membimbing dan mengawasi kehidupan remaja, bersikap simpatik terhadap perilaku remaja yang normal.
34
g. Masa remaja sebagai usia yang tidak realistik Remaja cenderung memandang kahidupan melalui kaca
berwarna merah jambu. Ia melihat dirinya sendiri dan orang lain sebagaimana yang ia inginkan dan bukan sebagaimana adanya
terlebih dalam hal cita-cita. Cita-cita yang tidak realistik ini menyebabkan meningginya emsoi yang merupakan ciri dari
awal masa remaja, semakin tidak realistik cita-citanya semakin ia menjadi marah.
h. Masa remaja sebagai ambang masa dewasa Dengan semakin mendekatnya usia kematangan yang sah
para remaja menjadi gelisah untuk meninggalkan stereotip belasan tahun dan untuk memberikan kesan bahwa mereka
sudah hampir dewasa, oleh karena itu remaja mulai memusatkan diri pada perilaku yang dihubungkan dengan status dewasa.
35
Masa remaja merupakan masa transisi atau peralihan dari masa anak menuju masa dewasa. Pada masa ini individu mengalami berbagai
perubahan, baik fisik maupun psikis. Perubahan yang tampak jelas adalah perubahan fisik, dimana tumbuh berkembang pesat sehingga mencapai
bentuk tubuh orang dewasa yang disertai pula dengan berkembangnya kapasitas reproduktif. Selain itu remaja juga berubah secara kognitif dan
mulai mampu berpikir abstrak seperti orang dewasa. Pada periode ini pula remaja mulai melepaskan diri secara emosional dari orang tua dalam
rangka menjalankan peran sosialnya yang baru sebagai orang dewasa. Selain perubahan yang terjadi dalam diri remaja, terdapat pula
terhadap lingkungan seperti sikap orang tua atau anggota keluarga lain, guru, teman sebaya, maupun masyarakat pada umumnya. Kondisi ini
34
Ibid.,
35
Ibid., h. 209.
merupakan reaksi terhadap pertumbuhan remaja. Remaja dituntut untuk mampu menampilkan tingkah laku yang dianggap pantas atau sesuai bagi
orang-orang seusianya. Adanya perubahan baik didalam mapun diluar dirinya itu membuat kebutuhan remaja semakin meningkat terutama
kebutuhan sosial dan kebutuhan sosiologisnya. Untuk memenuhhi kebutuhan tersebut remaja memperluas lingkungan sosialnya diluar
lingkungan keluarga, seperti lingkungan teman sebaya dan lingkungan masyarakat lain.
Anak-anak yang berusia 12 atau 13 tahun sampai dengan 19 tahun sedang berada dalam pertumbuhan yang mengalami masa remaja. masa
remaja termasuk masa yang sangat menentukan karena pada masa ini anak-anak mengalami banyak perubahan kejiwaan menimbulkan
kebingungan dikalangan remaja sehingga masa ini disebut oleh orang barat sebagai periode strum and drang. Sebabnya karena mereka
mengalami penuh gejolak emosi dan tekanan jiwa sehingga mudah menyimpang dari aturan dan norma-norma sosial yang berlaku
dikalangan masyarakat dengan kata lain kenakalan remaja.
36
3. Pengertian Kenakalan Remaja
Istilah baku tentang kenakalan remaja dalam konsep psikologi adalah Juvenile delinquency. Secara etimologis dapat dijabarkan bahwa
Juvenile berarti anak, sedangkan delinquency berarti kejahatan. Dengan demikian, pengertian secara etimologis adalah kejahatan anak. Jika
menyangkut subjekpelaku, maka Juvenile delinquency menjadi anak penjahat atau anak jahat.
Delinquency itu selalu mempunyai konotasi serangan, pelanggaran, kejahatan dan keganasan yang dilakukan oleh anak-anak dibawah usia 22
tahun.
37
36
Zulkifli L, Psikologi Perkembangan, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009, h. 63.
37
Kartini Kartono, Patalogi Sosial II: Kenakalan Remaja, Jakarta: Rajawali, 1992, h. 7.
Dr. Fuad Hasan dalam Simanjuntak mengatakan bahwa: delinquency adalah perbuatan anti sosial yang dilakukan oleh anak
remaja yang bilamana dilakukan orang dewasa dikualifikasikan sebagai tindak kejahatan.
38
Pengertian secara etimologis telah mengalami pergeseran, akan tetapi hanya menyangkut aktifitasnya, yakni istilah kejahatan
delinquency menjadi kenakalan. Dalam perkembangan selanjutnya pengertian subyekpelakunya pun mengalami pergeseran. Ada beberapa
ahli dalam bidangJuvenile delinquency memberikan definisi diantaranya psikolog Drs. Bimo Walgito merumuskan arti selengkap nya dari
“Juvenile delinquency” yakni: Tiap perbuatan yang bila dilakukan oleh orang dewasa, maka perbuatan itu merupakan kejahatan, jadi perbuatan
yang melawan hukum yang dilakukan oleh anak, khususnya anak remaja. Menurut Drs. B. Simanjuntak, S.H. dalam Sudarsono pengertian
“Juvenil delinquency” ialah: Suatu perbuatan itu disebut delinquent apabila perbuatan-perbuatan tersebut bertentangan dengan norma-norma
yang ada dalam masyarakat dimana ia hidup, suatu perbuatan yang anti sosial dimana didalamnya terkandung unsur-unsur anti normatif.
