Gambaran Kemitraan Kedelai Edamame di Lapangan

53 Menentukan program tanam yang disesuaikan dengan kebutuhan pasar. Membeli seluruh hasil produksi dari para Plasma yang memenuhi standar mutu yang telah ditentukan oleh pihak Inti. Memberikan penyuluhan dan bimbingan serta pengawasan terhadap Plasma di lapangan. b. Kewajiban Plasma Mengikuti dan melaksanakan program kerja dan teknis budidaya yang diberikan oleh inti. Menjual hasil produksinya kepada inti dengan harga yang telah ditentukan. Menyelesaikan pinjaman saprotan dengan jangka waktu maksimal tiga bulan dihitung dari mulai pengambilan sarana produksi.

5.3. Gambaran Kemitraan Kedelai Edamame di Lapangan

Praktek kemitraan yang dibahas pada penelitian ini adalah praktek kemitraan yang menggunakan konsep Mitra Tani, lebih khusus lagi kepada mitra tani komoditi kedelai edamame. Persyaratan untuk menjadi petani mitra komoditi kedelai edamame PT Saung Mirwan cukup sederhana yaitu hanya menyerahkan fotokopi KTP, menandatangani surat perjanjian kemitraan dan memenuhi kewajiban sebagai mitra yang telah ditentukan oleh PT Saung Mirwan. Semua hak dan kewajiban sudah tertulis dalam surat perjanjian kemitraan yang ditandatangani oleh petani dan perusahaan. Surat perjanjian kemitraan seharusnya dimiliki oleh setiap petani mitra, namun kenyataannya banyak petani mitra yang tidak memiliki surat perjanjian kemitraan. Surat perjanjian kemitraan hanya dimiliki oleh 20 persen petani responden, sedangkan 80 persen petani responden tidak memiliki surat perjanjian kemitraan. Kondisi ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Fadholi 2005 dimana sebagian besar petani mitra hanya melakukan permohonan secara lisan kepada penyuluh PT Saung Mirwan untuk menjadi petani mitra. Tidak dimilikinya surat perjanjian kemitraan oleh petani membuat posisi tawar petani menjadi lemah, seandainya terjadi masalah dikemudian hari. Setelah petani terdaftar menjadi petani mitra, petani mendapatkan benih kedelai edamame dari PT Saung Mirwan dengan cara dihutangkan dan dibayarkan 54 nanti ketika petani sudah panen. Petani wajib menjual hasil panennya berupa kedelai edamame kepada PT Saung Mirwan. Kedelai edamame yang diterima oleh PT Saung Mirwan adalah kedelai edamame segar yang dipanen pada usia kurang lebih 72 hari dengan jumlah polong 2-3 polong. Sementara kedelai edamame yang cacat atau berpolong satu dikembalikan kepada petani dan petani akan menjualnya ke pasar atau sebagian dikonsumsi sendiri. PT Saung Mirwan dalam menjalin kemitraan dengan petani juga mengatur waktu tanam antara petani mitra yang satu dengan petani mitra yang lain. Hal ini guna menyesuaikan total pasokan kedelai edamame yang ada dengan permintaan yang ada. Pengaturan ditetapkan oleh penyuluh pada saat petani mengambil benih kedelai edamame. PT Saung Mirwan menyediakan benih dengan harga Rp 40.000,00 per kg. Pembayaran benih dilakukan setelah petani menyerahkan hasil panennya kepada PT Saung Mirwan. Hasil panen kedelai edamame segar petani dihargai oleh PT Saung Mirwan sebesar Rp 6.750,00 per kg. Menurut 56,7 persen petani responden, harga beli yang ditawarkan oleh PT Saung Mirwan sudah lebih tinggi dari harga pasar yang berlaku, sedangkan 43,3 persen menyatakan bahwa harga tersebut merupakan harga standar yang berlaku. Pembayaran hasil panen petani biasanya dilakukan setelah 2-3 minggu setelah penyerahan hasil panen. Hasil yang akan diterima petani tentunya akan dipotong terlebih dahulu untuk biaya benih yang telah diambil petani pada saat sebelum tanam. Selain bantuan benih yang dihutangkan kepada petani, PT Saung Mirwan juga menyediakan tenaga penyuluh untuk membantu petani dalam menghadapi permasalahan di dalam budidaya kedelai edamame. Penyuluhan diberikan ketika ada petani mitra baru yang ingin menanam kedelai edamame untuk pertama kali, sehingga petani yang akan menanam kedelai edamame mengerti bagaimana cara melakukan budidaya kedelai edamame yang baik dan benar. Selain pemberian penyuluhan diawal, penyuluh juga melakukan kunjungan ke petani untuk melihat bagaimana kedelai edamame yang ditanam oleh para petani mitra PT Saung Mirwan. Penyuluh PT Saung Mirwan dalam menjalankan tugasnya dibantu oleh beberapa koordinator petani yang ditempatkan berdasarkan daerah tempat tinggal dan daerah penanaman kedelai edamame. Koordinator petani juga merupakan 55 petani mitra PT Saung Mirwan yang menanam edamame. Koordinator petani biasanya membawahi beberapa petani mitra. Koordinator petani dipilih oleh para petani mitra yang berada dalam satu daerah dan biasanya merupakan orang yang sudah lama menanam kedelai edamame. Pengadaan koordinator petani bertujuan untuk mempermudah penyuluh PT Saung Mirwan dalam melakukan pengawasan untuk daerah yang lokasinya jauh dari PT Saung Mirwan. Selain itu koordinator petani juga berperan membantu petani dalam membantu petani mitra lainnya ketika menghadapi suatu permasalahan, mengingat penyuluh PT Saung Mirwan yang hanya berjumlah satu orang, sehingga tidak dapat setiap saat mengunjungi petani mitra. Seandainya permasalahan yang ada tidak dapat diatasi oleh koordinator petani, barulah koordinator tersebut menyampaikan permasalahannya kepada penyuluh PT Saung Mirwan. Hubungan baik yang telah terbentuk antara petani mitra, koordinator dan penyuluh serta meningkatnya permintaan pasar terhadap kedelai edamame membuat jumlah petani mitra kedelai edamame PT Saung Mirwan terus mengalami peningkatan. Hal tersebut ditunjukkan dengan meningkatnya jumlah petani mitra kedelai edamame PT Saung Mirwan. Awal terbentuknya kemitraan yaitu pada tahun 1992 jumlah petani yang bermitra berjumlah 5 orang dan berkembang menjadi 40 orang pada tahun 2005 dan sekarang telah mencapai kurang lebih 100 petani mitra. Peningkatan jumlah petani mitra juga disebabkan oleh banyaknya petani mitra yang merasa puas bermitra dengan PT Saung Mirwan. Sebanyak 93,3 persen atau 28 petani responden menyatakan puas bermitra dengan PT Saung Mirwan, sedangkan 6,7 persen atau dua petani responden menyatakan tidak puas bermitra dengan PT Saung Mirwan. Alasan petani responden yang merasa tidak puas dengan kemitraan yang terjalin saat ini disebabkan oleh beberapa hal diantaranya : a. Kesulitan dalam mendapatkan benih dari PT Saung Mirwan Benih yang berasal dari PT Saung Mirwan dahulunya merupakan benih yang dibeli dari PT Mitra Tani Dua Tujuh yang sama-sama melakukan kemitraan kedelai edamame dengan petani. Benih yang dibeli oleh PT Saung Mirwan pada 56 saat itu jumlahnya terbatas hanya sekitar 10-20 kg per minggu. Hal ini dikarenakan jumlah benih yang ada bergantung kepada ketersediaan benih di PT Mitra Tani Dua tujuh. Jumlah benih yang terbatas inilah yang menyebabkan banyak petani mitra PT Saung Mirwan kesulitan dalam mendapatkan benih untuk melakukan kegiatan budidaya edamame secara kontinyu. Masalah ini mulai teratasi pada tahun 2009, ketika PT Saung Mirwan berhasil membudidayakan benih secara mandiri. Hingga saat ini PT Saung Mirwan telah mampu memproduksi benih 70-100 kg per minggunya, namun permintaan akan benih masih melebihi penawaran benih yang ada yaitu sekitar 110-120 kg per minggunya. b. Kualitas benih yang jelek PT Saung Mirwan tidak dapat memastikan kualitas benih yang diberikan kepada para petani mitra. Penyebabnya adalah dahulunya benih yang diberikan kepada para petani mitra merupakan benih yang berasal dari PT Mitra Tani Dua Tujuh yang berlokasi di Jember, Jawa Timur. Benih yang berasal dari PT Mitra Tani Dua Tujuh banyak dikeluhkan oleh para petani dikarenakan banyak benih yang tidak tumbuh ketika benih tersebut ditanam. Hal ini bisa disebabkan oleh perbedaan kondisi agroklimat yang berbeda antara wilayah Jember dengan wilayah Bogor. Permasalahan ini mulai teratasi sejak tahun 2009, ketika PT Saung Mirwan menghasilkan benih secara mandiri. c. Proses sortasi yang ketat Petani mitra mengeluhkan selama menjadi petani mitra di PT Saung Mirwan banyak hasil panennya yang ditolak oleh PT Saung Mirwan. Hasil panen yang diterima oleh PT Saung Mirwan adalah kedelai edamame segar dengan isi polong 2-3 polong. Selain itu kedelai edamame yang diterima tidak boleh ada bercak ataupun cacat pada kulitnya, sehingga pada saat ini ada sebagian petani mitra yang beralih kepada pihak lain yang dinilai petani tidak melakukan sortasi hasil panen terlalu ketat. d. Waktu pembayaran hasil panen yang terlalu lama Pembayaran hasil panen yang dilakukan oleh PT Saung Mirwan kepada petani mitra adalah 2-3 minggu setelah penyerahan hasil panen. Sistem ini menyebabkan banyak petani yang merasa dirugikan, karena untuk melakukan 57 kegiatan budidaya kedelai edamame kembali mereka tidak memiliki modal. Beberapa petani mitra pun akhirnya memilih untuk beralih kepada pihak lain yang mampu membayar hasil panen petani dengan jangka waktu 3-7 hari setelah penyerahan hasil panen. 5.4. Gambaran Umum Petani Responden 5.4.1. Umur Petani Responden