3 METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat
Penelitian dilakukan pada bulan Mei 2010 sampai Mei 2011. Pengambilan data dilakukan di Perairan Selatan Prigi dan Pelabuhan Perikanan
Nusantara PPN Prigi, Trenggalek, Jawa Timur Gambar 8.
Gambar 8 Lokasi penelitian.
3.2 Bahan dan Alat
Data primer diperoleh melalui pengukuran dan pengamatan langsung di lapangan serta wawancara dengan menggunakan kuesioner yang telah disiapkan.
Data sekunder dikumpulkan melalui institusi terkait pada sentra aktivitas perikanan sebagai lokasi penelitian. Jenis data dan metode pengukuran disajikan
pada Tabel 1.
Tabel 1 Jenis data dan metode pengumpulan data
Jenis data parameter Satuan unit
Metode alat Primer
- Dimensi kapal - Dimensi alat tangkap
- Dimensi rumpon - Posisi geografis rumpon
- Panjang per individu ikan dominan - Bobot per individu ikan dominan
- Suhu - Salinitas
- Kecerahan perairan - Ekonomi finansial
meter meter
meter koordinat
cm g
°C PSU
meter rupiah
Rol meter Wawancara
Wawancara GPS
Jangka sorong Timbangan
CTD CTD
Secchi disk
Wawancara
Sekunder - Musim penangkapan
- Produksi - Upaya penangkapan
bulan kg
trip Statistik PPN Prigi
Statistik PPN Prigi Statistik PPN Prigi
3.3 Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data sekunder dilakukan di tempat pendaratan kapal penangkap tuna skala kecil Prigi, Trenggalek – Jawa Timur. Data primer
diperoleh melalui pengukuran dan pengamatan langsung di lapangan serta wawancara menggunakan daftar pertanyaan yang telah disusun sesuai dengan
keperluan analisis dan tujuan penelitian terhadap nelayan pemilik, nakhoda dan awak kapal unit penangkapan pancing ulur dan tonda. Sedangkan data sekunder
dikumpulkan melalui nelayan dan institusi terkait pada sentra aktivitas perikanan sebagai lokasi sampling.
3.3.1 Aspek pemanfaatan sumberdaya perikanan
Data aspek pemanfaatan sumberdaya merupakan data sekunder perkembangan alat tangkap dan produksi yang didapat dari buku statistik laporan
akhir tahun PPN Prigi tahun 2010. 3.3.2
Aspek teknis penangkapan ikan
Data aspek teknis penangkapan dimensi kapal, dimensi alat tangkap, dan alat bantu penangkapan, didapatkan dengan cara melakukan pengukuran
langsung terhadap kapal nelayan yang melakukan operasi penangkapan di sekitar rumpon dengan menggunakan alat ukur meteran gulung 50 meter dengan
ketelitian 2 mm, dan penggaris kaliper ketelitian 1 mm. Pendataan parameter teknis penangkapan ikan di lokasi penelitian disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2 Pendataan parameter teknis penangkapan ikan di lokasi penelitian No Parameter teknis
Komponen keterangan 1
2 3
4 Dimensi kapal
Dimensi alat tangkap Dimensi rumpon
Posisi rumpon Pengukuran panjang, lebar dan dalam kapal LBD.
Jaring insang dan pancing tonda ukuran dan material.
Pelampung, tali pelampung, jarak atraktor dan pemberat ukuran dan material yang digunakan.
Lokasi penempatan rumpon
3.3.3 Aspek bioekologis perikanan
Data aspek ekologis perikanan terdiri dari hubungan panjang berat, kondisi fisika-kimia perairan dan musim penangkapan Tabel 3.
Tabel 3 Pendataan parameter ekologis di lokasi penelitian
No Parameter bioekologis Komponen keterangan
1 2
3 Panjang dan berat
Kondisi fisika-kimia perairan Musim penangkapan
Ukuran ikan dominan hasil tangkapan per spesies
Suhu, salinitas dan kecerahan secara vertikal di lokasi rumpon
Produksi hasil tangkapan ikan per bulan. Pengukuran terhadap panjang fork length FL ikan hasil tangkapan utama
dilakukan per-spesies dengan menggunakan jangka sorong dengan ketelitian 1 mm, sedangkan untuk mengukur bobot ikan digunakan timbangan berkapasitas
10 kg. Pengukuran parameter kondisi fisika-kimia perairan suhu, salinitas dan kecerahan dilakukan secara langsung di Perairan Selatan Prigi sekitar rumpon
pada saat mengikuti operasi penangkapan ikan. Suhu dan salinitas diukur dengan alat ukur current temperature and depth CTD valeport tipe 108308 dengan
bantuan tali kuralon diameter 24 mm sepanjang 100 meter. Kecerahan perairan diukur dengan keping secchi disk berdiameter 30 cm dilengkapi pemberat 10 kg.
3.3.4 Aspek ekonomis
Pengumpulan data aspek ekonomis dilakukan terhadap unit usaha penangkapan ikan, untuk mengetahui kelayakan usaha parameter yang digunakan
adalah; tingkat biaya investasi, operasional dan perawatan terhadap kapal, alat tangkap dan alat bantu penangkapan Tabel 4.
Tabel 4 Parameter ekonomis usaha perikanan rumpon di lokasi penelitian No
Parameter ekonomis Komponen keterangan
1 2
3 4
5 Biaya investasi
Biaya perawatan Biaya operasional
Pendapatan per trip Pendapatan per tahun
Besarnya biaya investasi yang dikeluarkan untuk armada, alat tangkap dan alat bantu penangkapan.
Besarnya biaya perawatan yang dikeluarkan untuk armada, alat tangkap dan alat bantu penangkapan.
Besarnya biaya operasional yang dikeluarkan dalam satu trip perjalanan penangkapan ikan.
Besarnya pendapatan per trip yang diperoleh. Besarnya pendapatan per tahun yang diperoleh
setelah dikurangi semua pengeluaran.
3.4 Pentahapan Penelitian
Tahapan penelitian dimulai dengan studi pustaka yang berhubungan dengan perikanan rumpon. Berdasarkan informasi pustaka, rencana penelitian
disusun secara lengkap, selanjutnya dilakukan studi lapangan untuk memperoleh fakta dan data riil, kemudian dianalisis sesuai dengan permasalahan dan tujuan
penelitian. Kesimpulan dirumuskan sebagai jawaban terhadap permasalahan yang diteliti. Secara sistematis pentahapan penelitian disajikan dalam Gambar 9
sebagai berikut.
Gambar 9 Tahapan pelaksanaan penelitian.
3.5 Analisis Data
3.5.1 Aspek pemanfaatan sumberdaya ikan
Untuk mengetahui status pemanfaatan ikan tuna di PPN Prigi digunakan analisis surplus produksi Sparre and Venema, 1999 dengan parameter:
1 Fishing power index
FPI digunakan untuk standarisasi alat tangkap Gulland, 1983, alat tangkap yang digunakan sebagai standar adalah alat
Aspek pemenfaatan sumberdaya ikan Aspek teknis penangkapan ikan
Aspek bioekologis perikanan Aspek ekonomis
Mulai
Isu dan fakta lapangan Studi literatur
Rencana penelitian
Survei lapangan Tabulasi dan
pengolahan data
Analisis data Hasil penelitian
Kesimpulan
Selesai
Cukup
Cukup Cukup
Cukup
Aplikasi Ya
Tidak Ya
Tidak
Ya Tidak
Ya Tidak
Ya Tidak
tangkap yang memiliki produktivitas tertinggi dan memiliki nilai FPI sama dengan satu.
SE = FPI
i
x FE
i
FPI
s
= CPUE
s
CPUE
s
FPI
i
= CPUE
i
CPUE
s
dimana: SE = Upaya penangkapan effort hasil standarisasi tahun ke-i
FPI
i
= Daya tangkap unit penangkapan yang di standarisasi pada tahun ke-i FE
i
= Upaya penangkapan yang akan distandarisasi tahun ke-i FPI
s
= Daya tangkap unit penangkapan standar pada tahun ke-i CPUE
s
= Hasil tangkapan per satuan upaya unit standar tahun ke-i 2
Pendugaan potensi dan tingkat upaya pemanfaatan dilakukan berdasarkan Model Produksi Surplus. Analisis Catch Per Unit Effort CPUE atau hasil
tangkapan per unit upaya penangkapan digunakan untuk mengetahui kelimpahan dan tingkat pemanfaatan yang didasari atas pembagian antara
total hasil tangkapan Catch dengan upaya penangkapan Effort dengan persamaan menurut Sparre and Venema 1999 sebagai berikut:
F C
CPUE = dimana:
Catch C
= Total hasil tangkapan kg Effort
F = Total upaya penangkapan unit
CPUE = Hasil tangkapan per upaya kg unit
3 Nilai CPUE dari total hasil tangkapan C dapat digunakan untuk pendugaan
stok MSY Maximum sustainable yield secara sederhana. Model Schaefer Sparre and Venema, 1999 yang digunakan pada penelitian ini:
1 Hubungan antara upaya penangkapan f dengan hasil tangkapan per satuan upaya penangkapan CPUE adalah:
CPUE = a – bf dimana:
a = intersep titik potong garis regresi dengan sumbu Y b = slope koefisien kemiringan garis regresi
f = upaya penangkapan
2 Hubungan antara upaya penangkapan f dengan hasil tangkapan C : C = af – bf
2
3 Upaya optimum diperoleh dengan cara menyamakan turunan pertama upaya penangkapan, dengan nilai hasil tangkapan sama dengan nol
C = 0, sehingga diperoleh persamaan: C = af - bf
2
C = a – 2bf f
msy
= a 2b 4 Produksi maksimum lestari MSY diperoleh dengan mensubtitusi nilai
upaya optimum, sehingga diperoleh : C
msy
= MSY = 2a 4b C
msy
= a
2
4b Paremeter intersep a dan slope b secara matematis diperoleh dari
persamaan regresi linier sederhana, Y = a + bx. Persamaan surplus production models
hanya berlaku bila parameter b slope bernilai negatif dan a intersep bernilai positif, artinya penambahan upaya penangkapan akan menyebabkan
penurunan CPUE. Formula yang digunakan untuk menduga nilai MSY dan upaya optimum
dengan pendekatan lima model sebagai berikut : 1
Equilibrium Schaefer :
2 2
t t
t
rE K
Q qKE
h −
=
2 Disequilibrium Schaefer : Ds =
t t
t t
t
qE U
qK r
r U
U U
− −
= −
− +
2 ln
1 1
3 Walter Hilborn : WH =
t t
t t
qE U
qK r
r U
U −
− =
−
+
1
1
4 Schnute :
2 2
ln
1 1
1 +
+ +
+ −
+ −
=
t t
t t
t t
E E
q U
U qK
r r
U U
5 Clark Yashimoto Pooley CYP :
CYP =
2 ln
2 2
ln 2
2 ln
1 1
+ +
+ +
− +
− +
+ =
t t
t t
E E
r q
U r
r qK
r r
U
dimana: Ut
: Catch per unit effort CPUE pada periode t U
t+1
: Catch per unit effort CPUE pada periode t+1 Et
: Effort pada periode t E
t+1
: Effort pada periode t+1 h
t
: Hasil tangkapan pada periode t K
: Konstanta daya dukung alam r
: Konstanta laju pertumbuhan alami Q
: Koefisien daya tangkap
3.5.2 Aspek teknis penangkapan ikan
Penentuan posisi rumpon menggunakan alat bantu global positioning system
GPS, selanjutnya diolah menggunakan program arcview GIS 33 sebagai transformasi data dalam bentuk peta lokasi rumpon. Penentuan luas wilayah,
jarak dan jumlah rumpon menggunakan software MS Excel mengacu pada Keputusan Menteri Pertanian no, 51Kptsik,250197 bahwa jarak pemasangan
antar rumpon minimal 10 mil laut. Untuk mengetahui kelayakan teknis rumpon yang digunakan, dilakukan
pengamatan kesesuaian kondisi aktual di lapangan terhadap kelayakan teknis rumpon dengan indikator kesesuaian komponen utama bahan pembuatan rumpon.
