1. Kewenangan Authority : siapa yang memegang kewenangan terhadap kontrol dan pengelolaan sumberdaya dalam satu wilayah. Dalam sistem
tradisional dibeberapa negara penelitian Ruddle, menyebutkan ada empat tipe kewenangan yaitu : 1 Tradisional secular leaders atau pemimpin lokal, 2
Religious specialist atau pemimpin agama, 3 Fisheries specialist under
higher authority atau Right – holders under higher authority. 2. Hak Rights : hak kepemilikan merupakan klaim yang diikat oleh hukum juga
praktek. Hak dalam pengelolaan tradisional bisa eklusif, utama atau sekunder dan memungkinkan di masa mendatang menjadi
hak okupasi dan hak penggunaan.
Tipe exclusive adalah hal yang telah diberikan melalui leluhur keluarga, kekuatan atau Tuhan, dan divalidasi oleh asosiasi mitologi sejarah, oleh
karenanya hak secara spesifik didefinisiakan oleh hukum adat Pulea, 1985.
Tipe Primary adalah hak yang diwariskan sebagai suatu hak kesulungan oleh keturunan langsung dari inti keturunan berbasis kelompok
Tipe Secondary adalah hak yang lebih terbatas dan diperoleh melalui afiliasi dengan kelompok perusahaan, karena perkawinan atau pertukaran.
Tipe selanjutnya adalah berdasarkan “Nested” right atau terkait dengan areal penangkapan.
Tipe spesies Tipe alat tangkap Gear
Tipe Habitat
3. Peraturan Rules : aturan didefinisikan bagaimana hak kepemilikan harus dilaksanakan oleh tindakan yang diperlukan, diijinkan dan dilarang
melakukan. 4. Monitoring, pelaksanaan dan sanksi : dalam hak pengelolaan penting untuk
selalu dimonitoring
dan penegakan
sanksi kepada
pelanggar.
Gambar 5 Lokasi penelitian
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Profil Kepulauan Togean
Kepulauan Togean terletak di tengah Teluk Tomini yang memanjang dari barat ke timur pada koordinat 0
.08’21’’- 0 .45’12’’ LS and 121
.33’21’’- 122
.23’36 BT, dengan luas daratan kurang lebih 755,4 km
2
. Secara administratif Gugus Pulau Togean berada dalam wilayah Kabupaten Tojo Una Una Propinsi
Sulawesi Tengah yang berbatasan dengan Perairan Teluk Tomini dan Propinsi Gorontalo di Sebelah Utara. Sebelah Selatan dengan Perairan Teluk Tomini,
daratan utama Kabupaten Tojo Una Una dan Kabupaten Banggai. Sebelah Timur dengan Kecamatan Walea Kepulauan. Sebelah Barat dengan Perairan Teluk
Tomini dan Kecamatan Una-Una BPS 2010. Kepulauan Togean terdiri dari kurang lebih 25 pulau besar dan kecil CII
2006. Secara administratif Kepulauan Togean terdiri dari enam gugusan pulau besar yaitu Pulau Batudaka, Pulau Talatakoh, Pulau Togean, Pulau Una-Una,
Pulau Wahi Bahi, Pulau Walea Kodi. Kepulauan Togean memiliki tiga kecamatan yaitu yaitu Kecamatan Una Una, Kecamatan Togean dan yang terakhir adalah
Kecamatan Walea kepulauan. Kabupaten Tojo Una-Una merupakan kabupaten pemekaran dari Kabupaten Poso pada tahun 2003.
Berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Propinsi Sulawesi Tengah No. 1361028Bappeda tahun 1996, kawasan hutan di Kepulauan Togean
dibagi menjadi Hutan Lindung, Area Penggunaan Lain, Hutan Produksi yang dapat dikonversi, Hutan Produksi dan Hutan Produksi Terbatas. Dengan
penunjukkan Kepulauan Togean sebagai Taman Nasional SK Menteri Kehutanan RI No 418 Tahun 2004, maka fungsi hutan yang ada hanya akan meliputi areal
penggunaan lain dan taman nasional. Kawasan Kepulauan Togean tidak hanya memiliki arti penting bagi
Kabupaten Tojo Una-Una sendiri, namun bagi ekosistem Teluk Tomini. Kawasan ini dapat berfungsi sebagai area perlindungan potensi flora dan fauna khas dan
endemik Togean, menjaga kelangsungan fungsi hidrologi serta optimalisasi pemanfaatan sumberdaya alam laut, sekaligus juga mendukung perkembangan
perekonomian daerah khususnya di bidang pariwisata dan perikanan. Bahkan
secara nasional Kepulauan Togean menjadi bagian dari Program Pengembangan Perikanan Terpadu Teluk Tomini Zamani et al. 2007.
