51 Penambahan luas areal produksi dan penanaman ternyata belum bisa
memenuhi permintaan yang ada. Salah satu cara yang dilakukan oleh PT Saung Mirwan agar permintaan terpenuhi adalah dengan melakukan kegiatan kerjasama
dengan petani di sekitar perusahaan atau biasa dikenal dengan istilah kemitraan.
5.2.2. Visi dan Misi PT Saung Mirwan
PT Saung Mirwan sebagai salah satu perusahaan yang bergerak dalam bidang agribisnis memiliki visi untuk dapat menjadi salah satu leader dibidang
agribisnis dengan menerapkan teknologi tepat guna untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat pertanian. Visi tersebut bisa tercapai dengan cara
menjalankan beberapa misi yang telah ditetapkan oleh PT Saung Mirwan. Adapun misi dari PT Saung Mirwan adalah sebagai berikut:
1. Menghasilkan produk pertanian yang berkualitas tinggi secara
berkesinambungan sesuai dengan kebutuhan pasar. 2.
Senantiasa meningkatkan kualitas produk, kualitas sumber daya manusia dan kualitas pelayanan untuk memberikan kepuasan pelanggan.
3. Mengembangkan sistem agribisnis melalui jaringan kemitraan.
4. Bekerjasama dengan berbagai lembaga penelitian untuk menerapkan
teknologi tepat guna yang bermanfaat untuk pelaku agribisnis.
5.2.3. Kemitraan PT Saung Mirwan
PT Saung Mirwan melakukan peningkatkan volume produksi untuk dapat memenuhi permintaan konsumen Peningkatan volume produksi tersebut
membutuhkan penambahan luas areal tanam, tenaga kerja, benih, dan lain-lain. Melihat hal itu, Bapak Tatang Theo Hadinata selaku pemilik perusahaan, sangat
menyadari bahwa kondisi ini memerlukan modal yang besar, sehingga beliau memutuskan untuk membuat suatu pola kerjasama yaitu dengan menjalin sistem
kemitraan dengan para petani setempat. Beliau beranggapan bahwa dengan menjalin sistem kemitraan dapat lebih menguntungkan banyak pihak. Satu pihak
perusahaan mendapat pasokan produk untuk memenuhi permintaan yang ada dan di sisi lain petani menjadi lebih sejahtera dikarenakan mendapat kepastian pasar
dengan harga yang stabil. Beliau juga menerapkan konsep bahwa dalam menjalin
52 hubungan kemitraan haruslah saling percaya, saling memiliki, saling melindungi,
dan saling menguntungkan. Hubungan kemitraan antara PT Saung Mirwan dengan para petani dimulai
sejak tahun 1992 dengan mengajak lima orang petani di sekitar PT Saung Mirwan. Seiring berjalannya waktu jumlah petani yang bermitra dengan PT Saung
Mirwan terus mengalami peningkatan, sehingga perusahaan memutuskan untuk membentuk suatu divisi baru di dalam perusahaan yaitu divisi kemitraan. Divisi
ini dipimpin oleh satu kepala bagian dan dibantu oleh dua koordinator serta beberapa tenaga lapang atau biasa dikenal dengan istilah penyuluh. Komoditi
yang diproduksi dengan menjalin kemitraan dengan petani diantaranya adalah kedelai edamame, kaelan baby, buncis mini, paprika, pakcoy baby, dan pakcoy
hijau. PT Saung Mirwan dalam menjalin hubungan kemitraan menerapkan dua
konsep kemitraan, yaitu: 1. Mitra Tani
Mitra Tani adalah suatu konsep kemitraan inti-plasma, dimana PT Saung Mirwan bertindak sebagai inti, sedangkan para petani bertindak sebagai plasma.
Konsep Mitra Tani dikhususkan untuk petani yang menanam komoditas di areal lahan terbuka.
2. Mitra Kota Konsep ini sebenarnya sama saja dengan Mitra Tani yaitu menerapkan
konsep inti-plasma. Perbedaannya adalah Mitra Kota dikhususkan untuk para petani yang menanam atau membudidayakan komoditas paprika secara
hidroponik dengan menggunakan bangunan greenhouse. Dua konsep kemitraan ini disertai dengan adanya kewajiban bagi kedua belah
pihak. Berikut adalah penjabaran kewajiban yang harus ditaati oleh inti maupun plasma :
a. Kewajiban Inti Menyediakan kebutuhan sarana produksi dengan sistem peminjaman,
dimana nantinya harus dikembalikan setelah selesai digunakan ataupun panen.
Menentukan jenis komoditas yang ditanam oleh Plasma.
53 Menentukan program tanam yang disesuaikan dengan kebutuhan pasar.
Membeli seluruh hasil produksi dari para Plasma yang memenuhi standar
mutu yang telah ditentukan oleh pihak Inti. Memberikan penyuluhan dan bimbingan serta pengawasan terhadap
Plasma di lapangan. b. Kewajiban Plasma
Mengikuti dan melaksanakan program kerja dan teknis budidaya yang diberikan oleh inti.
Menjual hasil produksinya kepada inti dengan harga yang telah ditentukan. Menyelesaikan pinjaman saprotan dengan jangka waktu maksimal tiga
bulan dihitung dari mulai pengambilan sarana produksi.
5.3. Gambaran Kemitraan Kedelai Edamame di Lapangan