2.4 Perikanan Tangkap Bertanggungjawab
Rumpon atau Fish Agregation Device merupakan suatu alat bantu penangkapan ikan yang telah banyak digunakan oleh nelayan karena dapat
meningkatkan produksi hasil tangkapan dan mengurangi destruktif fishing. Implementasi Code of Conduct for Responsible Fisheries FAO, 1995 menilai
bahwa rumpon yang digunakan selama ini tidak ramah lingkungan, karena alat tangkap yang digunakan untuk kegiatan eksploitasi khususnya jaring
menggunakan ukuran mata jaring yang kecil sehingga ikan yang tertangkap didominasi oleh ikan-ikan yang belum sempat bereproduksi belum layak
tangkap. Code of conduct responsible fisheries
CCRF, yaitu prinsip-prinsip dan standar internasional dalam kegiatan perikanan yang bertanggungjawab.
Berdasarkan CCRF terdapat pro dan kontra mengenai isu internasional tentang
penggunaan rumpon sebagai alat bantu dalam penangkapan ikan berkembang sejak Konferensi Internasional tentang FADs di Martinique, Perancis pada tahun
1999. Hal ini dikarenakan alat tangkap purse seine yang berkembang dengan pesat di Samudera Pasifik bagian timur yang dioperasikan pada drifting FADs
menangkap ikan-ikan tuna berukuran kecil yang belum matang gonad Yusfiandayani, 2004.
Pengembangan teknologi penangkapan ikan yang bertanggung jawab berdasarkan CCRF FAO, 1995 hendaknya memenuhi syarat:
1 Selektivitas alat tinggi;
2 Penggunaan bahan bakar rendah;
3 Investasi rendah;
4 Hasil tangkapan sampingan rendah;
5 Hasil tangkapan segar;
6 Tidak merusak habitat;
7 Tidak membahayakan pengguna nelayan;
8 Aman bagi jenis ikan yang dilindungi;
9 Bersifat menguntungkan;
10 Dapat diterima oleh masyarakat;
11 Legal.
Pengaturan dan pengendalian rumpon di Indonesia saling berkaitan antara aspek operasi penangkapan dengan aspek lainnya dalam CCRF. Pemanfaatan
sumberdaya perikanan laut secara berkelanjutan harus dilakukan dengan cara pengelolaan perikanan bertanggung jawab responsible fisheries dengan
teknologi yang ramah lingkungan. Pemafaatan sumberdaya perikanan berkelanjutan pada prinsipnya adalah perpaduan antara pengelolaan sumberdaya
dan pemanfaatannya dengan tetap menjaga kelestarian sumberdaya dalam jangka panjang untuk kepentingan generasi mendatang. Teknologi penangkapan ikan
bukan saja ditujukan untuk meningkatkan hasil tangkapan, tetapi juga memperbaiki proses penangkapan untuk meminimumkan dampak penangkapan
ikan terhadap lingkungan perairan dan pemanfaatan sumberdaya yang berkelaanjutan.
Keputusan Menteri Pertanian nomor: 51kptsik.250197, untuk menjaga kelestarian dan keberlajutan pemanfaatan sumberdaya ikan, syarat-syarat teknis
pemasangan rumpon laut dalam tidak boleh: 1
Menganggu alur pelayaran; 2
Dipasang dengan jarak pemasangan antara rumpon satu dengan rumpon lainnya sekurangnya lebih dari 10 sepuluh mil laut;
3 Menganggu pergerakan ikan di perairan laut;
4 Dipasang pada kedalaman perairan kurang dari 200 meter;
5 Dipasang dengan jarak kurang dari 12 mil laut diukur dari garis pasang
surut terendah pada waktu air surut dari setiap pulau; 6
Dipasang dengan cara pemasangan yang mengakibatkan efek pagar zig- zag yang mengancam kelestarian jenis ikan pelagis;
Charles 2001 menyatakan bahwa terkait dengan sistem perikanan terpadu empat komponen utama dalam analisis keberlanjutan perikanan adalah :
1 Keberlanjutan ekologi ecological sustainability: Tingkat pemanfaatan,
ketersediaan sumberdaya, ukuran ikan hasil tangkapan, kualitas lingkungan, ke-anekaragaman ekosistem, rehabilitasi dan protected area.
2 Keberlanjutan
sosial-ekonomi socioeconomic
sustainability :
Ketersediaan lapangan kerja, aktivitas perekonomian, mempertahankan
dan meningkatkan kesejahteraan sosial ekonomi secara keseluruhan dalam jangka panjang.
3 Keberlanjutan komunitas community sustainability: Mempertahankan
nilai-nilai masyarakat secara keseluruhan, yakni dengan mempertahankan atau meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara bersama-sama dalam
sistem perikanan dengan cara mempertahankan atau meningkatkan sosial ekonomi setiap anggota masyarakat dan semua komponen-komponen dari
sub-sistem manusia dalam sistem perikanan. 4
Keberlanjutan institusional institutional sustainability: Pengelolaan dan pengaturan
kebijakan, tingkat
penggunaan metode
tradisional, mempertahankan kesesuaian finansial dan kemampuan administrasi dan
organisasi dalam jangka panjang. Jamal 2003 menyatakan bahwa rumpon merupakan alat bantu yang
efektif dalam mengumpulkan dan menangkap ikan, maka diperlukan penerapan pengelolaan yang bersifat konservatif dan cautionary berhati-hati. Alternatif
solusi pengelolaan yang ditawarkan adalah : 1
Pengelolaan secara berkelompok diantara sesama nelayan rumpon community based management;
2 Pengendalian terhadap jumlah upaya penangkapan ikan, khususnya jumlah
armada penangkapan ikan , pengaturan jumlah dan jarak rumpon, serta penghentian rumpon yang telah mengalami kerusakan bagi rumpon laut
dangkal; 3
Penghentian penambahan jumlah rumpon laut dangkal; 4
Pegunaan alat tangkap yang selektif terhadap ukuran hasil tangkapan; 5
Pemasangannya diprioritaskan pada perairan laut dalam.
3 METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat