3. Rata-rata keterampilan proses sains siswa yang terukur berdasarkan lembar
observasi sebesar 79,17 sedangkan rata-rata hasil tes uraian KPS siswa sebesar 77,19.
B. Implikasi
Implikasi yang menjadi upaya peningkatan dan perbaikan pada penelitian ini adalah:
1. Penggunaan tes keterampilan proses sains ini seharusnya lebih dapat mengembangkan keterampilan siswa dan dapat dijadikan bekal untuk
kehidupan nantinya. 2. Keterampilan proses sains dapat melatih keterampilan berpikir siswa yang
efektif karena siswa dilatih untuk menemukan konsep dibandingkan menghafal konsep.