Tim Pengkajian Rumpon IPB 1987 menyatakan bahwa persyaratan umum komponen dan konstruksi rumpon adalah sebagai berikut:
1 Pelampung
• Mempunyai kemampuan mengapung yang cukup baik bagian yang mengapung di atas air 13 bagian
• Konstruksi cukup kuat • Tahan terhadap gelombang dan air
• Mudah dikenali dari jarak jauh • Bahan pembuatnya mudah didapat;
2 Atraktor atau pemikat
• Mempunyai daya pikat yang baik terhadap ikan. • Tahan lama
• Bentuk seperti posisi potongan vertikal dengan arah ke bawah • Melindungi ikan-ikan kecil
• Terbuat dan bahan yang kuat, tahan lama dan murah;
3 Tali-temali
• Terbuat dan bahan yang kuat dan tidak mudah busuk • Tidak bersimpul less knot
• Harga relatif murah mempunyai daya apung yang cukup untuk mencegah gesekan terhadap arus dan benda-benda lainnya;
4 Pemberat
• Bahannya murah, kuat dan mudah diperoleh • Massa jenis besar, permukaan tidak licin dan dapat mencengkeram.
Untuk mengetahui kelayakan teknis dalam penentuan jumlah unit armada yang beroperasi di sekitar rumpon menggunakan analisis Linear Goal
Programming LGP dengan software LINDO 6.3. LGP digunakan untuk
menyelesaikan masalah dengan sasaran lebih dari satu fungsi tujuan. Fungsi tujuan tersebut untuk meminimumkan deviasi terhadap target yang telah
ditetapkan dengan memperhatikan berbagai kendala yang ada kendala tujuan.
= =
+ =
m i
l k
dAi dBi
Pk MinZ
1 =
= −
+ =
n j
bi dAi
dBi aijXj
MinZ
1
dimana : Pk = Urutan prioritas
a ij = Koefisien dBi = Deviasi ke bawah
X j = Variable keputusan dAi = Deviasi ke atas
Asumsi yang digunakan pada analisis LGP untuk pemanfaatan sumberdaya di perairan Kabupaten Trenggalek sebesar 30 dari total
pemanfaatan sumberdaya yang didaratkan di PPN Prigi. Hal ini dikarenakan tidak adanya ketersediaan data yang tercatat mengenai jumlah rumpon dan pemanfaatan
sumberdaya untuk wilayah perairan Kabupaten Trenggalek.
3.5.3 Aspek bioekologis perikanan
Informasi mengenai musim penangkapan digunakan untuk menduga pola musim penangkapan ikan. Analisis dilakukan dengan cara mencari rata-rata data
bulanan produksi dan upaya selama beberapa tahun. Nilai tertinggi dari hasil tersebut dijadikan dugaan sebagai bulan-bulan penangkapan, sedangkan nilai
terendah merupakan bukan musim penangkapan BRPL, 2004. Analisis pola musim penangkapan ikan menggunakan metode persentase
rata-rata the average percentage methods yang didasarkan pada analisis runtun waktu times series analysis Spiegel, 1961, sebagai berikut:
1 Menghitung nilai hasil tangkapan per upaya tangkap CPUE = Catch Per Unit Effort
= U per bulan U
i
dan rata-rata bulanan CPUE dalam setahun U .
=
=
m i
i
U m
U
1
1 U = CPUE rata-rata bulanan dalam setahun tontrip
i
U = CPUE per bulan tontrip
m = 12 jumlah bulan dalam setahun 2 Menghitung nilai U
p
yaitu rasio U
i
terhadap U dinyatakan dalam persen:
U U
U
i p
= x 100
3 Selanjutnya dihitung: IM
i
=
= t
i p
U t
1
1 IM
i
= Indeks Musim ke i t = Jumlah tahun dari data
4 Jika jumlah IM
i
tidak sama dengan 1200 12 bulan x 100 , maka diperlukan penyesuaian dengan rumus 3 sebagai berikut:
IMS
i
=
= m
i i
IM
1
1200 x IM
i
IMS
i
= Indeks Musim ke i yang disesuaikan 5 Jika dalam perhitungan ada nilai ekstrim pada U
p
, maka nilai U
p
tidak digunakan dalam perhitungan Indeks Musim IM, yang digunakan ialah
median Md dari IM tersebut. Jika jumlah nilai Md tidak sebesar 1200 , maka perlu dilakukan penyesuaian sebagai berikut:
IMMdS
i
=
= m
i i
Md
1
1200 x Md
i
IMMdS
i
= Indeks Musim dengan Median yang disesuaikan ke i. 6 Penentuan musim ikan jika indeks musim IM lebih dari 1 lebih dari 100 ,
dan bukan musim jika IM kurang dari 1 kurang dari 100 . Apabila IM = 1 100 , dikatakan dalam keadaan normal atau berimbang Spiegel, 1961.
Untuk mengetahui kondisi morfometrik ikan tuna yang ditangkap secara temporal digunakan model pertumbuhan dengan analisis hubungan panjang dan
berat Effendie, 1997 menggunakan persamaan:
b
aL W =
Pengukuran hubungan panjang dan berat ditransformasikan ke dalam bentuk logaritmik Effendie, 1997:
Ln W = Ln a + b Ln L di mana :
W = berat
L = panjang
a = titik potong garis regresi dengan sumbu Y
b = tangen sudut garis regresi
Nilai b diuji terhadap nilai b = 3 menggunakan uji-t dengan tingkat kepercayaan 95 Steell and Torrie, 1989. Analisis faktor kondisi K dilakukan
untuk melihat keadaan ikan dari kapasitas fisik menggunakan dua pendekatan yaitu K = 100 WL
3
dan faktor kondisi relatif Kn yaitu Kn = WaL
b
Effendie, 1997. Nilai b sebagai penduga kedekatan hubungan antara panjang dan berat
dengan kriteria: • Nilai b = 3, merupakan hubungan yang isometrik pertambahan berat
seimbang dengan pertambahan panjang • Nilai b 3, merupakan hubungan alometrik positif pertambahan berat lebih
besar dari pertambahan panjang • Nilai b 3, merupakan hubungan alometrik negatif pertambahan berat lebih
kecil dari pertambahan panjang.
3.5.4 Aspek ekonomis
Kelayakan usaha dilakukan untuk mengkaji keuntungan profitability atau kerugian dari suatu usaha. Ada dua macam analisis yang digunakan yaitu analisis
usaha pendapatan usaha, payback period, dan analisis berimbang antara penerimaan dan biaya Djamin, 1984, dan analisis kriteria investasi net present
value, internal rate of return dan net benefit cost - rasio Kadariah et al. 1999.
1 Analisis pendapatan usaha
Analisis ini bertujuan untuk mengukur keberhasilan dan mengetahui besarnya keuntungan yang diperoleh dari suatu kegiatan usaha Djamin. 1984.
= TR - TC dimana:
= Keuntungan TR
= Total penerimaan TC
= Total biaya dengan kriteria:
• Jika TR TC, maka usaha mendapatkan keuntungan
• Jika TR = TC, maka usaha berada dalam titik impas
• Jika TR TC, maka usaha mengalami kerugian
2 Analisis imbangan penerimaan dan biaya RC
Analisis ini digunakan untuk mengetahui seberapa jauh setiap nilai rupiah yang dikeluarkan dapat memberikan nilai penerimaan sebagai manfaat usaha.
TC TR
C R
=
dimana: R = Penerimaan
C = Biaya TR
= Total penerimaan TC
= Total biaya dengan kriteria:
• Jika RC 1, maka usaha mendapatkan keuntungan
• Jika RC = 1, maka usaha berada dalam titik impas
• Jika RC 1, maka usaha mengalami kerugian
3 Analisis payback period PP
Payback period merupakan investasi suatu proyek yang didasarkan pada
pelunasan biaya investasi oleh keuntungan bersih dari proyek Djamin, 1984. Payback period
dimaksudkan untuk mengetahui perkiraan jangka waktu pengembalian modal atau investasi suatu usaha, dalam hal ini usaha perikanan
tuna berbasis rumpon di lokasi penelitian. ×
= B
I PP
1 tahun dimana:
I = investasi B = benefit
4 Net present value
NPV NPV adalah benefit total yang diterima selama umur proyek umur teknis
usaha yang disetarakan dengan nilai saat ini. NPV diperoleh dari selisih antara present value
dari benefit dan biaya.
t n
t
i Ct
Bt NPV
1
1
+ −
=
=
dimana: Bt = benefit dari suatu proyek pada tahun ke-i;
Ct = biaya dari suatu proyek pada tahun ke-i; i = tingkat suku bunga yang berlaku;
n = umur ekonomis proyek.
dengan kriteria: •
Jika NPV 0, usaha layak dijalankan •
Jika NPV 0, usaha tidak layak dijalankan 5
Internal rate of return IRR
Analisis IRR merupakan tingkat keuntungan atas investasi bersih dalam suatu proyek, jika setiap benefit bersih yang diwujudkan ditanam kembali dalam
tahun berikutnya Kadariah et al., 1999. IRR
=
i i
NPV NPV
NPV i
− −
+
dimana : i
= nilai percobaan pertama untuk discount rate; i
= nilai percobaan ke-dua untuk discount rate; NPV = net present value pertama;
NPV = net present value ke-dua. Keputusan berdasarkan atas kriteria berikut:
• Jika IRR tingkat suku bunga berlaku, usaha layak dijalankan
• Jika IRR tingkat suku bunga berlaku, usaha tidak layak dijalankan
6 Net benefit-cost ratio
Net BC Net BC merupakan perbandingan antara NPV total dari benefit bersih
terhadap NPV total dari biaya bersih, dengan persamaan sebagai berikut:
t n
t t
n t
i Bt
Ct i
Ct Bt
C B
Net 1
1
1 1
+ −
+ −
=
= =
Keputusan berdasarkan atas kriteria berikut: •
Jika Net BC 1, usaha layak dijalankan •
Jika Net BC 1, usaha tidak layak dijalankan
4 HASIL
4.1 Kondisi Umum PPN Prigi
Letak geografis Pelabuhan Perikanan Nusantara Prigi PPN Prigi dibangun di atas lahan seluas 27,5 Ha dengan luas tanah 11,5 Ha dan luas kolam
labuh 16 Ha. Posisi koordinatnya adalah 111°43 58 BT dan 08
°
17 22 LS, tepatnya di Desa Tasikmadu Kecamatan Watulimo Kabupaten Trenggalek
Propinsi Jawa Timur. Jarak ke ibukota propinsi Surabaya adalah + 200 km dan jarak ke ibukota kabupaten Trenggalek adalah + 47 km Statistik PPN Prigi,
2010.
Pemasaran hasil perikanan dari PPN Prigi berupa produk ikan segar dan ikan olahan. Daerah tujuan distribusi meliputi wilayah lokal yaitu Trenggalek dan
distribusi antar kota antara lain meliputi Tulungagung, Surabaya, Jombang, Malang, Nganjuk, Madiun dan Kediri. Produksi perikanan dari PPN Prigi yang
didistribusikan dalam bentuk ikan segar sebesar 5.599 ton 21,24 dan ikan olahan sebesar 20.756 ton 78,76 yang meliputi ikan pindang 13.416 ton
64,64, ikan asin 3.236 ton 15,59, tepung ikan 4.022 ton 19,37 dan ikan
asap 82 ton 0,40 Statistik PPN Prigi, 2010.
