63
VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN
6.1. Analisis Budidaya Kedelai Edamame
Budidaya kedelai edamame dilakukan oleh para petani mitra PT Saung Mirwan di lahan persawahan. Rata-rata dalam satu tahun para petani mitra
menanam kedelai edamame sebanyak tiga kali dengan sistem rotasi. Rotasi yang diterapkan oleh petani mitra adalah dua kali menanam kedelai edamame diselingi
dengan menanam padi atau palawija, lalu dilanjutkan dengan menanam edamame kembali.
6.1.1. Pengadaan Benih
Varietas kedelai edamame yang banyak ditanam oleh para petani mitra di lokasi penelitian adalah varietas Ryokkoh. Petani mitra memperoleh benih kedelai
edamame dari PT Saung Mirwan dengan cara dihutangkan. Pembayaran terhadap benih yang diambil dilakukan dengan cara memotong hasil panen yang diserahkan
oleh petani kepada PT Saung Mirwan sesuai dengan jumlah benih yang diambil oleh petani, sehingga petani memiliki kewajiban menjual hasil panennya kepada
PT Saung Mirwan. Harga benih per kilogram yaitu sebesar Rp 40.000.
6.1.2. Persiapan Lahan
Persiapan lahan merupakan salah satu bagian penting yang harus dilakukan sebelum melakukan budidaya kedelai edamame. Persiapan lahan yang
baik dapat memberikan kondisi lingkungan yang ideal bagi pertumbuhan tanaman. Persiapan lahan terdiri dari beberapa kegiatan yaitu pengolahan lahan,
pembuatan bedengan dan saluran air parit. a. Pengolahan Lahan
Pengolahan tanah merupakan upaya memperbaiki kondisi tanah untuk mendapatkan struktur tanah yang baik. Pengolahan tanah yang dilakukan oleh
petani di lokasi penelitian terdiri dari dua kegiatan yaitu pembersihan lahan dari gulma dan pembukaan tanah. Pembersihan lahan dari gulma merupakan kegiatan
membersihkan lahan dari rumput-rumput atau gulma yang ada pada lahan bekas dari proses usahatani sebelumnya. Setelah gulma yang ada di lahan sudah
64 dibersihkan, tahapan selanjutnya adalah melakukan pembukaan tanah. Tanah yang
ada dicangkul dan dibalik hingga membentuk bongkahan-bongkahan kecil. b. Pembuatan Bedengan dan Saluran Air
Tanah yang sudah berbentuk bongkahan-bongkahan kecil, selanjutnya siap untuk dibuat menjadi bedengan-bedengan dengan tinggi bedeng 20-25 cm
dan lebar bedengan sebesar satu meter, sementara untuk panjang bedengan disesuaikan dengan bentuk lahan yang ada. Bersamaan dengan pembuatan
bedengan dilakukan juga pembuatan saluran air parit. Menurut Samsu 2001 lebar saluran air antar bedengan yang dibutuhkan untuk budidaya kedelai
edamame adalah sebesar 40-50 cm, namun petani hanya membuat saluran air dengan lebar sekitar 20-30 cm. Hal ini disebabkan oleh terbatasnya lahan yang
dimiliki petani untuk melakukan budidaya kedelai edamame. Setelah bedengan selesai dibuat, bedengan tersebut tidak langsung
ditanami, melainkan didiamkan 2-3 hari. Fungsi dari bedengan didiamkan selama 2-3 hari adalah agar tanah yang ada pada bedengan menjadi padat dan tidak
mudah hancur. Berdasarkan literatur, setelah bedengan selesai dibuat, selanjutnya dilakukan pemberian pupuk dasar yang terdiri dari pupuk kandang dan pupuk
kimia, namun praktek di lokasi penelitian sebagian besar petani tidak memberikan pupuk dasar setelah pembuatan bedengan. Sebanyak 86,7 persen
petani responden tidak memberikan pupuk dasar setelah pembuatan bedengan dan sebanyak 13,3 persen petani responden hanya memberikan pupuk kandang setelah
pembuatan bedengan. Pemberian pupuk dasar dilakukan petani pada saat tanaman berumur satu minggu. Hal ini dilakukan petani dikarenakan petani menganggap
pemberian pupuk dasar sebelum penanaman dapat merugikan petani seandainya benih yang ditanam tidak tumbuh.
Pengolahan lahan yang dilakukan oleh petani di lokasi penelitian dilakukan oleh tenaga kerja laki-laki. Rata-rata jumlah tenaga kerja yang
dibutuhkan untuk melakukan pengolahan lahan di luas lahan satu hektar yaitu untuk tenaga kerja dalam keluarga TKDK sebesar 39,81 HOK dan tenaga kerja
luar keluarga TKLK sebesar 64,71 HOK. Sebagian besar para petani di lokasi penelitian menyewa tenaga kerja untuk melakukan pengolahan lahan.
65
6.1.3. Penanaman