28 Garis AA’ menggambarkan rasio harga input. Garis AA’ yang
bersinggungan dengan kurva isoquant merupakan kondisi dimana efisiensi alokatif tercapai. Secara matematis, pendekatan input rasio efisiensi alokatif dapat
ditulis sebagai berikut : AE
i
= 0R0Q Jarak R-Q menunjukkan terjadinya pengurangan biaya produksi jika terjadi
efisiensi alokatif. Sementara itu rasio efisiensi ekonomi dapat ditulis sebagai berikut:
EE
i
= 0R0P Penghitungan nilai inefisiensi menggunakan model yang dibuat oleh
Coelli, Rao dan Battese 1998. Model efek inefisiensi teknis diasumsikan bebas dan distribusinya terpotong normal dengan variabel acak yang tidak
negatif. Penentuan nilai parameter distribusi μ efek inefisiensi teknis digunakan
rumus sebagai berikut : μ =
+ Z
it
+ w
it
dimana Z
it
adalah variabel penjelas yang merupakan vektor ukuran 1xM yang nilai konstan,
adalah parameter skalar yang dicari nilainya dengan ukuran Mx1 dan w
it
adalah variabel acak.
3.1.6. Konsep Kemitraan
Menurut Soekartawi 1994 suatu usahatani memerlukan empat unsur pokok yaitu lahan, tenaga kerja, modal, dan manajemen. Terkadang salah satu dari
keempat unsur tersebut tidak dimiliki oleh petani, sehingga diperlukan adanya kerjasama dalam melakukan kegiatan usahatani. Kerjasama yang biasa terjalin
dalam kegiatan usahatani adalah kerjasama kemitraan. Hafsah 2000 mengemukakan bahwa kemitraan adalah suatu strategi bisnis yang yang dilakukan
oleh dua pihak atau lebih dalam jangka waktu tertentu untuk meraih keuntungan bersama dengan prinsip saling membutuhkan dan saling membesarkan. Kemitraan
merupakan solusi untuk mengurangi masalah kesejahteraan yang tidak merata dalam lapisan masyarakat. Kemitraan bisa menjadi solusi, karena keberadaan
maupun fungsi dan peranannya diperlukan untuk memberdayakan semua lapisan
masyarakat.
29 Menurut Jiaravanon 2007 kemitraan atau contract farming adalah sistem
produksi dan pemasaran dimana terjadi pembagian risiko produksi dan pemasaran diantara pelaku agribisnis dan petani kecil. Sistem ini sebagai suatu terobosan
untuk mengurangi biaya transaksi yang tinggi. Adanya contract farming memungkinkan adanya dukungan yang lebih luas terhadap petani serta dapat
mengatasi masalah-masalah yang berkaitan dengan minimnya informasi. Contract farming memberikan kepastian kepada petani bahwa produknya akan dibeli pada
saat panen. Penerapan contract farming dapat meningkatkan posisi tawar petani di mata perusahaan. Sedangkan Menurut Peraturan Pemerintah No. 44 Tahun 1997,
kemitraan adalah kerjasama usaha antara usaha kecil dengan usaha menengah dan atau dengan usaha besar disertai pembinaan dan pengembangan oleh usaha
menengah dan atau usaha besar dengan memperhatikan prinsip saling memerlukan, saling memperkuat dan saling menguntungkan.