Daerah penangkapan fishing ground yang biasa digunakan oleh nelayan masih di wilayah Samudera Hindia yaitu perairan Teluk Prigi 8
°
27 20 LS 111
°
43 20 BT, perairan Kabupaten Tulungagung 8
°
28 40 LS 111
°
53 20 BT, perairan Pacitan 8
°
24 40 LS 110
°
50 10 BT, perairan Blitar 8
°
26 30 LS 112
°
09 20 BT dan Perairan Sadeng 8
°
28 40 LS 110
°
42 10 BT Statistik
PPN Prigi, 2010. 4.2
Aspek Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan
Hasil tangkapan jenis ikan pelagis besar yang dominan di PPN Prigi adalah cakalang skipjack tuna, tuna sirip kuning yellowfin dan tuna mata besar
bigeye. Dari tahun 2003 sampai dengan 2009 produksi armada jaring insang dan tonda yang didaratkan mengalami fluktuatif.
Produksi tertinggi armada jaring insang pada tahun 2004 sebesar 675 ton dan yang terendah pada tahun 2007 sebesar 226 ton, sedangkan armada tonda
tertinggi pada tahun 2005 hingga mencapai 2.155 ton dan terendah pada tahun 2008 sebesar 872 ton Gambar 10.
Gambar 10 Produksi armada penangkapan di sekitar rumpon, PPN Prigi.
4.2.1 Produksi ikan pelagis besar
Produksi hasil tangkapan ikan cakalang terus meningkat tajam dari tahun 2003 sebesar 193 ton sampai tahun 2006 sebesar 1.327 ton. Hal serupa juga
terjadi untuk jenis ikan tuna, terlihat adanya peningkatan produksi dari tahun 2003 sebesar 138 ton sampai tahun 2005 sebesar 1.179 ton. Cakalang mengalami
penurunan produksi terendah hingga tahun 2009 menjadi sebesar 613 ton dan untuk jenis tuna penurunan produksi terendah hingga tahun 2008 menjadi 323 ton
Gambar 11.
Gambar 11 Produksi jenis ikan pelagis besar di sekitar rumpon, PPN Prigi.
4.2.2 Upaya pemanfaatan
Pemanfaatan jenis tuna di rumpon secara terus menerus dilakukan oleh nelayan Prigi menggunakan armada tonda dan jaring insang yang pada umumnya
menggunakan kapal motor dengan bobot 10 GT. Hasil perhitungan pada tahun 2004 sampai 2009 menunjukkan bahwa pemanfaatan hasil tangkapan di rumpon
cukup tinggi dengan nilai catch per unit effort CPUE armada tonda lebih besar
dari nilai CPUE armada jaring insang. Nilai CPUE armada tonda tertinggi pada
tahun 2005 sebesar 42,25 tonunit dan terendah pada tahun 2008 sebesar 12,11 tonunit dengan rata-rata 22,06 tonunittahun. Sedangkan untuk armada jaring
insang nilai tertinggi pada tahun 2004 sebesar 39,71 tonunit dan terendah pada tahun 2007 sebesar 5,26 tonunit dengan rata-rata 13,46 tonunit Tabel 5.
Setiap alat tangkap ikan dapat melakukan penangkapan pada lokasi yang sama atau tujuan komoditas tangkapan yang sama pula, namun masing-masing
alat tangkap tersebut memiliki kemampuan menangkap ikan yang berbeda. Untuk menyetarakan kemampuan dari alat tangkap yang berbeda tersebut dapat
dilakukan dengan cara standarisasi alat tangkap. Tabel 5 Standarisasi alat tangkap
Tahun CPUE tonunit
FPI Tonda
Gillnet Tonda
Gillnet
2004 35,79
39,71 1
1,11 2005
42,25 9,65
1 0,23
2006 16,77
10,86 1
0,65 2007
12,15 5,26
1 0,43
2008 12,11
8,70 1
0,72 2009
13,31 6,58
1 0,49
Rata-rata
22,06 13,46
1 0,61
Standarisasi hasil tangkapan terhadap setiap alat tangkap perlu dilakukan sebelum perhitungan nilai catch per unit effort CPUE yaitu dengan
membandingkan hasil tangkapan ikan per unit upaya masing-masing alat tangkap. Rata-rata CPUE amada tonda lebih besar dari armada jaring insang, maka dengan
demikian armada tonda dijadikan standar atas alat tangkap jaring insang dengan nilai Fishing Power Indeks FPI sama dengan satu.
Standarisasi armada tonda dan jaring insang menunjukkan nilai CPUE yang fluktuatif. Nilai CPUE tertinggi pada tahun 2005 sebesar 42,25 tonunit dan
terendah pada tahun 2008 sebesar 12,11 tonunit dengan rata-rata 22,06 tonunit Gambar 12. Hasil standarisasi menunjukkan adanya kecenderungan kesamaan
nilai CPUE yang dihasilkan oleh armada tonda sebelum distandarisasi yang disebabkan oleh kecilnya nilai CPUE armada jaring insang setelah distandarisasi.
Gambar 12 Produksi, upaya E dan CPUE standar.
4.2.3 Potensi lestari
Analisis potensi menggunakan model pendekatan Equilibrium Schaefer, karena setelah dilakukan validasi diperoleh nilai rata-rata hasil validasi model
terendah 0,21 dibandingkan dengan model yang lainnya Tabel 6. Tabel 6 Pendekatan 5 model surplus produksi
Rata-rata produksi hasil tangkapan aktual rumpon pada tahun 2005 sampai 2009 sebesar 1498,83 ton, dengan rata-rata jumlah upaya penangkapan setelah
standarisasi sebanyak 86 unit armada. Dengan menggunakan perhitungan surplus produksi model equilibrium schaefer, diperoleh rata-rata produksi hasil tangkapan
sebesar 1498,83 ton dengan nilai rata-rata validasi sebesar 0,214 Tabel 7. Tabel 7 Validasi model equilibrium schaefer
Tahun C – aktual
E - std C- dugaan Validasi
2005 2483
58,76 2329,30
0,06 2006
1423 84,84
1716,50 0,21
2007 1101
90,60 1445,08
0,31 2008
1246 102,88
700,59 0,44
2009 1241,14
93,26 1302,67
0,50
Rata-rata
1498,83 86,07
1498,83 0,21
Hasil perhitungan dengan model ini diperoleh nilai upaya maksimum lestari rumpon E
M
sy
sebesar 56 unit armada per-tahun dengan nilai hasil tangkapan lestari C
M
sy
sebesar 2.334,9 ton per-tahun. Kurva hubungan antara produksi catch, upaya penangkapan effort dan hasil tangkapan per-upaya
cpue menunjukkan pada tahun 2005 sampai 2009 hasil tangkapan terus menurun seiring dengan pertambahan upaya penangkapan Gambar 13.
Gambar 13. Kurva produksi lestari dan upaya penangkapan di rumpon. Hasil analisis potensi dari armada penangkapan untuk jenis ikan tuna dan
cakalang di PPN Prigi setelah dilakukan validasi diperoleh hasil yang terbaik untuk tuna adalah model Disequilibrium schaefer, dengan nilai rata-rata hasil
validasi model terendah 0,33, cakalang model Equilibrium schaefer, dengan nilai rata-rata hasil validasi model terendah 0,32 Tabel 8.
Tabel 8 Validasi model jenis ikan dominan
Jenis Model
C-aktual E-std C-dugaan Validasi
Tuna Disequilibrium schaefer
633,72 82,80
547,46 0,33
Cakalang Equilibrium schaefer 985,96
120,46 985,96
0,32 Nilai upaya maksimum lestari jenis tuna E
M
sy
sebesar 49 unit armada per-tahun dengan nilai hasil tangkapan lestari C
M
sy
sebesar 1198,62 ton per- tahun. Kurva hubungan antara produksi catch dan upaya penangkapan effort
untuk jenis tuna menunjukkan hasil tangkapan terus mengalami penurunan seiring dengan pertambahan upaya penangkapan Gambar 14a.
Nilai upaya maksimum lestari untuk jenis cakalang E
M
sy
sebesar 108 unit armada per-tahun dengan nilai hasil tangkapan lestari C
M
sy
sebesar 1089,90 ton per-tahun. Kurva hubungan antara produksi catch dan upaya penangkapan
effort pada tahun 2005 dan 2006 menunjukkan hasil tangkapan melebihi nilai maksimum dan pada tahun 2007 sampai 2009 menunjukkan hasil tangkapan yang
menurun dengan upaya yang melebihi batas upaya maksimum Gambar 14b.
Gambar 14 Kurva produksi lestari dan upaya penangkapan ikan dominan. 4.3
Aspek Teknis Penangkapan Ikan
Pada awal penggunaan rumpon oleh nelayan Prigi, alat tangkap yang melakukan operasi di sekitar rumpon adalah jenis armada pancing tonda. Seiring
dengan berjalannya penggunaan rumpon, nelayan jaring insang melakukan perubahan taktik penangkapannya mengikuti operasional armada tonda.
4.3.1 Armada penangkapan ikan
Jumlah keseluruhan armada tonda yang beroperasi di PPN Prigi pada tahun 2009 berjumlah 72 unit kapal penangkapan. Dari jumlah keseluruhan kapal
penangkapan yang ada, diambil contoh sebanyak 15 unit kapal yang diukur. Armada penangkapan di Prigi menggunakan kapal yang berbahan dasar
kayu Gambar 15, dengan ukuran panjang kapal berkisar 13 – 14,5 m, lebar 3,2 – 3,5 m dan dalam kapal 1,4 – 1,6 m. Kapal ini menggunakan 2 buah mesin,
yaitu mesin utama berkekuatan 30 PK dan mesin bantu berkekuatan 24 PK. Ukuran kapasitas palkah penampungan ikan hasil tangkapan sebesar 3 ton.
a b
Gambar 15 Armada pancing tonda troll line nelayan Prigi. Armada jaring insang juga merupakan unit penangkapan yang melakukan
aktivitas penangkapan secara aktif di sekitar rumpon selain armada tonda. Jumlah armada jaring insang yang ada di PPN Prigi pada tahun 2009 sebanyak 43 unit
kapal penangkapan. Dari jumlah keseluruhan kapal dilakukan pengambilan data pengukuran kapal sebanyak 15 unit sebagai contoh.
Unit armada penangkapan jaring insang menggunakan bahan dasar kayu Gambar 16, dengan ukuran panjang kapal berkisar 13 – 15,6 m,
lebar 2,3 – 2,7 m dan dalam kapal 1 – 1,2 m. Kapal ini menggunakan 2 buah mesin, yaitu mesin utama berkekuatan 30 PK dan mesin bantu berkekuatan 24
PK. Ukuran kapasitas palkah penampungan ikan hasil tangkapan sebesar 2 ton. Tahun 2004 penggunaan alat tangkap pancing tonda mulai digunakan oleh
nelayan Prigi. Terjadi peningkatan armada tonda hampir sebesar 100 di tahun 2005 dan jumlahnya terus meningkat hingga tahun 2009.
Gambar 16 Armada jaring insang nelayan Prigi. Armada jaring insang di PPN Prigi, Trenggalek pada tahun 2003 – 2004
tidak mengalami penambahan jumlah unit penangkapan yang tinggi, tetapi pada
tahun 2004 seiring dengan awal-awal penggunaan alat bantu rumpon, alat tangkap ini mengalami perkembangan yang cukup pesat hingga 100 di tahun 2005 dan
menjadi diatas 152 pada tahun 2006. Perkembangan armada penangkapan dapat dilihat pada Gambar 17.
