Waktu dan Lokasi Penelitian Jenis dan Metode Pengumpulan Data

Data primer yang dibutuhkan adalah data sosial ekonomi yang meliputi aktivitas masyarakat terkait dengan sumberdaya laut, sumber pendapatansumber penghidupan komunitas Kabalutan dan data terkait dengan bentuk pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya laut yaitu terkait dengan terumbu karang. Data primer diperoleh melalui informan dan responden, dalam penelitian ini jumlah informan yang berhasil diwawancara adalah sebanyak 7 orang yang terdiri dari tokoh masyarakat, aparatur desa, pengawas terumbu karang serta dari dinas pemerintah daerah serta Balai Taman Nasional Kepulauan Togean. Sedangkan wawancara mendalam dilakukan kepada 20 responden komunitas di Pulau Kabalutan dan sebanyak 38 responden yang mengisi kuisioner. Tabel 4. Jenis dan jumlah responden No Jenis Jumlah I Informan Tokoh Masyarakat 1 orang Kepala Desa 1 orang Dinas Kehutanan 1 orang Pengurus DPL 1 orang Nelayan 1 orang BTNKT 1 orang Pengumpul 1 orang II Responden Tokoh Masyarakat 2 orang Nelayan 54 orang Guru 2 orang Metode pengumpulan data melalui wawancara semi struktur. Wawancara semi struktur menggunakan daftar pertanyaan yang lebih terinci dengan jenis pertanyaan open-ended yaitu wawancara dengan jawaban terbuka Agusta 1998. Penentuan informan dilakukan melalui teknik snow-ball bola salju, syarat informan minimal untuk menjadi subyek penelitian adalah mengalami sosialisasi hidup dalam masyarakat dari kecil sampai tua di masyarakat Agusta 1998. Penentuan reponden diambil dengan mempertimbangkan bahwa responden adalah penduduk Pulau Kabalutan yang memiliki jenis mata pencaharian sebagai nelayan atau yang berhubungan dengan sumber daya laut. Teknik pengambilan contoh dilakukan secara accidental sampling, yaitu contoh yang diambil dari siapa saja yang berada atau ditemui di Pulau Kabalutan dan bersedia menjadi responden. Penelitian ini turut mengali data sejarah mengenai kondisi ekologi, sosial dan ekonomi dengan metode pengumpulan data sejarah lisan melalui wawancara, penelusuran dokumen dan penelitian sebelumnya. Kuntowijoyo 2008 menjelaskan ilmu sejarah dilihat dari ruang lingkupnya merupakan ilmu diakronis, yakni berurusan dengan proses, atau dengan gejala-gejala yang memanjang dalam waktu tetapi berada dalam ruang yang terbatas. Pengalian data sejarah dibatasi pada lingkup dinamika pengelolaan terumbu karang dalam periode sentralisasi dan desentralisasi. Data ekologi, sosial dan ekonomi yang telah diperoleh akan dipetakan menjadi kuadran tipologi akses dan corak produksi komunitas Kabalutan yang memperlihatkan dinamika pemanfaatan sumber daya. Penelitian ini juga menggunakan data citra satelit Landsat 7 ETM+ untuk mengetahui keberadaan sumberdaya terumbu karang di Pulau Kabalutan. Selain itu, data sekunder terkait kondisi terumbu karang di Pulau Kabalutan diperoleh dari Balai Taman Nasional Kepulauan Togean BTNKT berupa data survei yang tahun 1998, 2008, 2010 dan 2011. Sementara data ekologi lainnya diperoleh dari dokumen Conservation International Indonesia CII terkait dengan Daerah Perlindungan Laut DPL yang diinisasi di area Pulau Kabalutan. Data sekunder terkait dengan regulasi diperoleh dari Dinas Pemerintah Daerah Kabupaten Tojo Una-una. 3.3. Metode Analisis Data 3.3.1. Analisis Kualitas Terumbu Karang Data survei terumbu karang yang dilakukan oleh Balai Taman Nasional Kepulauan Togean pada tahun 2008 dan 2010 mengambil lokasi wilayah perairan bagian Selatan Pulau Togean, sedangkan pada tahun 2011 survei dilakukan pada perairan Barat dan Selatan Pulau Kabalutan sebagai pembanding kualitas terumbu karang. Penelitian ini menganalisis hasil survei terumbu karang yang dilakukan oleh BTNKT pada perairan Barat Pulau Kabalutan dan bagian Selatan Pulau Kabalutan untuk tahun yang terbaru yaitu 2011. Metode acuan yang digunakan sebagai dasar kualitas kondisi terumbu karang yang ada adalah LIT. Sebagai standarisasi pengkategorian kondisi terumbu karang, tolok ukur yang digunakan adalah Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No . 04MENLH022001 tentang Kriteria Baku Kerusakan Terumbu Karang yang dibagi menjadi 4 empat kategori yaitu : 1. Hancurrusak 0-24,9 2. Sedang 25-49,9 3. Baik 50-74,9 4. Sangat baik 75-100

