Komdis adalah komisi yang bertugas untuk menegakkan kedisiplinan anak didik, sehingga mereka terbiasa dengan
budaya disiplin dalam hidup. Kedisiplinan dalam hal apapun waktu, pakaian, sopan, santun, dan moral memiliki peran
sangat penting dalam pembentukan karakter siswa. h. Kerja sama sekolah, orang tua dan lingkungan
Sebuah sekolah tidak akan pernah bisa melakukan proses pembelajaran dengan baik tanpa bantuan dari pihak-pihak lain,
sebab berbagai persoalan siap mendera, muali dari keanekaragaman karakter dan pribadi siswa, kurikulum
pendidikan yang berganti-ganti, hingga kenakalan remaja. Oleh sebab itu, kerja sama antara pihak sekolah dengan dengan
orang tua dan masyarakat termasuk aparat kepolisian merupakan hal yang sangat penting agar terwujud perbaikan
moralitas dan mentalitas anak didik secara sinergi.
21
i. Pembekalan aspek hukum Pembekalan aspek hukum formal juga perlu diagendakan
terkait upaya-upaya penanggulangan. Pembekalan aspek hukum ini patut untuk disampaikan dalam upaya memproteksi
remaja agar tidak melakukan segala tindakan melanggar hukum sehingga remaja bisa melindungi dirinya sendiri. Paling tidak,
para remaja akan berpikir dua kali sebelum melakukan tindakan melanggar hukum.
j. Menciptakan ruang kelas dan lingkungan sekolah yang menyenangkan
Ruang kelas dan sekolah yang ideal haruslah didesain secara kreatif dan dinamis, sehingga membuat anak didik betah
berlama-lama di dalam kelas. Mengingat remaja banyak menghabiskan waktunya dilingkungan ini. Konservatisme akan
21
Jamal Ma’mur, op.cit., h. 190.
membawa kebosanan, termasuk kebosanan di kelas yang pada gilirannya dapat menurunkan semangat belajar siswa.
22
B. Remaja dan Kenakalan Remaja 1. Pengertian Remaja
Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata Latin adolescere kata bendanya, adolescentia
yang berarti remaja yang berarti “tumbuh” atau “tumbuh menjadi dewasa.”
23
Perkembangan lebih lanjut istilah adolescence sesungguhnya memiliki arti yang luas, mencakup kematangan mental, emosional, sosial dan fisik.
Pandangan ini didukung oleh Piaget Hurlock, 1991 yang mengatakan bahwa secara psikologis, remaja adalah suatu usia dimana anak tidak merasa
bahwa dirinya berada dibawah tingkat orang yang lebih tua melainkan merasa sama, atau paling tidak sejajar. Memesuki masyarakat dewasa ini
mengandung banyak asfek efektif, lebih atau kurang dari usia pubertas.
24
Bila ditinjau dari segi perkembangan biologis, yang di maksud remaja adalah mereka yang berusia 12 sampai dengan 21 tahun. Usia 12 tahun
merupakan awal pubertas bagi seorang gadis, yang disebut remaja kalau mendapat menstruasi datang bulan yang pertama.
Remaja ditahap operasi formal dapat mengintegrasikan apa yang telah mereka pelajari dengan tantangan dimasa mendatang dan membuat rencana
untuk masa depan. Mereka juga sudah mampu berpikir secara sistematik, mampu berpikir dalam kerangka apa yang mungkin terjadi, bukan hanya apa
yang terjadi.
25
Menurut Papilia dan Olds dalam Yudrik Jahja, masa remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan dewasa pada
22
Jamal Ma’mur, op.cit., h. 193.
23
Elizabeth B. Hurlock. Psikologi Perkembangan, Jakarta: Erlangga, 1953, h. 206.
24
Muhammad Ali, dkk. Psikologi Remaja, Bandung: Bumi Aksara, 2011, h. 9.
25
Desmita, Psikologi Perkembangan Peserta Didik, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009, h. 107.
umumnya dimulai pada usia 12 atau 13 tahun dan berakhir pada usia akhir belasan tahun atau awal dua puluhan tahun.
26
Selain itu remaja adalah fase peralihan antara masa kanak-kanak dan masa tumbuh dewasa, baik secara fisik, akal, kejiwaan, sosial, dan
emosional. Pandangan ini diperku at oleh teori Piaget, “Secara Psikologis
masa remaja adalah usia saat individu berintergrasi dengan masyarakat dewasa, usia saat anak tidak merasa dibawah tingkat orang-orang yang lebih
tua, melainkan berada dalam tingkatan yang sama, sekurang-kurangnya dalam masalah hak.
27
Masa remaja juga dikenal dengan masa perkembangan menuju kematangan jasmani, seksualitas, pikiran dan emosional.
28
2. Ciri-ciri Masa Remaja
Masa remaja merupakan masa transisi atau peralihan dari masa anak-anak menuju masa dewasa.