Gambar 17 Perkembangan armada penangkapan di PPN Prigi. Armada tonda melakukan penangkapan di laut berkisar 5 sampai 10 hari
dalam satu trip operasional. Sedangkan untuk armada jaring insang lama operasional dilaut 5 sampai 8 hari. Dalam pengoperasiannya selain menggunakan
rumpon, pada malam hari armada ini tonda dan jaring insang juga menggunakan lampu mercury berdaya 400, 500 dan 1000 watt sebanyak
5 sampai 8 buah sebagai alat bantu pengumpul ikan.
4.3.2 Alat tangkap
Armada tonda dan jaring insang pada saat operasi membawa beberapa macam alat tangkap seperti; pancing tonda troll, pancing ulur hand line,
pancing layang-layang kite hook and line, pancing tegak vertical line, dan jaring insang gillnet.
4.3.2.1 Pancing tonda troll line
Pancing tonda adalah alat tangkap yang menggunakan tali panjang ditarik menggunakan kapal dan dioperasikan pada permukaan yang pada umumnya
menggunakan umpan tiruan. Pada prinsipnya alat ini terdiri dari gulungan senar, tali pancing, kili-kili swivel, mata pancing, umpan dan dapat menggunakan
pemberat ataupun tidak. Operasional pancing tonda biasa dilakukan pada pagi hingga sore hari.
Nelayan Prigi biasanya menggunakan 4 sampai 6 pancing tonda saat beroperasi dengan panjang tali utama pancing berkisar 10 – 15 meter terbuat dari
bahan senar monofilamen no.1000, tali pancing senar no.200, ukuran pancing no.8 dan umpan tiruan yang terbuat dari serat kain dan bulu ayam Gambar 18.
Gambar 18 Desain alat tangkap tonda.
Keterangan: A. Kapal
B. Kayu ; panjang 6 meter C. Tali utama ; Senar no.1000 10-20 mtr
D. Tali pancing ; Senar no.200, 12–15 buah, panjang 0,5 mtr, jarak antar tali pancing 1-1,5 m E. Mata pancing no.8-9
F. Pemberat ; 0,5-1 kg.
4.3.2.2 Pancing ulur hand line
Pancing ulur merupakan alat tangkap yang umum digunakan oleh nelayan skala kecil karena pancing ini sangat efektif dan mudah dalam pengoperasiannya.
Secara garis besar konstruksi pancing ulur sangat sederhana, terdiri dari beberapa komponen yaitu; tali pancing, mata pancing, pemberat dan umpan. Operasional
pancing ulur dapat dilakukan setiap saat pada siang hari ataupun malam hari Nelayan Prigi menggunakan panjang tali utama tergantung dari kedalaman
perairan dan tujuan ikan yang akan ditangkap, terbuat dari bahan senar monofilament no. 50-60. Satu rangkaian tali utama menggunakan tali pancing 7
sampai 12 buah yang dirangkai secara vertikal dengan bahan senar no.35 panjang 20 – 30 cm, pancing no 8-10. Desain pancing ulur dapat dilihat pada Gambar 19.
A B
C
Gambar 19 Desain pancing ulur.
Keterangan: A. Tali utama, senar no. 50-60, panjang 30 – 50 meter
B. Kili-kili swivel C. Tali pancing, senar no.35, 12-15 buah, panjang 20-30 cm, jarak antar pancing 1 meter.
D. Pancing no. 8-10 E. Pemberat ± 1000 gram
4.3.2.3 Pancing layang-layang kite hook and line
Layang-layang biasa digunakan untuk menangkap jenis ikan permukaan bertujuan untuk menjaga umpan agar tetap berada di permukaan air. Jenis ikan
yang menjadi sasaran penangkapan dengan pancing ini adalah jenis cakalang, tongkol dan baby tuna. Operasional pancing ini sangat bergantung kepada kondisi
angin di lokasi penangkapan dan biasa dilakukan pada siang hingga sore hari. Alat ini tidak menggunakan pemberat karena prinsip dasar kerjanya
umpan seakan melayang dan memantul di atas permukaan air seperti sedang meakukan aktivitas renang. Alat ini merupakan modifikasi dari pancing tarik
dengan menggunakan media bantu berupa layang-layang dan umpan tiruan dalam pengoperasiannya. Kelebihan dari teknik memancing ini adalah, umpan dapat
berada jauh sekali dari pemancing. Efek naik turunnya layang-layang dapat diteruskan kepada umpan, yang membuat ikan pemangsa akan sangat tertarik.
A
E B
C
D
Layang-layang yang digunakan terbuat dari bahan plastik dengan tujuan tahan terhadap air sehingga tidak cepat rusak. Tali layang-layang menggunakan
bahan senar no. 60-80 dengan panjang berkisar antara 30-60 meter tergantung keinginan nelayan. Tali pancing menggunakan bahan senar no. 50-60 dengan
panjang berkisar 3 – 5 meter. Pancing yang digunakan no.5-7 Gambar 20.
Gambar 20 Desain pancing layang-layang.
Keterangan: A. Tali utama ; Senar no.60-80 30-60 mtr
B. Kili-kili swivel C. Tali pancing ; Senar no.50-60, panjang 3-3,5 mtr, jarak antar tali pancing 7-10 m.
D. Mata pancing no5-7. tiga pancing digabung menjadi satu unit. E. Layang-layang bahan plastik, kerangka bambu.
4.3.2.4 Pancing tegak vertical line
Pancing tegak atau biasa disebut pancing tomba oleh nelayan Prigi termasuk jenis pancing vertical line dengan mata pancing tunggal no. 3 dan 5.
Tali utama bagian atas menggunakan PA monofilament no.3000 sepanjang 35-50 m dan dibagian bawah PA monofilament no. 1200 sepanjang 10-20 m yang
dihubungkan dengan kili-kili swivel. Gulunggan talinya menggunakan jerigen 20 liter yang sekaligus berfungsi sebagai pelampung Gambar 21.
Pancing jenis ini dioperasikan disekitar rumpon pada siang hari dengan menggunakan umpan ikan hidup hasil tangkapan dari pancing tangan yang lain.
A B
C D
E
40 cm 60 cm
A B
C
D
Caranya tali pancing diulur sepanjang 30-50 m, dan sisa tali digulung di jerigen, dengan harapan kalau pancing dimakan ikan maka tali akan mulur dengan
sendirinya. Jerigen dilepas dibiarkan mengapung diatas permukaan air disekitar rumpon. Pancing dioperasikan 3-5 unit. Sasarannya adalah ikan tuna besar dan
ikan pelagis besar lainnya seperti layaran dan marlin.
Gambar 21 Desain pancing tegak vertical line.
Keterangan : A. Jerigen 20 liter
B. Senar PA monofilamen no.3000, panjang 45 meter C. Kili-kili
D. Senar PA monofilamen no.1200, panjang 10 meter E. Pancing no 3 - 5
4.3.2.5 Jaring insang gillnet
Jaring insang gillnet merupakan alat tangkap dengan kontruksi utama berupa jaring webbing. Bentuknya adalah lembaran jaring empat persegi
panjang dengan ukuran mata jaring yang sama pada keseluhuhannya. Umumnya ikan tertangkap dengan cara tersangkut di bagian insangnya dan terpuntal pada
jaring. Jaring insang tergolong alat tangkap ikan yang pasif. Jaring dioperasikan di sekitar rumpon pada malam hingga menjelang pagi hari subuh dengan
bantuan cahaya lampu. Setelah jaring ditawur setting, dibiarkan hanyut
A
B
C
D
E
drifting selama 3 - 5 jam. Pengangkatan jaring hauling dilakukan sambil melepas hasil tangkapan yang telah tersangkut.
Pengoperasian dilakukan dengan menggunakan bantuan lampu mercuri 400 dan 500 watt. Jaring dipasang setting sejauh kurang lebih 1-2 mil dari
rumpon. Lampu dinyalakan pada rumpon, setelah ikan mengumpul, lampu ditarik perlahan menuju ke arah jaring. Kemudian gerombolan ikan diarahkan untuk
melewati menabrak jaring yang telah terpasang. Desain satu pis jaring insang dapat dilihat pada Gambar 22.
Gambar 22 Desain satu pis jaring insang gillnet nelayan Prigi.
Keterangan: Jumlah jaring
: 4 - 6 pis Pelampung besar
: Bola
ø
30 cm digunakan 4 buah pis, Tali Pelampung PE
ø
10 mm, 4-5 m. Bendera tanda
: 2 x 1 meter, pada ujung jaring diberi lampu tanda senter
4.3.3 Nelayan
Penyerapan tenaga kerja yang melakukan kegiatan perikanan di PPN Prigi pada tahun 2009 adalah sebesar 9.103 orang Tabel 9, yang terdiri dari 6.503
orang nelayan 71,44, pedagangpengolah ikan 1.208 orang 13,27 dan tenaga lainnya 1.392 orang 15,29.
300 ; 4,5“ 210 d9
70 m
Batu 5 – 7 kg
Ø 30 cm PE Ø 10 mm
4-5 m PE Ø 8 mm
PE Ø 8 mm
Batu 1,5 kg
Saran 8
PE Ø 8 mm PE Ø 8 mm
Tabel 9 Jumlah penyerapan tenaga kerja di PPN Prigi tahun 2000-2009
No Tahun
Jumlah nelayan
Pedagang Pengolah Ikan
Pekerja lainnya
Jumlah
1 2000
3624 211
233 4068
2 2001
4190 239
361 4790
3 2002
4210 251
370 4831
4 2003
4325 337
319 4981
5 2004
5526 975
1043 7544
6 2005
6235 975
1328 8538
7 2006
6271 975
1373 8619
8 2007
6271 1201
1392 8864
9 2008
6271 1201
1392 8864
10 2009
6503 1208
1392 9103
Nelayan di Prigi dapat dibedakan menjadi dua kelompok berdasarkan asal domisilinya yaitu nelayan lokal penduduk dan nelayan andon pendatang.
Nelayan lokal adalah nelayan yang berasal dari daerah tersebut dan tinggal menetap, sementara nelayan andon adalah nelayan pendatang yang bukan
penduduk daerah tersebut. Jumlah nelayan atau anak buah kapal ABK yang mengoperasikan
armada tonda dan jaring insang berkisar antara 4 sampai 5 yang terdiri dari kapten kapal, penanggung jawab mesin, juru masak dan nelayan biasa . Dalam
pembagian tugas di atas kapal, kapten memiliki tanggung jawab paling besar terhadap semua kegiatan dan kelancaran operasional penangkapan ikan.
Penangung jawab mesin bertugas untuk menjaga kelancaran mesin selama operasi. Juru masak bertangguna jawab untuk menyiapkan makanan untuk semua
ABK di atas kapal. Pembagian tugas tersebut sudah menjadi kesepakatan tidak tertulis dalam
satu unit armada penangkapan, tetapi tidak menutup kemungkinan tugas nelayan yang satu dapat juga dilakukan oleh nelayan yang lainnya. Pada saat operasi alat
tangkap dilakukan seluruh nelayan bersama-sama melakukan operasi penangkapan ikan.
4.3.4 Rumpon
Sejarah perkembangan rumpon di Perairan Prigi mulai digunakan pertama kali oleh nelayan andon dari Sulawesi yang berlayar dan mencari ikan sampai ke
perairan Prigi sekitar tahun 1999. Pada awalnya terjadi kecemburuan sosial yang menyebabkan konflik oleh nelayan prigi terhadap nelayan andon yang
mendapatkan hasil tangkapan ikan lebih banyak dibanding mereka, hal ini disebabkan karena nelayan andon menggunakan alat bantu rumpon untuk
mengumpulkan ikan. Akibat dari konflik tersebut nelayan andon lebih sering menjual hasil tangkapan mereka keluar wilayah Prigi.