3.3.2. Analisis Kebijakan Policy Analysis

Kebijakan harus dimengerti sebagai proses politik dan merupakan suatu analitik atau sebagai cara mengatasi masalah. Proses pembuatan kebijakan ini tidak berarti merupakan proses aktivitas rasional yang murni teknis. Kebijakan terdiri dari keputusan yang diambil oleh mereka dengan tanggung jawab untuk bidang kebijakan tertentu, dan keputusan ini biasanya mengambil pernyataan atau posisi formal pada suatu masalah, yang kemudian dieksekusi oleh birokrasi Keeley in Wolmer dan Scoones 2005. Wolmer dan Scoones 2005 menjelaskan mengenai proses kebijakan, untuk menganalisi proses pengambilan kebijakan bisa ditelusuri dari pertanyaan sebagai berikut: 1. Bagaimana suatu kebijakan bisa dibuat, oleh siapa? 2. Bagaimana pandangan dan perspektif bisa menjadi ide dalam kebijakan? 3. Apa saja yang menjadi kunci, konteks, pengaruh baik pribadi maupun kelompok yang telah berpengaruh? 4. Bagaimana ide-ide tentang apa yang membuat kebijakan berkembang dan berubah? 5. Aktor dan pandangan apa saja yang diperhitungkan dalam proses kebijakan? 6. Bagaimana batas-batas ditarik dalam suatu masalah dan bagaimana alur cerita kebijakan diuraikan? 7. Suara mana dan pandangan mana yang diambil dalam proses kebijakan, dan siapa yang tersingkir? 8. Bagaimana, kapan dan dengan apa pengaruh tersebut merubah kebijakan? Sebuah studi tentang proses kebijakan harus melihat pada proses yang menyeluruh dimana kebijakan ini dipahami, dirumuskan dan dilaksanakan, dan berbagai aktor yang terlibat. Bertentangan dengan pandangan tradisional yang menyebutkan bahwa pembuatan kebijakan sebagai linear dan rasional, dengan keputusan yang diambil oleh mereka yang memiliki wewenang dan tanggung jawab untuk area kebijakan tertentu. Tiga konsep kuncialat yang memungkinkan pemahaman kita melihat proses kebijakan dan memungkinkan kita untuk menempatkan beberapa fokus pada kegagalan pencapaian tujuan dan kecelakaan kebijakan adalah: - Wacana narasi Apakah narasi politik yang berkembang? dan bagaimana terkerangkai apakah melalui ilmu atau penelitian? - Aktor Jaringan Siapa yang terlibat dan bagaimana mereka saling terhubung? - Politik Minat Bagaimana dinamika kekuatan yang bermain? Gambar 6 Tiga aspek dalam proses kebijakan Wolmer dan Scoones, 2005

3.3.3. Skema Pengelolaan Berdasarkan Ruddle 1996

Ruddle 1996 menjelaskan mengenai sistem pengelolaan tradisional di berbagai negara di Asia Pasifik yang menitik beratkan pada hak kepemilikan dan terkait rezim yang merefleksikan kekuatan struktur lokal dan organisasi sosial. Sistem yang bersandar pada kewenangan Authority yang berbeda antara satu dan lainnya. Pilihan lain adalah pengelolaan dengan menggunakan Co Management sebagai suatu solusi dari devolusi sumberdaya. Ruddle memberikan skema untuk meliat suatu sistem pengelolaan sumberdaya bekerja dengan baik atau tidak, Ruddle memberikan indikator untuk melihatnya yaitu :