Dinamika Pengelolaan Terumbu Karang
Kondisi Terumbu Karang Pulau Kabalutan
Analisis Pengelolaan
Pengelolaan Terumbu Karang Pulau Kabalutan
Analisis Terumbu Karang Kemen LH No 4
Tahun 2001
Studi Literatur, Wawancara Mendalam,
Kuisioner
Model Pengelolaan Ruddle 1996
Pola Pemanfaatan Sumber Daya Laut : Terumbu
Karang
Analisis Kebijakan Wolmer Scones
Gambar 1 Kerangka Pemikiran
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Ekosistem Terumbu Karang
Terumbu karang merupakan keunikan di antara asosiasi atau komunitas lautan yang seluruhnya dibentuk oleh kegiatan bilogis. Terumbu karang adalah
endapan-endapan masif yang penting dari kalsium karbonat yang terutama dihasilkan oleh karang filum Cnidaria, klas Anthozoa, ordo Madreporaria =
Scheractina dengan sedikit tambahan dari alga berkapur dan organisme- organisme lain yang mengeluarkan kalsium karbonat Nybakken 1982.
Terumbu karang merupakan ekosistem khas yang terdapat di wilayah pesisir daerah tropis. Terumbu karang adalah struktur di dasar laut berupa endapan
kalsium karbonat CaCo
3
yang dihasilkan hewan karang. Karang adalah hewan tak bertulang belakang yang termasuk dalam Phylum Coelentera hewan
berongga atau Cnidaria yang dapat mengelurakan CaCo
3.
Jika CaCo
3
terkena air laut maka akan membentuk endapan kapur Timotius in Fredianan et al. 2008.
Terumbu karang termasuk ekosistem yang paling tua di bumi ini. Tahap pertama evolusi terumbu karang terjadi kira-kira 500 juta tahun yang lalu.
Terumbu karang modern ada sejak lebih dari 50 juta tahun yang lalu. Waktu yang dibutuhkan terumbu karang untuk tumbuh, antara 5000 sampai 10.000 tahun.
Produktivitas primer terumbu karang diperkirakan sebesar 1500-3500 g Cm
2
tahun. Terumbu karang mempunyai fungsi yang sangat penting sebagai tempat memijah, mencari makan, daerah asuhan bagi biota laut dan sebagai
sumber plasma nutfah. Terumbu karang juga merupakan sumber makanan dan bahan baku substansi bioaktif yang berguna dalam farmasi dan kedokteran. Selain
itu terumbu karang juga mempunyai fungsi yang tidak kalah pentingnya yaitu sebagai pelindung pantai dari degradasi dan abrasi.
2.1.1. Sifat Biologis Terumbu Karang
Karang yang hidup dilaut, tampak seperti batuan atau tanaman. Tetapi mereka sebenarnya adalah sekumpulan hewan-hewan kecil yang dinamakan polip.
Polip karang bentuknya seperti sebuah karung dan memiliki tangan-tangan yang dinamakan tentakel. Polip menyerap kalsium karbonat dari air laut untuk
membangun rangka luar zat kapur yang dapat melindungi tubuh polip yang sangat
lembut. Pada tentakel polip terdapat racun yang digunakan untuk menangkap berbagai jenis hewan dan tumbuhan laut yang sangat kecil atau disebut plankton
sebagai makanan tambahannya. Tentakel karang terbuka pada malam hari dan digunakan untuk menangkap plankton yang melayang-layang terbawa arus.
Karang batu mendapatkan makanan dari zooxanthella. Zoanthella adalah alga bersel satu yang hodup di dalam jaringan tubuh karang batu. Zoanthella dan
karang memiliki hubungan simbiosis yang saling menguntungkan, zoanthella menyediakan makanan untuk polip karang melalui proses fosintesis, sedangkan
polip karang meyediakan tempat tinggal yang aman dan terlindung untuk zoanthella.
Karang berkembang biak secara sexual dan asexual. Sexual reproduction terjadi saat sel telur dan sperma dikeluarkan oleh karang ke kolom perairan. Sel
telur dan sperma dari jenis yang sama kemudian bergabung menghasilkan larva planula. Planula tumbuh sebagai polip karang. Asexual reproduction terjadi saat
planula tumbuh menjadi polip karang kemudian membelah memperbanyak diri.