Pemerintah mengadakan penyuluhan terhadap neleyan Prigi dengan tujuan agar mereka mengerti dan memahami mengapa nelayan andon dapat lebih
berhasil, dengan menggunakan alat bantu rumpon ternyata menghasilkan tangkapan ikan yang lebih menjanjikan. Awal tahun 2004 penggunaan rumpon
oleh nelayan Prigi mulai marak digunakan, yang mana hal ini berakibat langsung terhadap produksi hasil tangkapan khususnya untuk jenis ikan pelagis besar tuna
dan cakalang.
4.3.4.1 Konstruksi rumpon
Bahan dasar rumpon yang digunakan nelayan Prigi sebagai alat bantu terdiri dari ponton besi sebagai pelampung, tali temali, daun kelapa sebagai
atraktor tempat ikan berkumpul, dan semen cor sebagai pemberat Gambar 23.
Gambar 23 Kontruksi rumpon nelayan Prigi.
Keterangan : 1. Pelampung.
3. Tali rumpon 2. Atraktor.
4. Pemberat
1
2
3
4
1 2
3A
3B
3C
4 3D
Bahan yang digunakan untuk pembuatan satu unit rumpon sebagian besar menggunakan buatan manusia bukan alami, mudah didapat, dengan daya tahan
pakai lebih lama dibandingkan dengan bahan alami Tabel 10. Tabel 10. Ukuran dan bahan rumpon di Prigi
No Komponen
Bahan Ukuran
Jumlah Keterangan
1 2
3 4
Pelampung Atraktor
Jenis Tali
Pemberat Tali rumpon
A B
C D
Segel Kili-kili
Pemberat Tali
Besi Daun kelapa
Polyethylene Semen cor
Polyethylene Polyethylene
Polyethylene Polyethylene
Besi Besi
Ban bekas Semen cor
Polyethylene TL = 2 -2,5 m
BL = 1,6 – 2 m D = 1 m
- Ø = 20 cm
50 kg Ø 40 mm
Ø 40 mm Ø 40 mm
Ø 40 mm Ø 2,2 cm
Ø 2 cm -
120 kg Ø 40 mm
1 unit 40 – 60 buah
30 – 50 mtr 1 unit
4 unit 2 unit
4 unit 2 unit
5 unit 5 unit
6 unit
21 unit 21 unit
Ponton Jarak antar
daun: 50 – 100 cm.
1.000 m 2.000 m
500 m 100 m
Ban mobil 15 meter
4.3.4.2 Penyebaran rumpon
Penempatan rumpon di laut oleh nelayan Prigi hanya berdasarkan pengalaman dan naluri dengan menggunakan bantuan alat pendeteksi posisi rupa
bumi atau yang biasa disebut Global Positioning System GPS agar saat akan melakukan operasi penangkapan ikan rumpon dengan mudah dapat ditemukan.
Rumpon yang berhasil dicatat selama penelitian berjumlah 55 unit, tetapi tidak menutup kemungkinan masih terdapat rumpon lain yang belum tercatat. Hal
ini disebabkan tidak adanya pendataan jumlah rumpon yang akurat oleh aparat setempat yang berwenang. Penempatan posisi rumpon nelayan Prigi dapat dilihat
pada Gambar 24.
Gambar 24 Posisi rumpon nelayan Prigi. Posisi rumpon nelayan Prigi dari fishing base PPN Prigi tercatat sebelah
paling barat hingga ke lokasi selatan Yogyakarta pada posisi 08º44 24 LS, 110º40 39 BT, sedangkan yang terjauh ke arah selatan hingga 09º20 12 LS,
110º55 29 BT, dan rumpon terdekat pada posisi 08º34 09 LS, 111º42 04 BT. Berdasarkan strata kedalaman perairan, jumlah rumpon pada kedalaman
0 – 500 meter sebanyak 7 unit, 500 – 1000 meter sebanyak 20 unit, 1000 – 3000 sebanyak 24 unit dan 3000 – 4000 meter sebanyak 4 unit Gambar 24.
Penempatan rumpon terdekat oleh nelayan Prigi berjarak sekitar 16 mil-laut dari fishing base
PPN Prigi. Hasil perhitungan menunjukkan jarak terdekat antar rumpon berjarak 1,80 mil-laut dan jarak terjauh antar rumpon berjarak 12,88 mil-
laut, dengan rata-rata antar rumpon berjarak 5,16 mil-laut Lampiran 1. Keputusan Menteri Pertanian nomor: 51Kptsik.250197, rumpon
dipasang dengan jarak antar rumpon minimal 10 mil laut. Berdasarkan peraturan
tersebut untuk wilayah luas perairan tempat penyebaran rumpon yang berhasil didata sebesar 8.940 km² jumlah rumpon yang layak pada wilayah tersebut
berjumlah 33 unit, sedangkan berdasarkan otonomi daerah luas perairan laut Kabupaten Trenggalek yang berpusat di PPN Prigi pada perairan 12 mil sebesar
2.133 km² DKP, 2006 jumlah rumpon yang baik ditanam pada lokasi tersebut berjumlah 8 unit. Hasil penelitian Kleiber and Hampton 1994, Dagorn et al.
2000a menyatakan bahwa pengaruh rumpon yang baik pada radius 9 km 5nmil, dengan asumsi jarak antar rumpon 18 km 10 nmil,.
4.4 Aspek Bioekologis Perikanan
Pengukuran biologi dilakukan terhadap jenis ikan hasil tangkapan utama di sekitar rumpon yang didaratkan di PPN Prigi. Sampel ikan yang diukur tidak
membedakan jenis kelamin dan sangat minim, hal ini dikarenakan kondisi perairan yang kurang baik yang menyebabkan banyak nelayan tidak turun melaut
dan menurut informasi yang didapat hal ini dapat dikatakan terjadi sepanjang tahun 2010. Kejadian serupa juga banyak terjadi pada nelayan-nelayan dari
daaerah lain di Indonesia karena kondisi alam yang kurang baik untuk operasional penangkapan ikan.
Pengukuran kondisi fisika kimia perairan dilakukan pada akhir Oktober 2010 secara langsung pada tiga titik rumpon milik nelayan. Data yang diambil
berupa data profil perairan secara vertikal hingga kedalaman 60 meter berupa kecerahan, salinitas, suhu, arah arus dan kecepatan arus.
4.4.1 Distribusi ukuran ikan hasil tangkapan
Hasil pengukuran panjang FL fork length cakalang pada bulan Juli 2010 sebanyak 48 ekor dengan dominasi pada kisaran 32 – 36 cm, Desember 2010
sebanyak 32 ekor dengan dominasi pada kisaran 40 – 44 cm, Januari 2011 diukur sebanyak 35 ekor dengan dominasi pada kisaran 32 – 36 cm. Tuna mata besar
pada bulan Juli 2010 sebanyak 23 ekor dengan dominasi pada kisaran 44 – 48 cm, Desember 2010 sebanyak 55 ekor dengan dominasi pada kisaran 40 – 44 cm,
Januari 2011 sebanyak 36 ekor dengan dominasi pada kisaran 36 – 40. Tuna sirip kuning pada bulan Juli 2010 sebanyak 52 ekor dengan dominasi pada kisaran
36 – 40 cm, Desember 2010 sebanyak 36 ekor pada kisaran 28 – 32 cm, Januari 2011 sebanyak 19 ekor pada kisaran 32 – 36 cm dan 36 – 40 cm.
Cakalang yang berhasil diukur sebanyak 115 ekor dengan dominasi pada kisaran 32 – 36 cm, tuna mata besar 95 ekor dengan dominasi pada kisaran 40 –
44 cm, tuna sirip kuning 107 ekor pada kisaran 28 – 32 Gambar 25.
Gambar 25 Sebaran panjang cagak fork length ikan dominan. Ukuran panjang ikan secara keseluruhan untuk jenis cakalang sebanyak
115 ekor dengan dominasi ukuran pada kisaran 32 – 36 cm, tuna mata besar 95 ekor dengan dominan pada kisaran 40 – 44 cm dan tuna sirip kuning 107 ekor
pada kisaran 28 – 32 menggambarkan hasil tangkapan tuna tersebut masih berukuran kecil. Tingkat kematangan gonad ikan tuna sirip kuning dan tuna mata
besar hasil tangkapan di rumpon berada pada tingkat immature belum matang gonad atau dengan kata lain belum layak tangkap Gambar 26.
Gambar 26 Hasil tangkapan baby tuna di lokasi penelitian.
Yellowfin Bigeye
Hasil pengukuran ikan sampel, kisaran berat ikan cakalang pada bulan Juli 2010 sebanyak 48 ekor dengan berat dominan pada kisaran 0,75 – 1,2 kg,
Desember 2010 sebanyak 32 ekor dengan berat dominan pada kisaran 1,20 – 1,65 kg, Januari 2011 sebanyak 35 ekor dengan berat dominan pada kisaran 0,75
– 1,20 kg. Pengukuran berat tuna mata besar pada bulan Juli 2010 sebanyak 23 ekor dengan berat dominan pada kisaran 2,1 – 2,55 kg, Desember 2010 sebanyak
55 ekor dengan berat dominan pada kisaran 1,20 – 1,65 kg, Januari 2011 sebanyak 36 ekor dengan berat dominan pada kisaran 0,75 – 1,20 kg. Pengukuran tuna sirip
kuning pada bulan Juli 2010 sebanyak 52 ekor dengan berat dominan pada kisaran 0,75 – 1,20 cm. Desember 2010 sebanyak 36 ekor dengan berat dominan pada
kisaran 0,30 – 0,75 kg, Januari 2011 sebanyak 19 ekor dengan berat dominan pada kisaran 0,75 – 1,20 kg.
Secara keseluruhan cakalang yang berhasil diukur sebanyak 115 ekor dengan berat dominan pada kisaran 0,75 – 1,20 kg, tuna mata besar 95 ekor
dengan berat dominan pada kisaran 0,75 – 1,20 kg, tuna sirip kuning 107 ekor dengan berat dominan pada kisaran 0,30 – 0,75 kg Gambar 27.
Gambar 27 Sebaran berat ikan dominan hasil tangkapan.
4.4.2 Hubungan panjang dan berat ikan hasil tangkapan
Hubungan panjang-berat untuk tuna mata besar diperoleh persamaan y = 0,014x
3.096
, tuna sirip kuning mempunyai persamaan y = 0,0006x
3.960
dan ikan cakalang mempunyai persamaan y = 0,055x
2.733
, dimana y adalah berat gram dan x adalah panjang cagak cm. Hasil persamaan regresi linear setelah
dilakukan transformasi Ln untuk tuna mata besar y = 3,096x – 4,249 dengan nilai R² = 0,868, tuna sirip kuning y = 3,960x – 7,396 dengan nilai R² = 0,919,
sedangkan untuk jenis ikan cakalang diperoleh persamaan y = 2,733x – 2,896 dengan nilai R² = 0,890. Nilai b koefisien regresi dari hubungan panjang dan
berat, untuk tuna mata besar 3,096, tuna sirip kuning 3,960, sedangkan ikan cakalang adalah 2,733 Gambar 28.
Gambar 28 Hubungan panjang dan berat ikan dominan.