Secara Geomorfologi berdasarkan penelitian biodiversitas yang dilakukan oleh CII 2005, Kepulauan Togean
terletak di punggung tinggi laut dengan kedalaman kurang dari 200 m, kecuali di timur laut lepas pantai Walea Bahi
dengan tebing curam lebih dari 1000 m, yang merupakan bagian dari punggung gunung api Togean yang sudah mati dengan puncak tertinggi gunung Benteng
542 m di Pulau Togean. Kecuali Una-Una, kepulauan ini merupakan bagian dari rangkaian pulau
karang yang membentang dari gugusan Pulau Peleng
menuju daratan Sulawesi terus ke barat laut sampai sekitar pulau Batudaka. Pulau- pulau karang tersebut diduga terbentuk dari permukaan terumbu karang pada
masa Tersier pada daerah gunung api yang bersifat basal. Pulau Una-Una merupakan satu-satunya pulau yang masih menunjukkan kegiatan vulkanik aktif
dan secara struktural menjadi bagian dari wilayah Pegunungan Api Utara Northern Volcanic Mountains yang mencakup kawasan Sulawesi Utara.
Kepulauan Togean memiliki iklim laut tropis dengan sifat iklim musiman, dimana musim kemarau terjadi antara bulan Juni sampai September, sedangkan
musim hujan terjadi antara Oktober sampai Mei. Kawasan Teluk Tomini memiliki bulan basah selama 7-9 bulan dengan bulan kering berlangsung selama 3 bulan.
Curah hujan yang tinggi umumnya terjadi antara bulan April-Mei dan Oktober- Nopember, sementara hujan rendah terjadi pada bulan September dan Desember-
Januari. Curah hujan berkisar 1.200 – 4.100 mmtahun Laapo 2010. Kepulauan Togean terkenal dengan keindahan sumberdaya lautnya yang
memiliki potensi besar dalam usaha wisata laut, sebagian pulau di Kepulauan Togean saat ini telah dimanfaatkan sebagai objek wisata baik yang dikelola oleh
swasta asing maupun masyarakat lokal.
4.2. Profil Pulau Kabalutan
Pulau Kabalutan secara administrasi juga sebagai desa masuk dalam Kecamatan Walea Kepulauan, dengan luas Desa 15,13 km
2
yang terletak di Pulau Talatako. Pulau Kabalutan berbatasan dengan Teluk Tomini di sebelah Barat,
Sebelah Timur berbatasan dengan Tumbalawa, Sebelah Utara berbatasan dengan Desa PatoyanTangkubi dan Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Bomba.
Jumlah penduduk di Pulau Kabalutan adalah 2.913 Jiwa dengan proporsi perempuan lebih banyak yaitu 1.733 jiwa dan Laki-laki 1.180 jiwa.
Secara fisik sebagian besar areal pulau didominasi oleh tanah berbatu limestone sehinga sulit ditumbuhi tanaman. Sebagian besar penduduk 90
persen dari total 2.913 jiwa bermata pencaharian sebagai nelayan Tabel 4. Hanya bagian kecil penduduk berusaha di bidang pertanian, biasanya mereka
berasal dari komunitas non Bajau, atau komunitas Bajau yang sudah melakukan perkawinan dengan komunitas lain seperti suku Bugis, Buton atau Saluan, hanya
sebagian kecil asli Bajau yang bisa berkebun. Berdasarkan survei yang dilakukan, 68.42 responden memiliki sumber pendapatan yang diupayakan dari laut dan
sekitar 31.58 memiliki nafkah ganda yang berasal dari hasil kebun berupa kelapa dan cengkeh.
Mereka memiliki kebun cengkeh dan beberapa yang mengupayakan kopra. Komunitas Sama atau Bajau dahulu hanya mengenal mengail atau memanfaatkan
sumberdaya laut dan dahulu makanan pokok komunitas Bajau hanya sagu yang juga dikenal dengan nama Sinole.
Tabel 5 Jumlah penduduk berdasarkan mata pencaharian
No Mata Pencaharian
Jumlah orang
1 Nelayan
677 2
Petani 115
3 Pegawai
8 4
Pengrajin 3
5 Tukang Kayu
2 6
Tukang Batu 2
7 Pedagang
4
Jumlah 801
Sumber: Fadli 2009
Tingkat pendidikan masyarakat Kabalutan masih sangat rendah, jumlah penduduk yang tidak sekolah mencapai 1.431 orang dan hanya 19 orang yang
berhasil menamatkan pendidikan sekolah menengah atas tabel 5. Sebagian besar penduduk yang melanjutkan sekolah biasanya berasal dari komunitas lain selain
Bajau, tercatat hanya satu putra Bajau yang lulus Sarjana dan menjadi berprofesi sebagai guru SD di Kabalutan. Tetapi saat ini, pendidikan di Kabalutan sudah jauh
lebih baik karena sudah terbangun sekolah SLTP hingga SMU sejak tahun 2010.