Persentase tutupan karang hidup1 =
Y l
L L
L 7
5 3
1
x 100
Persentase tutupan karang hidup 2 =
Y L
L L
6 4
2
x 100
2.3. Ekologi Politik
Terminologi ekologi politik mulai berkembang dan digunakan pada akhir 1960-an dan 1970-an sebagai respon atas kebutuhan integrasi praktek-praktek
penggunaan tanah dengan kondisi lokal-global ekonomi politik, juga sebagai suatu reaksi atas pertumbuhan politisasi lingkungan Peet dan Watts in
Adiwibowo 2005. Khusus pada tahun 1960-an, kajian ekologi memasukan aspek politik, terutama pada pengaruh manusia terhadap lingkungan biofisik. Istilah
ekologi sebenarnya merupakan konsep yang menggambarkan hubungan antara manusia dan lingkungannya. Ekologi bertujuan untuk memberikan ilustrasi
hubungan antara manusia dan spesies lainnya. Perubahan lingkungan juga dilihat sebagai hasil hubungan antara manusia dan spesies lainnya Forsty 2003.
Sedangkan yang dimaksud dengan Critical Political Ecology atau ekologi politik kritis diterjemahkan oleh Forsty sebagai:
1. Bagaimana faktor politik dan sosial mengkerangkai ilmu lingkungan, dan bagaimana pengetahuan mengubah politik
2. Bagaimana pemikiran baru secara filosofis dan pengetahuan sosiologi dapat memperlihatkan penglihatan yang jelas kedalam penyebab pengaruh biofisik
dan dampak dari permasalahan lingkungan 3. Bagaimana kebijakan dan pemangku kebijakan dapat mengetahui pengaruh
politik pada
pengetahuan dan
menghasilkan partisipasi
publik dan
pemerintahan yang efektif. Critical Political Ecology
memiliki pendekatan pada ekologi politik, pengetahuan dan politik dengan mengintegrasikan politik lingkungan dengan
pengetahuan lingkungan. Menawarkan penglihatan dengan mengabungkan antara pendekatan ilmu alam dengan ilmu sosial untuk melihat masalah lingkungan.
Bryant 1997 mendefinisikan ekologi politik sebagai penyelidikan ke dalam sumber politik, kondisi dan konsekuensi dari perubahan lingkungan yang
menimpa pada proses kesenjangan sosial-ekonomi dan proses politik. Dengan
mengambil persoalan politik, ekologi politik mengeksplorasi bagaimana
perubahan lingkungan yang ada dalam hubungan politik dan ekonomi , dan
bagaimana cara
perubahan tersebut
mempengaruhi hubungan
tersebut. Selanjutnya, dengan memeriksa perubahan lingkungan politik, ekologi politik
mengakui bahwa lingkungan dan pembangunan, kekayaan dan kemiskinan, sangat terkait erat Bryant 1991.
Satria 2009 menjelaskan bahwa berdasarkan fasenya, ekologi politik mengkombinasikan perhatian pada ekologi dan ekonomi politik secara luas yang
mencakup dialektika antara masyarakat dan sumberdaya, serta dialektika kelas dan grup dalam masyarakat itu sendiri Blakie dan Brookfield in Forstyh 2003.
Ekologi politik memiliki kaitan erat dengan bidang-bidang lainnya seperti cultural ecology, human ecology, ecological anthropology, ecological economics, radical
development geography, and environtmental history. Perbedaan antara political
ecology, cultural
ecology, cultural
materialism, social
ecology, dan
environtmental politics adalah ekologi politik memfokuskan diri lebih pada
penjelasan politik terhadap degradasi dan perubahan lingkungan, sedangkan ekologi-budaya lebih fokus pada praktik-praktik pengelolaan sumberdaya yang
dibangun secara budaya dan lokal. Sementara itu, materialisme-budaya berkembang sebagai respon terhadap ekologi budaya. Elemen dasar dalam
meterialisme-budaya adalah lingkungan, masyarakat, budaya dan adaptasi. Selanjutnya ada tiga aspek dalam pola adaptasi sosial budaya, yaitu pola-pola
ekologi, struktur sosial, dan ideologi. Pola ekologi merupakan cara bagaimana orang memenuhi kebutuhan materialnya di dalam lingkungannya, yang kemudian
dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu technoenvironmental aspect dan demography.
2.4. Diskursus Wacana Konservasi
Narasi konservasi yang dikenal saat ini pada dasarnya merupakan produk diskursus ilmu pengetahuan yang telah mengalami perbahan, pembaharuan, dan
pemutakhiran dalam satu abad terakhir. Pada akhir abad ke 19 diskursus yang dominan mengemuka adalah mengenai konsep pengawetan alam nature
preservation . Pada awal 1980-an mulai tumbuh narasi baru : konservasi alam
nature conseration. Narasi ini dalam waktu singkat berkembang manjadi
diskursus baru dan menggeser narasi pengawetan alam. Konservasi alam menjadi diskursus yang mengemuka karena didalamnya tidak hanya terkandung makna
pengawetan preservation,
tetapi juga
perlindungan protection
dan pemanfaatan berkelanjutan. Menjelang akhir 1990-an narasi konservasi alam
meredup dan diganti dengan konservasi keanekaragaman hayati Adiwibowo 2009.
Disisi lain, kebijakan konservasi pada akhirnya harus kandas akibat konflik antara mereka yang berusaha mempertahankan sumberdaya dan yang bagi pihak
yang dibatasi penggunaannya. Konsep keberlanjutan diperkenalkan pada tahun 1980-an dengan argument strategi konservasi dunia
yaitu bahwa populasi biologis alami menghasilkan surplus yang dapat dipanen secara berkelanjutan
Klaus 2001. Menurutnya pula, bahwa jika diasumsikan bahwa populasi manusia meningkat secara perlahan dan diharapkan ada keseimbangan antara manusia
dengan alam, tetapi hal itu tidak menjamin degradasi akibat eksploitasi terhindarkan, oleh karenanya dunia internasional dirasakan
perlu untuk melindungi sumberdaya laut yang ditandai dengan konvensi pertama taman
nasional pada tahun 1962 di Seattle, dengan jargon mempertahankan sumberdaya dari gangguan manusia Freestone in Klaus 2001. Inisiatif ini dibangun pada
tahun 1975 oleh International Union for The Conservation of Nature IUNC yang diadakan di Tokyo, dimana konsep kekritisan habitat dan pengelolaan
sumberdaya mulai diperkenalkan. Di bawah ini dipaparkan sejarah perubahan pendekatan konservasi selama dua dekade.
Sedangkan wacana konservasi atau lebih dikenal dengan wacana biodiversiti menurut Escobar adalah “biodiversity”
dipandang bukan sebagai objek nyata yang dikuakkan secara progresif oleh ilmu pengetahuan, melainkan
sebagai suatu wacana yang diproduksi secara historis. Wacana ini muncul dari problematisasi atas kegiatan survivalitas manusia yang didorong oleh merosotnya
keragaman hayati. Definisi-definisi biodiversiti tidak menciptakan obyek studi yang baru di luar definisi-definisi yang telah ada dalam disiplin biologi dan
ekologi. Kemudian, “biodiversiti” lebih merupakan respon terhadap situasi kongkrit yang memang menarik perhatian, namun yang sudah melampaui wilayah