Berasarkan hasil uji-t yang dilakukan terhadap ke-tiga jenis ikan tersebut pada tingkat kepercayaan 95 = 0,05 diketahui nilai b berbeda nyata dengan
nilai 3 t-
hitung
t-
tabel
Tabel 11. Sehingga dapat dikatakan bahwa pertumbuhan ikan cakalang b3 bersifat alometrik negatif dimana pertambahan berat lebih
lambat dari pertambahan panjang, sedangkan untuk jenis tuna mata besar dan tuna sirip kuning b3 bersifat allometrik positif dimana pertambahan berat lebih
cepat dari pertambahan panjang. Tabel 11 Gambaran statistik parameter hubungan panjang dan berat hasil
tangkapan utama di rumpon
Jenis ikan R²
a b
T-
hitung
T-
tabel
Hasil Keterangan
Cakalang 0,890
0,055 2,733
24,542 1,981
T-
hitung
T-
tabel
Alometrik - Tuna mata besar
0,869 0,014
3,096 22,551
1,986 T-
hitung
T-
tabel
Alometrik + Tuna sirip kuning
0,919 0,0006
3,960 14,317
1,983 T-
hitung
T-
tabel
Alometrik +
Effendie 1997 menyatakan bahwa faktor kondisi merupakan derivat dari pertumbuhan. Faktor kondisi bisa disebut faktor K. Faktor kondisi ini
menunjukkan keadaan baik dari ikan dilihat dari kapasitas fisik survival dan reproduksi. Secara komersial kondisi ini mempunyai arti kualitas dan kuantitas
daging yang tersedia. Nilai K berkisar 2 – 4 bila badan ikan pipih, dan 1 – 3 bila badan ikan tidak pipih fusiform. Variasi nilai K tergantung pada ketersediaan
makanan, umur, jenis kelamin dan kematangan gonad. Hasil pengamatan untuk jenis ikan cakalang diperoleh nilai rata-rata faktor
kondisi K adalah 2,1 dan nilai rata-rata faktor kondisi relatif Kn sebesar 1,0. Untuk tuna mata besar diperoleh nilai rata-rata faktor kondisi adalah 2,1 dan nilai
rata-rata faktor kondisi relatif sebesar 1,0. Tuna sirip kuning diperoleh nilai rata- rata faktor kondisi 2,0 dan nilai rata-rata faktor kondisi relatif sebesar 1,0
Tabel 12. Tabel 12 Faktor kondisi dan kondisi relatif hasil tangkapan utama di rumpon
Cakalang n=115
Tuna mata besar n=95
Tuna sirip kuning n=107
FL cm
W gram
K Kn
FL cm
W gram
K Kn
FL cm
W gram
K Kn
Rata-rata 40,5
1451,7 2,1
1,0 42,5
1687,4 2,1
1,0 36,8
1188,0 2,0
1,0 St Dev
6,3 622,6
0,3 0,1
6,0 716,45
0,4 0,2
7,2 838,7
0,5 0,2
Max 60,0
3500,0 2.7
1,3 58,0
3700,0 3,0
1,5 58,0
3700,0 2,8
1,5 Min
30,0 500,0
1.4 0,7
28,0 350,0
1,4 0,7
27,0 250,0
1,1 0,6
Keterangan : FL panjang cagak, W berat, K faktor kondisi, Kn faktor kondisi relatif
Hubungan panjang dan berat berdasarkan musim Gambar 29 setelah dilakukan transformasi Ln diperoleh untuk cakalang pada musim timur
y = 2,731x – 2,818 dengan nilai R² = 0,960, dan pada musim barat y = 2,705x – 2,843 dengan nilai R² = 0,850. Untuk tuna mata besar pada musim
timur y = 2,150x – 0,526 dengan nilai R² = 0,861, dan pada musim barat y = 3,142x – 4,481 dengan nilai R² = 0,876. Sedangkan Untuk tuna sirip kuning
pada musim timur y = 2,914x – 3,435 dengan nilai R² = 0,934, dan pada musim barat y = 3,882x – 7,240 dengan nilai R² = 0,950.
Gambar 29 Hubungan panjang dan berat ikan dominan berdasarkan musim. Hasil regresi linear Tabel 13 setelah dilakukan transformasi Ln,
hubungan panjang dan berat bila dilihat berdasarkan musim, pola pertumbuhan ikan cakalang baik musim timur dan barat bersifat alometrik negatif dengan nilai
b = 2,732 pada musim timur dan 2,705 pada musim barat. Sedangkan untuk ikan tuna mata besar terdapat perbedaan pola pertumbuhan, pada musim timur bersifat
alometrik negatif dengan nilai b = 2,150 dan pada musim barat bersifat alometrik positif dengan nilai b = 3,142. Begitu pula dengan ikan tuna sirip kuning terdapat
perbedaan pola pertumbuhan, pada musim timur bersifat alometrik negatif dengan nilai b = 2,914 dan pada musim barat bersifat alometrik positif dengan
nilai b = 3,882. Tabel 13 Gambaran statistik parameter hubungan panjang dan berat hasil
tangkapan utama di rumpon berdasarkan musim
Jenis ikan Musim timur Juli
Musim barat Des-Jan Persamaan
Nilai-b R²
Keterangan
Persamaan Nilai-b R²
Keterangan
Cakalang y = 2,731x - 2,818 2,732 0,959 A -
y = 2,705x - 2,843 2,705 0,850 A -
T. mata besar
y = 2,150x - 0,526 2,150 0,861 A -
y = 3,142x - 4,481 3,142 0,876 A +
T. sirip kuning
y = 2,914x - 3,435 2,914 0,934 A -
y = 3,882x - 7,240 3,882 0,950 A
+
Keterangan: A- Alometrik negatif, A+ Alometrik positif, T Tuna
Hasil pengamatan berdasarkan musim, untuk jenis ikan cakalang diperoleh nilai rata-rata faktor kondisi K pada musim timur adalah 2,22 dengan nilai rata-
rata faktor kondisi relatif Kn sebesar 1,02 dan pada musim barat nilai rata-rata faktor kondisi K adalah 2,00 dengan nilai rata-rata faktor kondisi relatif Kn
sebesar 1,02. Untuk ikan tuna mata besar diperoleh nilai rata-rata faktor kondisi K pada musim timur adalah 2,29 dengan nilai rata-rata faktor kondisi relatif
Kn sebesar 1,09 dan pada musim barat nilai rata-rata faktor kondisi K adalah 1,95 dengan nilai rata-rata faktor kondisi relatif Kn sebesar 1,05. Untuk ikan
tuna sirip kuning diperoleh nilai rata-rata faktor kondisi K pada musim timur adalah 2,36 dengan nilai rata-rata faktor kondisi relatif Kn sebesar 1,01 dan pada
musim barat nilai rata-rata faktor kondisi K adalah 1,67 dengan nilai rata-rata faktor kondisi relatif Kn sebesar 1,04 Tabel 14.
Tabel 14 Faktor kondisi dan kondisi relatif hasil tangkapan utama di rumpon
berdasarkan musim
+, +,
-. +,
+,
, 0 1
2
4.4.3 Kondisi fisika kimia perairan
Pengukuran rumpon pertama dilakukan pagi hari tepatnya pukul 05.30 WIB pada posisi 08º43 55 LS, 111º25 48 BT dengan kecerahan perairan hingga
kedalaman 17 meter, rumpon ke-dua pada posisi 08º36 31 LS, 111º.30 47 BT, pada pukul 08.00 WIB dengan kecerahan perairan hingga kedalaman 18 meter,
dan rumpon ke-tiga pada posisi 08º43 40 LS, 111º32 48 BT, pada pukul 11.00 WIB dengan kecerahan perairan hingga 17 meter.
Arus perairan merupakan salah satu faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap pola pergerakan serta keberadaan ikan. Pada tiap strata kedalaman
umumnya arus bergerak dari arah barat dan barat laut menuju timur dan tenggara, rata-rata kecepatan arus disekitar rumpon-1 lebih kuat daripada di rumpon-2 dan
rumpon-3 terutama pada lapisan permukaan surface current hingga kedalaman 40 meter Tabel 15.
Tabel 15 Rata-rata arah dan kecepatan arus tiap strata kedalaman
Kedalaman
m
Arus rumpon 1 Arus rumpon 2
Arus rumpon 3 Arus rata-rata
Arah derajat
Kec. ms
Arah derajat
Kec. ms
Arah derajat
Kec. ms
Arah derajat
Kec. ms
1-10 113,76 0,67
140,54 0,44 104,55 0,41
119,62 0,51 11-20
68,15 0,77 133,71 0,40
110,29 0,53 104,05 0,71
21-30 110,46 0,57
122,06 0,30 102,90 0,50
111,81 0,46 31-40
86,33 0,80 113,73 0,53
50,83 0,59 83,63 0,64
41-50 135,20 0,44
97,57 0,65 92,38 0,30
108,38 0,46 51-60
81,56 0,40 106,50 0,82
84,58 0,35 90,88 0,52
Rata-rata
99,24 0,61 119,02 0,52
90,92 0,45 103,06 0,53
Keterangan: Kec kecepatan
Profil temperatur dan salinitas perairan disekitar lokasi rumpon yang diamati dapat dilihat pada Gambar 30. Sebaran vertikal temperatur dan salinitas
pada kedua lokasi pengamatan menunjukkan pola yang hampir sama. Lapisan homogen dengan kondisi temperatur dan salinitas relatif stabil, terdapat sampai
kedalaman sekitar 30 meter. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa terdapat indikasi terjadinya lapisan thermoklin mulai dari kedalaman 30 meter.
Gambar 30 Profil temperatur dan salinitas.
4.4.4 Musim penangkapan ikan
Analisis pendugaan pola musim penangkapan ikan menggunakan metode
persentase rata-rata
The Average Percentage Methods
diperoleh dari analisa data produksi bulanan yang telah distandarisasi terlebih dahulu, dengan laju tangkap
bulanan
yang didasarkan pada data runtun waktu Times Series
minimal lima tahun
.
Nilai indeks musim IM yang lebih dari 100 lebih dari 1 menunjukkan musim tangkap, sedangkan kurang dari 100 menunjukkan bukan musim tangkap.
Hasil perhitungan pendugaan indeks musim Gambar 31 terlihat bahwa musim penangkapan ikan terjadi pada bulan Juli sampai November dengan nilai
indeks diatas nilai 100 dan puncak musim pada bulan Juli dan Agustus, hal ini mengindikasikan bahwa aktivitas penangkapan ikan di sekitar rumpon pada
periode bulan tersebut memberikan hasil produksi yang lebih baik. Keadaan normal terjadi pada bulan Juni dan Desember, sedangkan pada
bulan Januari sampai Mei terjadi penurunan nilai indeks hingga dibawah nilai 100, hal ini mengindikasikan bahwa pada bulan-bulan tersebut tidak musim ikan
atau dengan kata lain terjadi paceklik.
Gambar 31 Indeks musim penangkapan.
4.5 Aspek Ekonomis
Analisa kelayakan usaha dilakukan untuk mengetahui secara finansial kondisi penangkapan ikan di rumpon yang ada di Prigi apakah layak untuk
dilanjutkan atau dikembangkan. Analisis ini berdasarkan pada perhitungan analisa pendapatan usaha dan analisis kriteria investasi.
4.5.1 Analisis pendapatan usaha
Biaya investasi pada usaha perikanan tangkap di PPN Prigi terutama adalah untuk biaya pembelian kapal ikan termasuk mesin dan alat-alat
kelengkapan kapal, alat penangkapan ikan, dan rumpon. Nilai investasi yang dibutuhkan untuk armada tonda menghabiskan biaya
investasi sebesar Rp 174.995.000,-. yang terdiri dari investasi rumpon sebesar Rp 47.920.000,- dan investasi kapal sebesar Rp 127.075.000,-. Total biaya tetap
yang harus dikeluarkan selama satu tahun sebesar Rp 10.900.000, dan biaya tidak tetap kapal sebesar Rp 160.805.400,-.
Nilai investasi armada jaring insang sebesar Rp 157.005.000,-. yang terdiri dari investasi rumpon sebesar Rp 47.405.000,- dan investasi kapal sebesar
Rp 109.600.000,-. Total biaya tetap yang harus dikeluarkan selama satu tahun sebesar Rp 10.428.500, dan biaya tidak tetap kapal sebesar Rp 125.142.000,-.
