34
proses sains yang muncul atau terkemuka yakni memanipulasi 17.20, perhitungan 14,20, menalar 13,60, mengamati 12,00 dan
berkomunikasi 11,40. Hasil penelitian juga menunjukkan tingkat persentase yang tinggi dari dasar urutan bawah keterampilan proses sains
62.80 dibandingkan dengan yang terintegrasi orde tinggi keterampilan proses sains 37.20. Hasil juga menunjukkan bahwa jumlah keterampilan
proses dasar secara signifikan lebih tinggi dari keterampilan proses terintegrasi dalam Ujian praktis SMA Afrika Barat fisika di Nigeria..
35
f Peggy Bricckman , dkk., 2009, yang berjudul “Effects of Inquiry-Based
Learning on Student’ Science Skills and Confidence”. Masalah dalam
peneltian ini adalah cara pembelajaran yang masih memakai cara tradisional sehingga kemampuan atau keterampilan siswa tidak berkembang. Oleh
karena itu pembelajaran menggunakan “inquiry-based learning” untuk meningkatkan pendidikan dan keterampilan. Berdasarkan dari penelitian ini
siswa memperoleh kepercayaan diri dalam kemampuan ilmiah, dibandingkan siswa yang menggunakan pembelajaran tradisional.
36
B. Kerangka Berpikir
Secara umum, pembelajaran fisika di sekolah lebih menekankan aspek produk sedangkan aspek prosesnya diabaikan. Siswa memperoleh pengetahuan
berupa konsep, fakta atau prinsip berdasarkan informasi yang didapat dari guru. Siswa tidak dibiasakan untuk menemukan pengetahuannya sendiri. Sehingga
pengetahuan tersebut hanya bersifat hafalan belaka bukan didasarkan pada aspek proses siswa. Padahal untuk menemukan konsep, fakta atau prinsip diperlukan
suatu keterampilan proses. Guru harus mengukur dan mengembangkan keterampilan proses sains
yang siswa dengan menggunakana tes keterampilan proses sains. Keterampilan ini merupakan keterampilan atau kemampuan mendasar yang miliki oleh setiap
35
Akinyemi Olufunminiyi Akinbobola dan Folashade Afolabi, Analysis of Science Process Skills in West African Senior Secondary School Certificate Physics Practical Examinations in
Nigeria, American-Eurasian Journal of Scientific Research, 2010, pp. 234.
36
Peggy Bricckman, dkk, Effects Of Inquiry- Based Learning On Student’ Science Skills
And Confidence, International Journal for the Scholarship of Teaching and Learning, 2009, pp. 1.
35
siswa. Dengan kegiatan pembelajaran ini, diharapkan dapat melatih siswa memiliki keterampilan berpikir berdasarkan pengetahuan sains yang dimilikinya.
Keterampilan berpikir siswa akan efektif jika keterampilan proses sains siswa dikembangkan karena keterampilan proses sains ini melibatkan keterampilan
kognitif atau intelektul, manual dan sosial.
37
Berkaitan dengan persoalan di atas, untuk menggunakan tes keterampilann proses sains ini perlu adanya suatu pembelajaran yang melibatkan keaktifan
siswa. Salah satu pembelajaran yang dimaksud ialah model inkuiri terbimbing guided inquiry yang merupakan aplikasi dari pembelajaran kontruktivisme.
Pembelajaran ini akan lebih bermakna jika siswa diberi kesempatan untuk menemukan fakta-fakta, membangun konsep-konsep, teori-teori maupun prinsip
yang dilihat dari lingkungan dengan bimbingan guru sehingga muncul sikap ilmiah pada diri siswa. Model inkuiri terbimbing guided inquiry dapat dirancang
penggunaannya. Kerangka berpikir dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 2.7.
37
Nuryani Y Rustaman, op.cit., h. 95
36
Gambar 2.7 Bagan Kerangka Berpikir
Pembelajaran fisika di sekolah lebih menekankan aspek produk sedangkan aspek prosesnya diabaikan..
Siswa tidak dilatih untuk menemukan konsep, fakta, atau prinsip pada pembelajaran fisika
Pengetahuan siswa hanya bersifat hafalan bukan diadasarkan pada pengalaman belajar siswa.
Keterampilan berpikir siswa akan efektif jika keterampilan proses siswa dikembangkan.
keterampilan proses sains dikembangkan maka siswa akan membentuk konsep sendiri
Keterampilan proses sains KPS siswa kurang berkembang
Pembelajaran menggunakan model inkuiri terbimbing guided inquiry
Keterampilan siswa berkembang Tes keterampilan proses sains KPS dapat
mengembangkan keterampilan siswa
36
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di MAN 2 kota Serang pada semester ganjil tahun ajaran 20152016. Pengambilan data dilakukan pada bulan Agustus 2015.
B. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif yaitu suatu penelitian yang diupayakan untuk mengamati permasalahan secara sistematis dan
akurat mengenai fakta dan sifat objek tertentu. Metode ini berusaha menggambarkan dan menginterpretasikan apa yang ada atau mengenai kondisi
atau hubungan yang ada, pendapat yang sedang berkembang, proses yang sedang berlangsung, akibat atau efek yang terjadi, atau kecenderungan yang tengah
berkembang.
1
Peneliti mendeskripsikan data apa adanya dan menjelaskan analisis data secara kuantitatif hasil tes yang diberikan kepada siswa. Oleh karena itu,
penelitian ini berorientasi pada penggunaan tes yang proses penggunaannya dideskripsikan secara teliti.
C. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X.5 MIA di MAN 2 Serang pada semester ganjil tahun ajaran 20152016 yang berjumlah 32 siswa sebagai
kelas yang akan diterapkan instrumen penilaian keterampilan proses sains pada konsep kalor.
D. Prosedur Penelitian
Agar semua dapat diperoleh dengan baik, ada beberapa tahapan yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut:
1
Mahmud, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung, Pustaka Setia, 2011, h.100.