Komunitas juga berperan serta dalam munculnya kenakalan. Masyarakat dengan tingkat kriminalitas yang tinggi
memungkinkan remaja mengamati berbagai model yang dilakukan aktifitas kriminal dan memperolah hasil atau penghargaan atas
aktifitas kriminal mereka. Masyarakat seperti ini sering kali ditandai dengan kamiskinan, pengangguran, dan perasaan tersisih
dari kaum kelas menengah. Kualitas sekolah, pendanaan pendidikan, dam lingkungan yang terorganisir adalah faktor-faktor
lain dalam masyarakat yang juga berhubungan dengan kenakalan.
50
6. Teori-teori Faktor Penyebab Kenakalan Remaja
a. Teori Biologi Tingkah laku atau delinquen pada anak-anak dan remaja
dapat muncul karena faktor fisiologis dan struktur jasmaniah yang dibawa sejak lahir. Kejadian ini berlangsung:
1 Melalui atau plasma pembawa sifat dalam keturunan, atau melalui kombinasi gen dapat juga disebabkan oleh tidak
adanya gen tertentu, yang semuanya bisa memunculkan penyimpangan tingkah laku, dan anak-anak menjadi
delinkuan secara potensial 2 Melalui pewarisan tipe-tipe kecenderungan yang luar biasa
abnormal, sehingga membuahkan tingkah laku delinkuen. 3 Melalui pewarisan kelemahan konstitusional jasmaniah
tertentu yang menimbulakan tingkah laku delinquen atau sisiopatik.
51
b. Teori Psikogenis Teori ini menekankan sebab-sebab tingkah laku delinquen
anak-anak dan remaja dari aspek psokologis atau isi kejiwaan.
50
Ibid., h. 525.
51
Kartini Kartono, Kenakalan Remaja, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2010, h. 26.
Antara lain faktor inteligensi, ciri kepribadian, motivasi, sikap- sikap yang salah, fantasi, rasionalisasi, intrenalisasi diri yang
keliru, konflik batin, emosi yang kontroversial, kecenderungan psikopatologis dan lain-lain.
Argumen sentral teori ini ialah sebagai berikut : delinkuen merupakan “bentuk penyesuaian” atau “kompensasi dari masalah
psikologis dan konflik batin dalam stimuli eksternalatau sosial dan pola-pola hidup keluarga yang patologis. 90 dari jumlah anak
delinkuen berasal dari keluarga berantakan broken home.
52
c. Teori Sosiogenis Para sosiolog berpendapat penyebab tingakh laku delinquen
pada anak-anak remaja ini adalah murni sosiologis atau sosial psokologis sifatnya. Misalnya seperti pengaruh struktur sosial yang
deviatif, tekanan kelompok, peranan sosial, status sosial atau oleh internalisasi simbolis yang keliru. Maka faktor-faktor kultural dan
sosial itu sangat mempengaruhi, bahkan mendominasi struktur lembaga-lembaga sosial dan peranan sosial setiap individu di tenan
masyarakat, status kelompoknya partisipasi sosial dan pendefinisian diri atau konsep dirinya.
Healy dan Bronner banyak mendalami sebab-sebab sosiogenis kemunculan delinkuen anak. Sarjana ilmu sosial dari
universitas chicago ini sangat terkesan oleh kekuatan kultural dan disorganisasi sosial dikota-kota yang berkembang pesat, dan
membuahkan banyak tingkah laku delinkuen pada anak-anak remaja serta pola kriminal pada orang dewasa. Mereka
menyatakan, frekeunsi delinkuensi anak remaja itu lebih tinggi dari frekuensi kejahatan orang dewasa dikota-kota besar.
53
d. Teori Subkultur Delinquensi
52
Ibid.,
53
Ibid., h. 29.
Tiga teori yang terdahulu biologis, psikogenis dan sosiogenis sangat popupler sampai tahun 1950-an. Sejak 1950 ke
atas banyak perhatian pada aktifitas-aktifitas gang yang terorganisir dengan subkultur-subkulturnya. Adapun sebabnya
adalah: 1 Bertambahnya dengan cepat jumlah kejahatan, dan
meningaktnya kualitas kekerasan serta kekejaman yang dilakukan oleh anak-anak remaja yang memiliki subkultur
delinquen. 2 Meningkatnya jumlah kriminalitas mengakibatkan sangat
besarnya kerugian dan kerusakan secara universal, terutama terdapat di negara-negara industri yang sudah maju,
disebabkan oleh meluasnya kejahatan anak-anak remaja. “Kultur” atau “kebudayaan” dalam hal ini menyangkut suatu
kumpulan nilai dan norma yang menuntut bentuk tingkah laku respnsif sendiri yang khas pada anggota-anggota kelompok.
Sedang istilah “sub” mengindikasikan bahwa bentuk “budaya” tadi bisa muncul di tengah suatu sistem yang lebih inklusif sifatnya.
Menurut teori subkultural ini, sumber juvenile delinquency ialah: sifat-sifat suatu struktur sosial dengan pola budaya yang
khas dari lingkungan familial, tetangga dan masyarakat yang dialami oleh para remaja delinkuen tersebut.
54
7. Penanggulangan Kenakalan Remaja
Pada penanggulangan kenakalan remaja maka masyarakat dan pemerintah dipaksa untuk melakukan tindak-tindak penanggulangan
preventif, penanggulangan represif dan penanggulangan secara kuratif.
a. Tindakan preventif Tindakan preventif adalah usaha pencegahan terhadap masalah
kenakalan remaja disini diartikan: segala daya upaya untuk
54
Ibid., h. 32.
mencegah terjadinya kenakalan remaja, mempersempit ruang geraknya, mengurangi dan memperkecil pengaruhnya terhadap
orang lain ataupun terhadap aspek-aspek kehidupan yang lain.
55
Tindakan preventif ini merupakan pencegahan terhadap perilaku penyimpang. Pada dasarnya tindakan preventif ini merupakan
suatu pencegahan sebelum seseorang melakukan perbuatan menyimpang. Tindakan preventif yang dilakukan antara lain
berupa:
1. Meningkatkan kesejahteraan keluarga 2. Perbaikan lingkungan, yaitu daerah slum, kampung-
kampung miskin. 3. Mendirikan klinik bimbingan psikologis dan edukatif untuk
memperbaiki tingkah laku dan membantu remaja dari kesulitan mereka.
4. Menyediakan tempat rekreasi yang sehat bagi remaja. 5. Membangun badan kesejahteraan anak-anak.
6. Mengadakan panti asuhan. 7. Mengadakan lembaga repormatif untuk memberikan latihan
korektif, pengoreksian dan asistensi untuk hidup mandiri dan susila kepada anak-anak dan para remaja yang
membutuhkan. 8. Membuat badan supervisi dan pengontrol terhadap kegiatan
anak delinkuen, disertai proram yang korektif. 9. Mengadakan pengadilan anak.
10. Menyusun undang-undang
untuk pelanggaran
dan kejahatan yang dilakukan oleh anak dan remaja.
11. Mendirikan sekolah untuk anak miskin.
55
Pola Penanggulangan Kenakalan Remaja di Indonesia Jakarta: Badan Koordinasi Nasional untuk Kesejahteraan Keluarga dan Anak, 1972, h. 21.