39
Istilah yang sering terdengar dan lazim dipergunakan dalam media massa adalah kenakalan remaja atau sering juga dipergunakan istilah
kejahatan anak.istilah kenakalan remaja sering disalah tafsirkan dengan kenakalan yang tertuang dalam pasal 489 KUHP.
40
M. Gold dan J. Petronio dalam sarlito menyatakan kenakalan anak adalah tindakan oleh seseorang yang belum dewasa yang sengaja
melanggar hukum yang diketahui oleh anak itu sendiri bahwa jika perbuatannya itu sempat diketahui oleh petugas hukum ia bisa kena
hukuman.
41
38
B. Simanjuntak, Latar Belakang Kenakalan Remaja, Bandung: Alumni, 1979, h. 59.
39
Sudarsono, Etika Islam Tentang Kenakalan Remaja, Jakarta: Rineka Cipta, 1991, h. 5.
40
Paulus Hadisuprapto, Delinquensi Anak, Malang: Bayumedia Publihsing, 2008, h.15.
41
Sarlito, W. Sarwono, Psikologi Remaja, Jakarta: Rajawali, 1991, h. 196.
Kartono, ilmuwan sosiologi dalam jurnal Tangkudung “Kenakalan Remaja atau dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah
juvenile delinquency merupakan gejala patologis sosial pada remaja yang disebabkan oleh satu bentuk pengabaian sosial. Akibatnya, mereka
mengembangkan bentuk perilaku yang menyimpang”.
42
Sedangkan istilah kenakalan remaja juvenile delinquency mengacu pada suatu rentang yang luas, dari tingkah laku yang tidak
dapat diterima secara sosial misalnya bersikap berlebihan di sekolah sampai pelanggaran status seperti melarikan diri hingga tindak kriminal
misalnya pencurian.
43
Kenakalan remaja merupakan suatu tindakan yang disebabkan oleh faktor sosial. Penyebab sosiologis memiliki pengertian bahwa kenakalan
remaja adalah sebuah tindakan yang tidak timbul sendiri dalam diri individu tetapi ada faktor eksternal yang menyebabkan remaja jatuh
dalam perbuatan tersebut.
44
Berdasarkan pengertian diatas, dalam pengertian yang lebih luas juvenile
delinquency atau
kenakalan remaja
ialah perbuatankejahatanpelanggaran yang dilakukan oleh anak remaja yang
bersifat melawan hukum, anti sosial, anti susila, dan menyalahi norma- norma agama.
4. Jenis-Jenis Kenakalan Remaja
Kenakalan remaja dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu menurut aspek hukum dan menurut bentuknya.
a. Menurut aspek hukum
42
J.P.M Tangkudung, ”Peranan Komunikasi Keluarga dalam Mencegah Kenakalan Remaja
di Kelurahan Malalayang I Kecamatan Malalayang ”, Journal Vol 3, 2014.
43
John W. Santrock, Adolescence, Jakarta: Erlangga, 2003. h. 519.
44
Mariam Sondakh , “Peranan Komunikasi Keluarga dalam Mengatasi Kenakalan Remaja
di Kabupaten Miinahasa”. Jurnal Acta Duirna,Vol 3, 2014, h.3.
Singgih D. Gumarso meninjau kenakalan remaja ini dari segi hukum, yang kemudian digolongkan dalam dua kelompok
dengan norma-norma hukum. 1 Kenakalan yang bersifat amoral dan sosial, serta tidak
disebutkan dalam undang-undang, sehingga tidak dapat atau sulit digolongkan sebagai pelanggaran hukum.
2 Kenakalan yang bersifat melanggar hukum dengan
penyelesaian sesuai undang-undang dan hukum yang berlaku sama seperti perbuatan melanggar hukum bila dilakukan
orang dewasa.
45
b. Menurut Bentuknya Menurut bentuknya, Sunarwati S. Membagi kenakalan
remaja kedalam iga tingkatan, yaitu: 1 Kenakalan biasa, seperti suka berkelahi, keluyuran, membolos
sekolah, pergi dari rumah tanpa pamit, dan sebagainya. 2 Kenakalan yang menjurus pada pelanggaran dan kejahatan,
seperti mengendarai mobil tanpa SIM, mengambil barang orang tua tanpa izin atau mencuri, dan sebagainya.
3 Kenakalan khusus, seperti penyalahgunaan narkotika, hubungan seks diluar nikah, pemerkosaan, dan lain-lain.
46
5. Faktor-faktor Terjadinya Kenakalan Remaja Juvenile Delinquency
E. Simanjuntak menyebutkan sebab-sebab terjadinya kenakalan
remaja sebagai berikut:
a. Faktor Intern 1 Cacat keturunan yang bersifat biologis-psikis
2 Pembawaan yang negatf, yang mengarah pada perbuatan akal 3 Ketidakseimbangan
pemenuhan kebutuhan
pokok dengan
keinginan. Hal ini menimbulkan frustasi dan ketegangan.
45
Jamal Ma’mur Asmani, Kiat Mengatasi Kenakalan Remaja di Sekolah, Jogjakarta : Bukubiru, 2012, h. 97.
46
Ibid.,