29
Hurlock dalam bukunya yang berjudul psikologi perkembangan
menyebutkan ciri- ciri remaja yaitu sebagai berikut:
a. Masa remaja dianggap sebagai periode penting Pada periode remaja baik akibat langsung maupun akibat
jangka panjang tetap penting. Ada periode yang penting karena akibat perkembangan fisik dan psikologis yang kedua-
duanya sama-sama penting. Terutama pada awal masa remaja, perkembangan fisik yang cepat dan penting disertai dengan
cepatnya 15 perkembangan mental yang cepat pula dapat menimbulkan perlunya penyesuaian dan perlunya membentuk
sikap, nilai dan minat baru.
30
b. Masa remaja dianggap sebagai periode peralihan
26
Yudrik Jahja, Psikologi Perkembangan, Jakarta: Kencana, 2011, h. 220.
27
Jamal Ma’mur Asmani, Kiat Mengatasi Kenakalan Remaja di Sekolah, Jogjakarta: Bukubiru, 2012, h. 38.
28
Abdul Rojak, dan Wahdi Sayuti, Remaja dan Bahaya Narkoba, Jakarta: Prenada, 2006, h. 3.
29
Hendrianti Agustian, Psikologi Perkembangan, Bandung: Refika Aditama, 2006, h.28.
30
Elizabeth B. Hurlock. Psikologi Perkembangan, Jakarta: Erlangga, 1953, h.207
Bila anak-anak beralih dari masa anak-anak ke masa dewasa, anak-anak harus meninggalkan segala sesuatu yang
bersifat kekanak-kanakan dan juga harus mempelajari pola perilaku dan sikap baru untuk menggantikan perilaku dan sikap
yang sudah ditinggalkan. Osterrieth mengatakan bahwa struktur psikis anak remaja berasal dari masa kanak-kanak dan banyak
ciri yang umumnya dianggap sebagai ciri khas masa remaja sudah ada pada akhir masa kanak-kanak. Perubahan fisik yang
terjadi selama tahun awal masa remaja mempengaruhi tingkat perilaku individu dan mengakibatkan diadakannya penilaian
kembali penyesuaian nilai-nilai yang telah bergeser, pada masa ini remaja bukan lagi seorang anak dan bukan orang dewasa.
31
c. Masa remaja sebagai periode perubahan Tingkat perubahan dalam sikap dan perilaku selama
masa remaja sejajar dengan tingkat perubahan fisik. Selama awal masa remaja ketika perubahan fisik terjadi deng an pesat
perubahan perilaku dan sikap juga berlangsung pesat. Ada empat perubahan yang sama yang hampir bersifat universal, yaitu:
1 Meningginya emosi yang intensitasnya bergantung pada tingkat perubahan fisik dan psikologis yang terjadi.
2 Perubahan tubuh, minat dan peran yang diharapkan oleh kelompok sosial untuk dipesatkan menimbulkan
masalah baru. 3 Dengan berubahnya minat dan pola perilaku maka
nilai-nilai juga berubah, apa yang dianggap pada masa kanak-kanak penting setelah hampir dewasa tidak
penting lagi. 4 Sebagian besar remaja bersikap ambivalen terhadap setiap
perubahan, mereka menginginkan untuk menuntut kebebasan tetapi mereka sering takut dan meragukan
31
Ibid.,
kemampuan mereka untuk dapat mengatasi tanggung jawab tersebut.
32
d. Masa remaja sebagai usia bermasalah Masa remaja sering menjadi masalah yang sulit diatasi, baik
oleh anak laki-laki maupun anak perempuan. Terdapat dua alasan bagi kesulitan itu:
1 Sepanjang masa kanak-kanak masalah anak-anak sebagian diselesaikan oleh orang tua dan guru-guru
sehingga kebanyakan remaja tidak berpengalaman dalam menghadapi masalah.
2 Karena para remaja merasa diri mandiri sehingga mereka ingin mengatasi masalahnya sendiri dan menolak
bantuan.
33
e. Masa remaja sebagai masa mencari identitas Pada tahun-tahun awal masa remaja penyesuaian diri pada
kelompok masih tetap penting bagi anak laki-laki dan perempuan. Lambat laun mereka mulai mendambakan identitas
diri dan tidak puas lagi dngan menjadi sama dengan teman- teman dalam segala hal, seperti sebelumnya. Seperti yang
dijelaskan oleh Erickson: “ Identitas diri yang dicari remaja berupa usaha untuk menjelaskan siapa dirinya dan apa
peranannya dalam masyarakat”. f. Masa remaja sebagai usia yang menimbulakan ketakutan
Seperti ditunjukkan oleh majeres menunjukkan “Banyak anggapan popular tentang remaja yang mempunyai arti yang
bernilai, dan sayangnya banyak diantaranya yang bersifat negatif. Anggapan budaya bahwa remaja adalah anak-anak yang
tidak rapih, yang tidak dapat dipercaya dan cenderung berperilaku merusak menyebabkan orang dewasa yang harus
32
Ibid.,
33
Ibid., h. 208.