Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

4

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan dalm latar belakang masalah, terdapat beberapa masalah yang dapat diidentifikasi antara lain: 1. Secara umum pembelajaran fisika di sekolah masih menekankan pada hasil sedangkan proses seringkali diabaikan. 2. Kegiatan belajar mengajar fisika relatif masih menekankan pada aspek hafalan bukan aspek proses. 3. Siswa memiliki keterampilan-keterampilan mendasar, namun guru belum mengembangkan keterampilan-keterampilan siswa.

C. Pembatasan Masalah

Agar masalah yang diteliti tidak terlalu meluas, maka penulis membatasi masalah yang akan diteliti yaitu sebagai berikut: 1. Tes keterampilan proses sains yang digunakan dalam penelitian ini menurut Nuryani Y. Rustaman yang meliputi mengamati observasi, menafsirkan interpretasi, mengajukan pertanyaan, berhipotesis, merencanakan percobaan, dan berkomunikasi. 2. Model inkuiri terbimbing yang digunakan dalam penelitian ini menurut Eggen Kauchak adalah menyajikan pertanyaan atau masalah, membuat hipotesis, merancang percobaan, melaksanakan percobaan, mengumpulkan dan menganalisis data serta membuat kesimpulan.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah dan batasan masalah, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: “Bagaimana deskripsi penggunaan tes keterampilan proses sains siswa dalam pembelajaran konsep kalor dengan model inkuiri terbimbing? ”. Rumusan masalah di atas, secara operasional dapat dijabarkan ke dalam pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Aspek keterampilan proses sains apakah yang terukur paling tinggi dalam pembelajaran konsep kalor dengan model inkuiri terbimbing? 5 2. Aspek keterampilan proses sains apakah yang terukur paling rendah dalam pembelajaran konsep kalor dengan model inkuiri terbimbing? 3. Bagaimana rata-rata keterampilan proses siswa yang terukur setelah pembelajaran konsep kalor dengan model inkuiri terbimbing?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini dilakukan untuk mengetahui efektivitas penggunaan tes keterampilan proses sains siswa secara deskriptif dalam pembelajaran konsep kalor dengan model inkuiri terbimbing. Secara spesifik tujuan dalam penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui aspek keterampilan proses sains apakah yang terukur paling tinggi dalam pembelajaran konsep kalor dengan model inkuiri terbimbing. 2. Untuk mengetahui aspek keterampilan proses sains apakah yang terukur paling rendah dalam pembelajaran konsep kalor dengan model inkuiri terbimbing. 3. Untuk mengetahui aspek rata-rata keterampilan proses siwa yang terukur setelah pembelajaran konsep kalor dengan model inkuiri terbimbing.

F. Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sejumlah manfaat. Adapun manfaat penelitian ini antara lain: 1. Dapat meningkatkan keterampilan proses sains siswa yang dimilikinya melalui model inkuiri terbimbing. 2. Dapat meningkatkan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran fisika melalui penilaian sistematis dan berorientasi pada keterampilan berpikir. 3. Dapat memberikan masukan pada guru tentang pengembangan instrumen penilaian yang berorientasi keterampilan berpikir khususnya yang berorientasi pada pengembangan keterampilan proses sains. 6

BAB II DESKRIPSI TEORITIS DAN KERANGKA PIKIR

A. Deskripsi Teoretis

1. Tes

a. Pengertian Tes

Tes berasal dari bahasa latin “testum” yang berarti sebuah piring yang digunakan untuk memilih logam mulia dari benda-benda lain. Dalam perkembangannya, istilah tes diadopsi dalam psikologi dan pendidikan. 1 Secara umum tes diartikan sebagai alat yang dugunakan untuk mengukur pengetahuan atau penguasaan obyek ukur terhadap seperangkat konten atau materi tertentu. Menurut Sudijono, tes adalah alat atau prosedur yang dipergunakan dalam rangka pengukuran dan penilaian. Tes juga dapat diartikan sebagai alat pengukur yang mempunyai standar objektif, sehingga dapat dipergunakan secara meluas, serta betul-betul dapat digunakan untuk mengukur dan membandingkan psikis atau tingkah laku individu. Menurut Bruce, tes digunakan untuk mengukur banyaknya pengetahuan yang diperoleh individu dari suatu bahan pelajaran yang terbatas pada tingkat tertentu. Oleh karena itu, tes merupakan alat ukur yang banyak digunakan dalam dunia pendidikan. Hal ini dikarenakan umumnya orang masih memandang bahwa indikator keberhasilan seseorang mengikuti pendidikan dilihat dari seberapa banyak orang menguasai materi yang telah dipelajari dalam suatu jenjang pendidikan tertentu. 2 Menurut Norman, mengemukakan bahwa tes merupakan salah satu prosedur evaluasi yang komperhensif, sistematik, dan objektif yang hasilnya dapat dijadikan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan dalam proses pengajaran 1 Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, Bandung: PT Remaja Rosdakarya,2009, h.2. 2 Djaali dan Pujdi Muljono, Pengukuran dalam Bidang Pendidikan, Jakarta: Universitas Negeri Jakarta, 2004, h. 8. 7 yang dilakukan oleh guru. 3 Berdasarkan beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa tes memiliki peranan sangat penting dalam dunia pendidikan.

b. Fungsi Tes

Secara umum ada beberapa fungsi tes di dalam dunia pendidikan, yaitu: 4 1 Alat untuk mengukur prestasi belajar siswa Hal ini dimaksudkan untuk mengukur tingkat perkembangan atau kemajuan yang telah dicapai siswa setelah menempuh proses belajar-mengajar dalam jangka waktu tertentu. Dalam kaitan ini, tes berfungsi sebagai alat untuk mengukur keberhasilan program pengajaran. Sebagai alat untuk mengukur keberhasilan program pengajaran, tes berfungsi untuk seberapa jauh program pengajaran yang telah ditentukan dapat tercapai dan seberapa banyak yang belum tercapai serta menentukan langkah apa yang perlu dilakukan untuk mencapainya. 2 Berfungsi sebagai motivator pembelajaran Hampir semua ahli teori pembelajaran menekankan pentingnya umpan balik yang berupa nilai untuk meningkatkan intensitas kegiatan belajar. Thorndike mengemukakan bahwa siswa akan belajar lebih giat dan berusaha lebih keras apabila mereka mengetahui bahwa diakhir program yang sedang ditempuh akan ada tes untuk mengetahui nilai dan prestasi mereka. Menurut Ebel, tes kadang- kadang dianggap sebagai motivator ekstrinsik. Fungsi ini dapat optimal apabila nilai hasil tes yang diperoleh siswa betul-betul obyektif dan sahih, baik secara internal maupun eksternal yang dapat dirasakan langsung oleh siswa yang diberi nilai melalui tes. 3 Upaya perbaikan kualitas pembelajaran Dalam rangka perbaikan kualitas pembelajaran ada tiga jenis tes, yaitu tes penempatan, tes diagnostik, dan tes formatif. Tes yang dilaksanakan untuk keperluan penempatan bertujuan agar setipa siswa yang mengikuti kegiatan pembelajaran di kelas atau pada jenjang pendidikan tertentu dapat mengikuti kegiatan pembelajaran secara efektif karena sesuai dengan bakat dan 3 Ibid., h. 9. 4 Ibid.