Pendapatan rata-rata per trip untuk armada tonda pada musim puncak Juli – November sebesar Rp 19.000.000,-, pada musim sedang Juni dan Desember
sebesar Rp 9.720.000,- dan pada musim paceklik Januari – Mei sebesar Rp 4.150.000,-. Rata-rata hasil pendapatan per trip armada jaring insang pada
musim puncak Juli – November sebesar Rp 16.750.000,-, pada musim sedang
Juni dan Desember sebesar Rp 10.650.000,- dan pada musim paceklik Januari – Mei sebesar Rp 3.730.000,-.
Hasil analisa pendapatan yang dilakukan terhadap unit armada tonda menunjukkan adanya nilai keuntungan
sebesar Rp 204.583.600,- nilai RC sebesar 2,02, dan payback period 0,86 tahun Lampiran 15 . Unit armada jaring
insang nilai keuntungan sebesar Rp. 208.954.000,- nilai RC sebesar 2,29, dan
payback period 0,75 tahun Lampiran 16 .
Hasil analisis penerimaan dan biaya RC didapat dari total penerimaan TR dalam setahun dibagi dengan total biaya TC. Hal ini dapat dikatakan
bahwa usaha penangkapan ikan dengan memanfaatkan rumpon sebagai alat bantu memberikan manfaat yang lebih dari biaya yang dikeluarkan, karena memiliki
nilai RC lebih dari 1. Nilai payback period diperoleh dengan membandingkan biaya investasi terhadap keuntungan yang diperoleh selama satu tahun.
4.5.2 Analisis kriteria investasi
Pendekatan analisis finansial yang ke-dua adalah analisis kriteria investasi yang meliputi NPV Net Present Value, IRR Internal Rate of Return dan Net
BC Net Benefit-Cost Ratio. Hal ini dilakukan untuk mengetahui secara menyeluruh tentang baik atau tidaknya suatu usaha yang dikerjakan.
Berdasarkan informasi dari lapangan selama survei dilakukan, asumsi yang digunakan dalam analisis kriteria investasi adalah seperti berikut:
a Umur proyek 10 tahun, sesuai dengan umur teknis kapal 10 tahun. b Umur ekonomis mesin kapal selama 4 tahun, alat tangkap 3 tahun, genset 4
tahun, lampu 2 tahun, GPS 4 tahun, kompas 3 tahun dan rumpon 5 tahun. c Kenaikan harga per tahun untuk mesin sebesar 4 , alat tangkap dan rumpon
masing-masing 5 , genset, lampu, GPS dan kompas masing-masing 2 . d Penyusutan nilai kapal, mesin, genset, lampu, GPS dan kompas masing-
masing sebesar 10 , alat tangkap 20 , dan rumpon 40 . e Kenaikan seluruh harga komponen biaya tetap sebesar 2 per tahun, biaya
tidak tetap, penerimaan, dan penyusutan masing-masing sebesar 1 per tahun f Biaya retribusi tetap setiap tahunnya sebesar 2 .
g Jumlah trip berkisar 3 trip per bulan atau 36 trip per tahun. h Tingkat suku bunga pinjaman discount rate sebesar 12 per tahun.
Berdasarkan hasil wawancara dengan nelayan pada penelitian ini dapat diketahui bahwa hasil tangkapan bervariasi untuk armada tonda pada musim
puncak tangkapan tuna 700 – 1000 kg, cakalang 500 – 700 kg, dan lain-lain 200 – 300 kg. Musim sedang tangkapan tuna 300 – 500 kg, cakalang 200 – 300 kg, dan
lain-lain 60 – 100 kg. Musim paceklik tangkapan tuna 100 – 150 kg, cakalang 80 – 100 kg, dan lain-lain 50 – 60 kg. Hasil perhitungan menunjukkan untuk armada
tonda diperoleh nilai net present value NPV sebesar Rp 173.452.274,- , nilai net benefit per cost
net BC sebesar 1,99 dan internal rate of return IRR sebesar 23 Tabel 16.
66
Tabel 16 Komponen kriteria investasi armada tonda
No. A. Komponen Biaya investasi
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10
1 Kapal umur teknis 10 tahun 2 Mesin Kapal umur teknis 3 tahun
3 Alat tangkap umur teknis 3 tahun 4 Diesel genset umur teknis 4 tahun
5 Lampu umur teknis 2 tahun ,,
6 GPS umur teknis 4 tahun 7 Kompas umur teknis 3 tahun
8 Rumpon umur teknis 5 tahun
9 Total 1 sd 8
No. B. Komponen biaya tetap per tahun
1 Perawatan kapal 2 Perawatan alat tangkap
3 Perawatan mesin 4 Pajak kapal tahun
5 Perawatan rumpon
6 Total 1 Sd 5 ,,
.,-, .,-,
.,-, , ,.
, ,. , ,-
,, ,-,
, , .-
No. C. Komponen biaya tidak tetap per tahun
1 Bahan bakar 2 Oli mesin
3 Gas 4 Es balok
5 Biaya makan 6 Obat-obatan
7 Umpan pancing 8 Air
9 Retribusi
10 Total 1 Sd 9
6 6
67
Lanjutan
No. D. Komponen penerimaan per tahun
1 Musim puncak Jul sd Nov
1.1 Tuna 15 trip 1.2 Cakalang 15 trip
1.3 Lainnya 15 trip
Total 1.1 sd 1.3 2
Musim sedang JunDes
1.1 Tuna 6 trip 1.2 Cakalang 6 trip
1.3 Lainnya 6 trip
Total 1.1 sd 1.3 3
Musim paceklik Jan sd Mei
1.1 Tuna 15 trip 1.2 Cakalang 15 trip
1.3 Lainnya 15 trip
Total 1.1 sd 1.3 4
Total 1+2+3 No.
E. Komponen penyusutan per tahun
1 Kapal 10
2 Mesin Kapal 10
3 Alat tangkap 20 4 Diesel genset 10
5 Lampu 10 6 GPS 10
7 Kompas 10 8 Rumpon 40
9 Total 1 sd 8
6 7
68
Lanjutan No.
F. Komponen tenaga kerja per tahun 1
Bagi hasil pemilik 50 : ABK 50
2
Bonus juru mudi 1
3 Upah teknisi
4 Total 1 sd 3
TR df = 12
PV PV +
PV - NPV
IRR Net BC
6 8
Armada jaring insang pada musim puncak tangkapan tuna 600 – 700 kg, cakalang 400 – 600 kg, dan lain-lain 300 – 400 kg. Musim sedang tangkapan tuna
400 – 500 kg, cakalang 200 – 300 kg, dan lain-lain 90 – 100 kg. Musim paceklik tangkapan tuna 100 – 150 kg, cakalang 60 – 80 kg, dan lain-lain 40 – 60 kg. Hasil
perhitungan menunjukkan untuk armada jaring insang nilai net present value NPV sebesar Rp 235.179.732,- , nilai net benefit per cost net BC sebesar 2,50
dan internal rate of return IRR sebesar 32 Tabel 17.
70
Tabel 17 Komponen kriteria investasi armada jaring insang
No. A. Komponen Biaya investasi
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10
1 Kapal umur teknis 10 tahun 60.000.000
2 Mesin Kapal umur teknis 3 tahun 24.000.000
29.199.670 32.845.657
3 Alat tangkap umur teknis 3 tahun 14.560.000
17.697.771 20.487.382
23.716.706 4 Diesel genset umur teknis 4 tahun
4.500.000 4.968.364
5.377.917 5 Lampu umur teknis 2 tahun
4.740.000 5.030.126
5.233.343 5.444.770
5.664.739 6 GPS umur teknis 4 tahun
800.000 883.265
956.074 7 Kompas umur teknis 3 tahun
1.000.000 1.082.432
1.148.686 1.218.994
8 Rumpon umur teknis 5 tahun 47.405.000
63.527.234
9 Total 1 sd 8
157.005.000 -
- 5.030.126 18.780.203 40.284.641 63.527.234 27.080.838 32.845.657 11.998.729 24.935.700
No. B. Komponen biaya tetap per tahun
1 Perawatan kapal 1.200.000
1.224.000 1.248.480
1.273.450 1.298.919
1.324.897 1.351.395
1.378.423 1.405.991
1.434.111 2 Perawatan alat tangkap
3.600.000 3.672.000
3.745.440 3.820.349
3.896.756 3.974.691
4.054.185 4.135.268
4.217.974 4.302.333
3 Perawatan mesin 2.400.000
2.448.000 2.496.960
2.546.899 2.597.837
2.649.794 2.702.790
2.756.846 2.811.983
2.868.222 4 Pajak kapal tahun
3.600.000 100.000
100.000 100.000
100.000 100.000
100.000 100.000
100.000 100.000
5 Perawatan rumpon 100.000
102.000 104.040
106.121 108.243
110.408 112.616
114.869 117.166
119.509
6 Total 1 Sd 5 10.900.000
7.546.000 7.694.920
7.846.818 8.001.755
8.159.790 8.320.986
8.485.405 8.653.113
8.824.176 No.
C. Komponen biaya tidak tetap per tahun
1 Bahan bakar 48.600.000
49.086.000 49.576.860 50.072.629 50.573.355 51.079.088 51.589.879 52.105.778 52.626.836 53.153.104 2 Oli mesin
5.040.000 5.090.400
5.141.304 5.192.717
5.244.644 5.297.091
5.350.062 5.403.562
5.457.598 5.512.174
3 Gas 2.160.000
2.181.600 2.203.416
2.225.450 2.247.705
2.270.182 2.292.884
2.315.812 2.338.970
2.362.360 4 Es balok
11.520.000 11.635.200 11.751.552 11.869.068 11.987.758 12.107.636 12.228.712 12.350.999 12.474.509 12.599.254
5 Biaya makan 36.000.000
36.360.000 36.723.600 37.090.836 37.461.744 37.836.362 38.214.725 38.596.873 38.982.841 39.372.670 6 Obat-obatan
3.600.000 3.636.000
3.672.360 3.709.084
3.746.174 3.783.636
3.821.473 3.859.687
3.898.284 3.937.267
7 Umpan pancing 7.200.000
7.272.000 7.344.720
7.418.167 7.492.349
7.567.272 7.642.945
7.719.375 7.796.568
7.874.534 8 Air
3.600.000 3.636.000
3.672.360 3.709.084
3.746.174 3.783.636
3.821.473 3.859.687
3.898.284 3.937.267
9 Retribusi 7.422.000
7.496.220 7.571.182
7.646.894 7.723.363
7.800.597 7.878.603
7.957.389 8.036.962
8.117.332
10 Total 1 Sd 9 125.142.000
126.393.420 127.657.354 128.933.928 130.223.267 131.525.500 132.840.755 134.169.162 135.510.854 136.865.962
7
71
Lanjutan
No. D. Komponen penerimaan per tahun
1 Musim puncak Jul sd Nov
1.1 Tuna 15 trip 126750000
128.017.500 129.297.675 130.590.652 131.896.558 133.215.524 134.547.679 135.893.156 137.252.087 138.624.608 1.2 Cakalang 15 trip
82500000 83.325.000 84.158.250 84.999.833 85.849.831 86.708.329 87.575.412 88.451.167 89.335.678 90.229.035
1.3 Lainnya 15 trip 42000000
42.420.000 42.844.200 43.272.642 43.705.368 44.142.422 44.583.846 45.029.685 45.479.982 45.934.781
Total 1.1 sd 1.3 251.250.000
253.762.500 256.300.125 258.863.126 261.451.758 264.066.275 266.706.938 269.374.007 272.067.747 274.788.425
2 Musim sedang JunDes
1.1 Tuna 6 trip 40500000
40.905.000 41.314.050 41.727.191 42.144.462 42.565.907 42.991.566 43.421.482 43.855.697 44.294.254 1.2 Cakalang 6 trip
18.000.000 18.180.000 18.361.800 18.545.418 18.730.872 18.918.181 19.107.363 19.298.436 19.491.421 19.686.335
1.3 Lainnya 6 trip 5.400.000
5.454.000 5.508.540
5.563.625 5.619.262
5.675.454 5.732.209
5.789.531 5.847.426
5.905.900
Total 1.1 sd 1.3 63.900.000
64.539.000 65.184.390 65.836.234 66.494.596 67.159.542 67.831.138 68.509.449 69.194.543 69.886.489
3 Musim paceklik Jan sd Mei
1.1 Tuna 15 trip 33.750.000
34.087.500 34.428.375 34.772.659 35.120.385 35.471.589 35.826.305 36.184.568 36.546.414 36.911.878 1.2 Cakalang 15 trip
14.700.000 14.847.000 14.995.470 15.145.425 15.296.879 15.449.848 15.604.346 15.760.390 15.917.994 16.077.174
1.3 Lainnya 15 trip 7.500.000
7.575.000 7.650.750
7.727.258 7.804.530
7.882.575 7.961.401
8.041.015 8.121.425
8.202.640
Total 1.1 sd 1.3 55.950.000
56.509.500 57.074.595 57.645.341 58.221.794 58.804.012 59.392.052 59.985.973 60.585.833 61.191.691
4 Total 1+2+3
371.100.000 374.811.000 378.559.110 382.344.701 386.168.148 390.029.830 393.930.128 397.869.429 401.848.123 405.866.605
No. E. Komponen penyusutan per tahun
1 Kapal 10 4.425.000
4.469.250 4.513.943
4.559.082 4.604.673
4.650.719 4.697.227
4.744.199 4.791.641
4.839.557
2 Mesin Kapal 10
1.500.000 1.515.000
1.530.150 1.545.452
1.560.906 1.576.515
1.592.280 1.608.203
1.624.285 1.640.528
3 Alat tangkap 20 445.000
449.450 453.945
458.484 463.069
467.699 472.376
477.100 481.871
486.690 4 Diesel genset 10
440.000 444.400
448.844 453.332
457.866 462.444
467.069 471.740
476.457 481.222
5 Lampu 10 152.000
153.520 155.055
156.606 158.172
159.754 161.351
162.965 164.594
166.240 6 GPS 10
80.000 80.800
81.608 82.424
83.248 84.081
84.922 85.771
86.629 87.495
7 Kompas 10 100.000
101.000 102.010
103.030 104.060
105.101 106.152
107.214 108.286
109.369 8 Rumpon 40
18.962.000 19.151.620 19.343.136 19.536.568 19.731.933 19.929.253 20.128.545 20.329.831 20.533.129 20.738.460
9 Total 1 sd 8
26.104.000 26.365.040 26.628.690 26.894.977 27.163.927 27.435.566 27.709.922 27.987.021 28.266.891 28.549.560
7 1
72
Lanjutan No.