Adapun tujuan kemitraan berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian No. 940 Tahun 1997 adalah untuk meningkatkan pendapatan, keseimbangan usaha,
meningkatkan kualitas sumberdaya kelompok mitra, peningkatan skala usaha, dalam rangka menumbuhkan dan meningkatkan kemampuan usaha kelompok
mitra yang mandiri. Sedangkan menurut Hafsah 2000 tujuan konkret yang ingin dicapai dalam pelaksanaan kemitraan yaitu meningkatkan pendapatan usaha kecil,
memberikan nilai tambah, meningkatkan pemerataan, meningkatkan pertumbuhan ekonomi, memperluas kesempatan kerja dan meningkatkan ketahanan ekonomi
nasional. Pelaksanaan kegiatan kemitraan yang biasa terjalin terdiri atas beberapa
pola. Hafsah 2000 mengemukakan bahwa pola-pola kemitraan yang telah banyak dilaksanakan terdiri dari lima pola yaitu :
1. Pola Inti Plasma
Pola inti plasma merupakan pola hubungan kemitraan antara kelompok mitra usaha sebagai plasma dengan perusahaan inti yang bermitra. Salah satu
contoh pola kemitraan inti plasma adalah pola Perusahaan Inti Rakyat PIR. Pola ini mengatur dimana perusahaan inti menyediakan lahan, sarana produksi,
bimbingan teknis, manajemen, menampung, mengolah dan memasarkan hasil produksi, namun perusahaan inti tetap memproduksi kebutuhan perusahaan.
30 Sedangkan kelompok mitra usaha memiliki tugas memenuhi kebutuhan
perusahaan sesuai dengan persyaratan yang disepakati. Adapun keunggulan dari pola inti plasma antara lain :
a. Memberikan manfaat timbal balik antara pengusaha besar atau menengah
sebagai inti dengan usaha kecil sebagai plasma. b.
Upaya pemberdayaan pengusaha kecil di bidang teknologi, modal, kelembagaan, dan lain-lain.
c. Kemitraan inti plasma membuat usaha kecil yang dibimbing oleh usaha besar
maupun menengah, mampu memenuhi skala ekonomi, sehingga dapat tercapai suatu efisiensi.
d. Kemitraan inti plasma membuat pengusaha besar atau menengah mampu
mengembangkan pasar dan juga komoditas. e.
Keberhasilan kemitraan inti plasma dapat menjadi daya tarik bagi pengusaha besar atau menengah lainnya untuk menjadi investor baru yang dapat
membangun kemitraan baru. f.
Kemitraan inti plasma yang berkembang pesat dapat menumbuhkan pusat- pusat ekonomi baru, sehingga dapat memberikan pemerataan pendapatan bagi
masyarakat, sehingga dapat mencegah kesenjangan sosial. Kemitraan inti plasma tidak lepas dari adanya kelemahan, berikut adalah
kelemahan dari pola kemitraan inti plasma : a.
Petani belum memahami hak dan kewajibannya dengan baik. b.
Perusahaan mitra sebagai inti belum sepenuhnya memberikan perhatian dalam memenuhi fungsi dan kewajiban seperti apa yang diharapkan.
c. Belum adanya kontrak kemitraan yang benar-benar menjamin hak dan
kewajiban dari komoditi yang dimitrakan Hafsah 2000.
31 Gambar 4
. Pola Kemitraan Inti Plasma
Sumber : Sumardjo 2004
2. Pola Subkontrak
Pola subkontrak adalah pola hubungan kemitraan antara perusahaan mitra usaha dengan kelompok mitra usaha yang memproduksi kebutuhan yang
diperlukan oleh perusahaan sebagai bagian dari komponen produksinya. Ciri khas dari bentuk kemitraan subkontrak adalah membuat kontrak bersama yang
mencantumkan volume, harga dan waktu. Kemitraan pola subkontrak mempunyai keunggulan yaitu mampu mendorong terciptanya alih teknologi, modal, dan
keterampilan serta menjamin pemasaran produk kelompok mitra usaha. Selain keunggulan, pola kemitraan subkontrak juga memiliki kelemahan. Kelemahan
kemitraan subkontrak adalah kecenderungan mengisolasi produsen kecil pada suatu bentuk hubungan monopoli dan monopsoni, terjadinya penekanan terhadap
harga masukan, sistem pembayaran yang sering terlambat, dan lain-lain Hafsah 2000.