2.1.2. Faktor-faktor pembatas terumbu karang
Menurut Nybakken 1989 hampir semua terumbu hanya di temukan pada perairan yang dibatasi oleh permukaan yang isoterm 20
o
C. Karang hermatipik dapat bertahan selama beberapa waktu pada suhu dibawah 20
o
C; akan tetapi seperti yang dicatat oleh Wells 1957 in Nybakken 1989, tidak ada terumbu
karang yang berkembang biak dibawah suhu minimum tahunan di bawah 18
o
C. Perkembangan terumbu karang yang paling optimal terjadi di perairan yang rata-
rata suhu tahunannya 23-25
o
C. Terumbu karang dapat mentoleransi suhu sampai kira-kira 36-40
o
C. Faktor pembatas terumbu karang adalah terumbu karang tidak bisa hidup di zona tropik yang sering terjadi upwelling air dingin, karena
menyebabkan penurunan suhu periaran pantai yang dangkal sampai di bawah suhu yang diperlukan untuk perkembangan terumbu. Terumbu karang juga
dibatasi oleh kedalaman. Terumbu karang tidak dapat berkembang di perairan yang lebih dalam dari 50-70 m. Kebanyakan terumbu tumbuh pada kedalaman 25
m atau kurang. Yang menjadi alasan untuk pembatas kedalaman berhubungan dengan kebutuhan karang hermatipik akan cahaya. Cahaya adalah satu salah satu
faktor yang paling penting yang membatsai terumbu karang, hal ini dikarenakan
proses fososintesis oleh zoanthella simbiotik dalam jaringan karang memerlukan cahaya yang cukup. Tanpa cahaya yang cukup laju fososintesis akan berkurang
dan bersama dengan itu kemapuan karang untuk menghasilkan kalsium karbonat dan membentuk terumbu akan berkurang pula. Titik kompensasi untuk karang
nampaknya merupakan kedalaman dimana intensitas cahaya berkurang sampai 15-20.
Faktor lain yang menjadi pembatas adalah salinitas. Karang hermatipik adalah organisme laut sejati dan tidak dapat bertahan pada salinitas yang jelas
menyimpang dari salinitas air laut yang normal 32-35‰. Perubahan salinitas terkait dengan pasokan air tawar, dan yang sering dihubungkan dengan aliran air
tawar adalah faktor pengendapan. Endapan baik di dalam air maupun di atas karang, mempunyai pengaruh negatif terhadap karang. Kebanyakan karang
hermatipik tidak bisa bertahan dengan adanya endapan yang berat, yang menutupiny dan menyumbat struktur pemberian makananya. Endapan dalam air,
juga mempunyai akibat sampingan yang negatif, yaitu mengurangi cahaya yang dibutuhkan untuk fotosintesis oleh zooanthella dalam jaringan karang.
2.1.3. Tipe terumbu karang
Menurut bentuk dan letaknya ekosistem terumbu karang dibedakan menjadi 3 tipe yaitu: terumbu karang cincin atoll, terumbu penghalang barrier reef,
dan terumbu karang tepi fringing reef. 1.
Terumbu karang tepi fringing reef berkembang pada mayoritas peisisr pantai dari pulau-pulau besar. Perkembangannya bisa mencapai 40 m dengan
pertumbuhan ke atas dan ke arah luar menuju laut lepas. Dalam proses
perkembangannya, terumbu ini berbentuk melingkar yang ditandai dengan adanya bentukan ban atau bagian endapan karang mati yang mengelilingi
pulau. Pada pantai yang curam, pertumbuhan jelas mengarah secara vertikal. Terumbu karang tepi tumbuh subur di daerah dengan ombak yang cukup dan
kedalaman tidak lebih dari 40 m. Terumbu karang jenis ini ditemukan hampir di seluruh pantai tropis.
2. Terumbu karang penghalang barrier reefs , terumbu karang in iterletak pada
jarak yang relatif jauh dari pulau, sekitar 0,52 km ke arah laut lepas dengan dibatsi oleh perairan berkedalaman hingga 75 m. Terkadang membentuk