4. Peran Sekolah dalam Menanggulangi Kenakalan Remaja
Pada sekolah dan pendidikan, remaja-remaja menuntut program- program pendidikan yang futuristik, inspiratif, dan motivatif. Mereka
membutuhkan berbagai kegiatan positif untuk mengasah minat dan bakat terpendamnya. Jangan sampai remaja dibiarkan keluyuran tanpa ada
kegiatan positif, karena itu akan menjerumuskan mereka pada hal-hal negatif. Memberikan berbagai kegiatan positif menjadi kunci untuk
menghindarkan mereka dari kenakalan remaja. Kedisiplinan perlu digalakkan mendeteksi, mengindetifikasi,
mencari solusi, dan memberi sanksi bagi remaja yang melanggar. Sekolah harus bertindak keras, namun juga mampu mengayomi anak-
anak didiknya yang masih remaja. upaya ini tentu saja membutuhkan kejelian, ketelitian, dan ketekunan secra konsisten, mengingat kenakalan
remaja semakin memprihatinkan.
15
Disinilah pentingnya kerja sama antara dunia pendidikan dengan seluruh elemen bangsa ini mulai dari aparat penegak hukum, birokrasi,
media massa baik cetak maupun elektronik, organisasi sosial keagamaan, tokoh masyarakat, dan tentunya keluarga untuk melindungi remaja di
Indonesia dari berbagai penyimpangan. Upaya ini bertujuan untuk membekali mereka dengan berbagai keyakinan dan kepercayaan diri
yang tinggi dalam menyongsong masa depan. Dalam konteks organisasi pendidikan, disekolah remaja seharusnya
dapat berperan sebagai motor perubahan untuk mengantisipasi tantangan globalisasi yang terus bergerak dinamis dan progresif.
16
Menurut havighurs sekolah mempunyai peranan atau tanggung jawab penting dalam membantu para siswa mencapai tugas
perkembangannya. Sehubungan dengan hal ini, sekolah seyogianya berupaya untuk menciptakan iklim yang kondusif atau kondisi yang
15
Ibid., h. 258.
16
Ibid., h. 259.
dapat memfasilitasi siswa yang berusia remaja untuk mencapai perkembangannya.
17
Selain peran sekolah dalam menanggulangi kenakalan remaja, berikut kiat-kiat sukses lembaga pendidikan untuk menanggulangi kenakalan
remaja di sekolah. a. Keteladanan
Keteladanan yang baik dari kepala sekolah, guru, dan semua personel sekolah adalah suatu keniscayaan dalam upaya
pembangunan moral yang baik. Remaja adalah dunia imitasi sehingga apa yang dilihat dan disaksikan secara langsung
olehnya akan mempunyai efek yang besar terhadap perilakunya. Ia akan berusaha meniru secara bertahap-tahap
apa yang ia lihat dari orang-orang disekitarnya. b. Pendekatan agama yang mencerahkan
Agama adalah elemen penting yang mempunyai kekuatan mengubah. Namun tidak semua materi agama tidak membawa
perubahan. Hanya materi agama yang membawa pencerahan saja yang mampu merubah perilaku seseorang. Pendekatan
agama yang menitik beratkan kepada penghayatan, penyadaran, dan pergerakanlah yang mampu membangkitakn semangat
perubahan ke arah yang lebih baik.
18
c. Optimalisasi pendidikan moral dan budi pekerti Pendidikan agama akan mantap dengan optimalisasi
pendidikan moral dan budi pekerti. Pendidikan moral dan budi pekerti ini juga menjadi tujuan pendidikan agama. Namun, budi
pekerti ini bisa melibatkan aspek yang lebih luas, misalna peraturan pemerintah dan hukum adat. Agama yng
dikombinasikan dengan peraturan pemerintah dan hukum adat
17
Syamsu Yusuf, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010, h. 95.
18
Jamal Ma’mur, op.cit., h. 175.
akan menjadi kekuatan dasyat dalam melakukan perubahan struktural dan kultural.
d. Pendekatan psikologi yang humanis dan persuasif Kenakalan
remaja seyogianya
ditangani dengan
menggunakan pendekatan psikologi, bukannya pendekatan militeristiik,
karena salah-salah
malah memperpanjang
masalah. Pendekatan psikologi dilakukan secara humanis dan persuasif yang menyentuh problem personal remaja dan
bertujuan memberikan solusi terbaik dari berbagai masalah aktual yang dihadapi remaja.
19
e. Bimbingan dan konseling Disekolah, ada staf khusus yang menangani kenakalan
anak dan memberikan motivasi belajar yang tinggi. Staf itu adalah bimbingan dan konseling. Seyogianya, personel
bimbingan dan konseling ini dapat memaksimalkan tugasnya dalam melakukan penyuluhan, pengarahan, dan bimbingan
secara intensif. Pembaruan demi pembaruan juga perlu dilakukan agar pendekatannya bisa menarik produktif,
sehingga bisa
mengantisipasi setiap
persoalan yang
berkembang pada masa sekarang dan akan datang. f. Tata tertib sekolah
Tata tertib sekolah adalah keniscayaan. Namun, tata tertib ini harus dibuat untuk ditegakkan secara disiplin dan konsisten.
Menurut Prof. Drs. Agoes Soejanto, adanya peraturan- peraturan itu tiada lain untuk menjamin kehidupan yang tertib
dan tenang, sehingga kelangsungan hidup sosial itu dapat dicapai.
20
g. Komdis komisi disiplin
19
Jamal Ma’mur, op.cit., h. 180.
20
Jamal Ma’mur, op.cit., h. 186.
Komdis adalah komisi yang bertugas untuk menegakkan kedisiplinan anak didik, sehingga mereka terbiasa dengan
budaya disiplin dalam hidup. Kedisiplinan dalam hal apapun waktu, pakaian, sopan, santun, dan moral memiliki peran
sangat penting dalam pembentukan karakter siswa. h. Kerja sama sekolah, orang tua dan lingkungan
Sebuah sekolah tidak akan pernah bisa melakukan proses pembelajaran dengan baik tanpa bantuan dari pihak-pihak lain,
sebab berbagai persoalan siap mendera, muali dari keanekaragaman karakter dan pribadi siswa, kurikulum
pendidikan yang berganti-ganti, hingga kenakalan remaja. Oleh sebab itu, kerja sama antara pihak sekolah dengan dengan
orang tua dan masyarakat termasuk aparat kepolisian merupakan hal yang sangat penting agar terwujud perbaikan
moralitas dan mentalitas anak didik secara sinergi.
21
i. Pembekalan aspek hukum Pembekalan aspek hukum formal juga perlu diagendakan
terkait upaya-upaya penanggulangan. Pembekalan aspek hukum ini patut untuk disampaikan dalam upaya memproteksi
remaja agar tidak melakukan segala tindakan melanggar hukum sehingga remaja bisa melindungi dirinya sendiri. Paling tidak,
para remaja akan berpikir dua kali sebelum melakukan tindakan melanggar hukum.
j. Menciptakan ruang kelas dan lingkungan sekolah yang menyenangkan
Ruang kelas dan sekolah yang ideal haruslah didesain secara kreatif dan dinamis, sehingga membuat anak didik betah
berlama-lama di dalam kelas. Mengingat remaja banyak menghabiskan waktunya dilingkungan ini. Konservatisme akan
21
Jamal Ma’mur, op.cit., h. 190.