Plasma
Plasma Plasma
Plasma Perusahaan
32 Gambar 5
. Pola Kemitraan Subkontrak
Sumber : Sumardjo 2004
3. Pola Dagang Umum
Pola dagang umum adalah pola hubungan kemitraan dimana mitra usaha yang memasarkan hasil yang diproduksi oleh perusahaan. Pola kemitraan ini
membutuhkan struktur pendanaan yang kuat dari pihak yang bermitra, baik usaha besar maupun usaha kecil, karena pada dasarnya kemitraan ini adalah hubungan
membeli dan menjual terhadap produk yang dimitrakan. Pola kemitraan dagang umum memiliki keunggulan yaitu adanya jaminan harga atas produk yang
dihasilkan dan kualitas sesuai dengan yang telah disepakati. Selain keunggulan di sisi lain pola kemitraan dagang umum juga memiliki
kelemahan. Kelemahan dari pola ini adalah memerlukan permodalan yang kuat, pengusaha besar sering menentukan secara sepihak mengenai harga dan volume
barang. Selain itu pembayarannya terkadang dalam bentuk konsinyasi atau pembayaran di akhir, sehingga terkadang merugikan usaha kecil, karena
perputaran uang yang terhambat Hafsah 2000.
Kelompok Mitra
Kelompok Mitra
Kelompok Mitra
Kelompok Mitra
Pengusaha Mitra
33 Gambar 6
. Pola kemitraan dagang umum
Sumber : Sumardjo 2004
4. Pola Keagenan
Pola keagenan merupakan salah satu bentuk hubungan kemitraan dimana usaha kecil diberi hak khusus untuk memasarkan barang dan jasa yang dihasilkan
oleh usaha menengah atau usaha besar sebagai mitranya. Kelebihan dari pola kemitraan ini adalah agen dapat menjadi ujung tombak pemasaran usaha besar dan
menengah, dapat memberikan peluang kepada usaha kecil yang kesulitan modal, karena biasanya pola ini melakukan sistem pembayaran secara konsinyasi.
Sedangkan kelemahan dari pola ini adalah penetapan harga yang sepihak oleh agen, sehingga harga produk di pasar menjadi lebih tinggi yang nantinya berimbas
kepada daya beli konsumen. Peranan agen dalam pola ini sangat besar, sehingga agar dapat saling
memberikan manfaat yang saling menguntungkan, maka agen harus lebih profesional, handal dan memiliki kerja keras dalam melakukan pemasaran. Pola
kemitraan keagenan biasa dijalin oleh perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa seperti perdagangan, angkutan penerbangan, pelayaran, pariwisata, angkutan
kereta api, bis, pelayanan telekomunikasi dan lain-lain yang membutuhkan pelayanan jasa keagenan Hafsah 2000.
Perusahaan Mitra
Kelompok Mitra
Konsumen Industri
Memasarkan Memasarkan Produk
Kelompok Mitra
34
Gambar 7 . Pola Kemitraan Keagenan
Sumber : Sumardjo 2004
5. Waralaba
Pola Waralaba merupakan pola hubungan kemitraan antara kelompok mitra usaha dengan perusahaan mitra usaha yang memberikan hak lisensi merek
dagang kepada kelompok mitra usaha yang disertai dengan bantuan bimbingan manajemen. Mitra usaha memiliki kewajiban untuk mengikuti pola yang yang
telah ditetapkan oleh pemilik waralaba, serta memberikan sebagian pendapatannya berupa royalti atas merek dagang yang telah diberikan.
Kelebihan dari pola kemitraan waralaba adalah perusahaan pemilik waralaba dan perusahaan mitra usaha sama-sama mendapatkan keuntungan.
Selain itu pola kemitraan waralaba ini dapat berfungsi sebagai perluasan pasar, karena kemitraan ini bisa memiliki mitra usaha dimana pun. Sedangkan pola
kemitraan waralaba adalah sering terjadi perselisihan jika ada salah satu pihak yang ingkar, adanya ketergantungan dari mitra usaha kepada pihak pemilik
waralaba, dan adanya ketidakbebasan pihak mitra usaha dalam mengontrol usahanya, dikarenakan harus mengikuti prosedur dari pemilik waralaba. Hafsah
2000.
3.2. Kerangka Pemikiran Operasional