F. Komponen tenaga kerja per tahun 1
Bagi hasil pemilik 50 : ABK 50 117.529.000
120.435.790 121.603.418 122.781.977 123.971.563 125.172.270 126.384.194 127.607.431 128.842.078 130.088.233
2
Bonus juru mudi 1 3.711.000
3.748.110 3.785.591
3.823.447 3.861.681
3.900.298 3.939.301
3.978.694 4.018.481
4.058.666
3
Upah teknisi 3.600.000
3.636.000 3.672.360
3.709.084 3.746.174
3.783.636 3.821.473
3.859.687 3.898.284
3.937.267
4 Total 1 sd 3
124.840.000 127.819.900 129.061.369 130.314.508 131.579.419 132.856.204 134.144.968 135.445.812 136.758.843 138.084.166
TR 157.005.000
84.114.000 86.686.640 82.486.650 69.574.266 48.915.139 26.525.535 63.832.660 58.936.371 80.659.692
df = 12 1,00
0,89 0,80
0,71 0,64
0,57 0,51
0,45 0,40
0,36 PV
157.005.000 75.101.786 69.106.059 58.712.369 44.215.704 27.755.764 13.438.662 28.874.654 23.803.412 29.086.693
PV + 392.184.732
PV - 157.005.000
NPV 235.179.732
IRR 32
Net BC 2,50
7 2
4.6 Optimasi rumpon dan unit armada penangkapan ikan
Optimasi jumlah rumpon menggunakan batuan software MS Excel yang mengacu pada Keputusan Menteri Pertanian no, 51Kptsik,250197 bahwa
rumpon dipasang dengan jarak minimal 10 nmil. Berdasarkan wilayah luas perairan tempat penyebaran rumpon yang berhasil didata sebesar 8.940 km²
jumlah rumpon yang layak berjumlah 33 buah. Sedangkan untuk wilayah Perairan Kabupaten Trenggalek yang berpusat di PPN Prigi pada perairan 12 mil
sebesar 2.133 km² DKP, 2006 jumlah rumpon yang baik ditanam pada lokasi tersebut berjumlah 8 unit, dengan jarak pengaruh rumpon 9,26 km 5nmil
dengan area luasan per unit rumpon 270 km². Pendekatan optimalisasi alokasi unit penangkapan ikan menggunakan
linear goal programming LGP dengan program LINDO 6.3 untuk memperoleh
jumlah alokasi masing-masing unit armada yang optimal di sekitar rumpon. Alokasi optimal yang dimaksud adalah alokasi unit armada penangkapan ikan
yang diatur, sehingga dalam pengoperasiannya dapat mengoptimalkan berbagai sasaran yang ingin dicapai sebagai upaya pengelolaan perikanan tangkap di
sekitar rumpon di PPN Prigi. LGP pada dasarnya mempunyai 3 unsur utama yaitu variabel keputusan,
fungsi tujuan dan fungsi kendala Siswanto, 1990. Variabel keputusan adalah variabel yang menentukan nilai tujuan yang hendak dicapai. Fungsi tujuan
merupakan model untuk menyelesaikan masalah sedangkan fungsi kendala memberi batasan ketersediaan sumberdaya yang digunakan. Model LGP banyak
digunakan dalam analisis yang berkaitan dengan masalah penyusunan kebijakan. Unit armada penangkapan yang menjadi obyek pengaturan dalam operasi
penangkapan di sekitar rumpon yaitu jaring insang X1 dan tonda X2. Sasaran yang ingin dicapai untuk mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya perikanan
sebesar nilai TAC atau 80 dari nilai MSY, mengoptimalkan penggunaan es, air tawar, bahan bakar dan jumlah nelayan ABK.
Fungsi tujuan, pembatas dan variabel keputusan dalam pengelolaan perikanan tangkap di sekitar rumpon dapat dirumuskan sebagai berikut:
Fungsi tujuan: Z = Min DB1 + DA1 + DB2 + DA2 + DA3 + DA4 + DA5 + DB6
Fungsi pembatas: 1
Mengoptimalkan hasil tangkapan tuna sesuai nilai TAC 1,39X1 + 14,08X2 + DB1 - DA1 = 959 tontahun
2 Mengoptimalkan hasil tangkapan cakalang sesuai nilai TAC
2,8X1 + 15,28X2 + DB2 - DA2 = 872 tontahun 3
Mengoptimalkan penggunaan es 1,1X1 +1,36X2 - DA3 6367 tontahun
4 Mengoptimalkan penggunaan air tawar
0,2X1 + 0,36X2 - DA4 7242 tontahun 5
Mengoptimalkan penggunaan bahan bakar 0,35X1 + 0,425X2 - DA5 3013 tontahun
6 Mengoptimalkan jumlah ABK
4X1 + 4X2 + DB6 460 orangtahun Variabel keputusan:
1. X1 43
2. X2 72
Hasil analisis memperlihatkan alokasi kedua unit armada penangkapan di sekitar rumpon untuk mengoptimalkan sasaran yang ingin dicapai adalah:
OBJECTIVE FUNCTION VALUE 1 256,81
VARIABLE VALUE DB1 0
DA1 0 DB2 0
DA2 224,27 DA3 0
DA4 0 DA5 0
DB6 32,54 X1 43
X2 63,87
Hasil analisis diperoleh alokasi unit armada penangkapan di sekitar rumpon untuk jaring insang hanyut X1 sebanyak 43 unit, yang mana tidak
terjadi perubahan terhadap kondisi aktual di lapangan. Sedangkan untuk armada tonda X2 mengalami perubahan pengurangan alokasi unit armada penangkapan
sebanyak 9 armada dari 72 unit menjadi 63 unit. Perbandingan alokasi unit armada penangkapan di sekitar rumpon pada kondisi aktual saat ini dengan hasil
analisis optimasi dapat dilihat pada Tabel 18.
Tabel 18 Alokasi unit armada penangkapan ikan di sekitar rumpon Jenis armada
Alokasi unit armada penangkapan ikan unit Kondisi aktual
Hasil optimasi Jaring insang hanyut
Tonda 43
72 43
63
Berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian no, 51Kptsik,250197 bahwa rumpon dipasang dengan jarak minimal 10 nmil, untuk wilayah perairan laut
Kabupaten Trenggalek yang berpusat di PPN Prigi dengan luas perairan 12 mil sebesar 2.133 km² DKP, 2006 maka jumlah rumpon yang baik adalah 8 unit.
Karena tidak adanya data tercatat tentang jumlah rumpon dan pemanfaatan sumberdaya yang pasti untuk wilayah Kabupaten Trenggalek maka digunakan
asumsi pemanfaatan sumberdaya di Perairan Kabupaten Trenggalek sebesar 30 dari total pemanfatan sumberdaya yang didaratkan di PPN Prigi.
Fungsi tujuan, pembatas dan variabel keputusan dalam pengelolaan perikanan tangkap di Perairan Kabupaten Trenggalek dapat dirumuskan sebagai
berikut: Fungsi tujuan:
Z = Min DB1 + DA1 + DB2 + DA2 + DA3 + DA4 + DA5 + DB6 Fungsi pembatas:
1 Mengoptimalkan hasil tangkapan tuna sesuai nilai TAC
1,39X1 + 14,08X2 + DB1 - DA1 = 288 tontahun 2
Mengoptimalkan hasil tangkapan cakalang sesuai nilai TAC 2,8X1 + 15,28X2 + DB2 - DA2 = 262 tontahun
3 Mengoptimalkan penggunaan es
1,1X1 +1,36X2 - DA3 1910 tontahun 4
Mengoptimalkan penggunaan air tawar 0,2X1 + 0,36X2 - DA4 2173 tontahun
5 Mengoptimalkan penggunaan bahan bakar
0,35X1 + 0,425X2 - DA5 904 tontahun 6
Mengoptimalkan jumlah ABK 4X1 + 4X2 + DB6 138 orangtahun
Variabel keputusan: 1
X1 43 2
X2 72
Hasil analisis memperlihatkan alokasi kedua unit armada penangkapan di Perairan Kabupaten Trengggalek untuk mengoptimalkan sasaran yang ingin
dicapai adalah: OBJECTIVE FUNCTION VALUE
1 70.67 VARIABLE VALUE
DB1 0 DA1 0
DB2 0 DA2 70,67
DA3 0 DA4 0
DA5 0 DB6 0
X1 16 X2 19
Hasil analisis diperoleh alokasi unit armada penangkapan di sekitar rumpon untuk jaring insang hanyut X1 sebanyak 16 unit, sedangkan untuk
armada tonda X2 menjadi 19 unit. Perbandingan alokasi unit armada penangkapan di sekitar rumpon pada Perairan Kabupaten Trenggalek dengan hasil
analisis optimasi dapat dilihat pada Tabel 19. Tabel 19 Alokasi unit armada penangkapan ikan di Perairan Kabupaten
Trenggalek Jenis armada
Alokasi unit armada penangkapan ikan unit Kondisi aktual
Hasil optimasi Jaring insang hanyut
Tonda 43
72 16
19
5 PEMBAHASAN
5.1 Perkembangan Perikanan Pelagis Besar