Singgih D. Gumarso meninjau kenakalan remaja ini dari segi hukum, yang kemudian digolongkan dalam dua kelompok
dengan norma-norma hukum. 1 Kenakalan yang bersifat amoral dan sosial, serta tidak
disebutkan dalam undang-undang, sehingga tidak dapat atau sulit digolongkan sebagai pelanggaran hukum.
2 Kenakalan yang bersifat melanggar hukum dengan
penyelesaian sesuai undang-undang dan hukum yang berlaku sama seperti perbuatan melanggar hukum bila dilakukan
orang dewasa.
45
b. Menurut Bentuknya Menurut bentuknya, Sunarwati S. Membagi kenakalan
remaja kedalam iga tingkatan, yaitu: 1 Kenakalan biasa, seperti suka berkelahi, keluyuran, membolos
sekolah, pergi dari rumah tanpa pamit, dan sebagainya. 2 Kenakalan yang menjurus pada pelanggaran dan kejahatan,
seperti mengendarai mobil tanpa SIM, mengambil barang orang tua tanpa izin atau mencuri, dan sebagainya.
3 Kenakalan khusus, seperti penyalahgunaan narkotika, hubungan seks diluar nikah, pemerkosaan, dan lain-lain.
46
5. Faktor-faktor Terjadinya Kenakalan Remaja Juvenile Delinquency
E. Simanjuntak menyebutkan sebab-sebab terjadinya kenakalan
remaja sebagai berikut:
a. Faktor Intern 1 Cacat keturunan yang bersifat biologis-psikis
2 Pembawaan yang negatf, yang mengarah pada perbuatan akal 3 Ketidakseimbangan
pemenuhan kebutuhan
pokok dengan
keinginan. Hal ini menimbulkan frustasi dan ketegangan.
45
Jamal Ma’mur Asmani, Kiat Mengatasi Kenakalan Remaja di Sekolah, Jogjakarta : Bukubiru, 2012, h. 97.
46
Ibid.,
4 Lemahnya kontrol diri serta presepsi sosial 5 Ketidakmampuan penyesuaian diri terhadap perubahan lingkungan
baik dan kreatif. 6 Tidak ada kegemaran, tidak memiliki hobbi yang sehat.
b. Faktor Ekstern 1 Rasa cinta dari orang tua dan lingkungan
2 Pendidikan yang kurang menanamkan bertingkah laku sesuai dengan alam sekitar yang diharapkan orang tua, sekolah, dan
masyarakat. 3 Menurunkan wibawa orang tua, guru, dan pemimpin masyarakat.
Hal ini rat hubungannya dengan ketiadaan tokoh identifikasi. 4 Pengawasan yang kurang efektif dalam pembinaan yang
berpengaruh dalam dominan afektif, konasi, konisi dari orang tua, masyarakat dan guru.
5 Kurang penghargaan terhadap remaja dari lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat. Hal ini erat hubungannya dengan ketiadaan
dialog antara ketiga lingkungan pendidikan. 6 Kurangnya sarana penyalur waktu senggang. Hal ini berhubungan
dengan ketidakpahaman pejabat yang berwenang mendirikan taman rekreasi.
7 Ketidaktahuan keluarga dalam menangani masalah remaja, baik dalam segi pendekatan sosiologik, psikologik maupun pedagogik.
47
Santrock dalam bukunya Adelescence menjelaskan sebab-sebab terjadinya kenakalan remaja diantaranya:
1. Kontrol diri Kenakalan remaja juga dapat digambarkan sebagai kegagalan
untuk mengembangkan kontrol diri yang cukup dalam hal tingkah laku. Beberapa anak gagal mengembangkan kontrol yang esensial
yang sudah dimiliki orang lain selama proses pertumbuhan.
47
Aat Syafaat, dkk. Peranan Pendidikan Agama Islam dalam Mencegah Kenakalan
Remaja, Jakarta: Raja Grafindo, 2008, h. 75-77.
Kebanyakan orang muda telah mempelajari perbedaan antara tingkah laku yang dapat diterima dan tingkah laku yang tidak dapat
diterima, namun remaja yang melakukan kenakalan tidak mengenali hal ini mereka mungkin gagal membedakan tingkah laku
yang dapat diterima dan tidak dapat diterima, atau mungkin mereka sebenarnya sudah mengetahui perbedaan antara keduanya namun
gagal mengembangkan kontrol yang memadai dalam menggunakan perbedaan itu untuk membimbing tingkah laku mereka.
48
2. Proses Keluarga Walaupun telah ada sejarah yang panjang dalam upaya
mendefinisikan faktor keluarga yang berperan serta dalam terjadinya kenakalan, namun yang menjadi fokus akhir-akhir ini
adalah dukungan keluarga dan praktek manajemen keluarga. Terganggunya atau ketiadaan penerapan pemberian dukungan
keluarga dan praktek manajemen oleh orang tua secara konsisten berhubungan dengan tingkah laku antisosial oleh anak-anak dan
remaja. Dukungan seperti keluarga dan praktek manajemen seperti ini meliputi pengawasan keberadaan remaja, menerapkan disiplin
yang efekti bagi tingkah laku antisosial, menerapkan keterampilan pemecahan masalah yang efektif, dan mendukung berkembangnya
keterampilan proposial.
49
3. Kelas SosialKomunitas Walaupun kini kenakalan remaja tidak lagi terbatas hanya
sebagai masalah kelas sosial yang lebih rendah dibandingkan dimasa sebelumnya, beberapa ciri kebudayaan kelas sosial yang
lebih rendah cenderung memicu terjadinya kenakalan. Norma yang berlaku diantara teman-teman sebaya dan geng dari kelas sosial
yang lebih rendah adalah anti sosial dan berlawanan dengan tujuan dan norma masyarakat secara meluas.
48
John W. Santrock, Adolescence, Jakarta: Erlangga, 2003, h. 523.
49
Ibid., h. 524