Sejarah Kebijakan Analisis Kebijakan Dalam Pengelolaan Sumberdaya Kepulauan Togean

juga terlibat dalam peroses pengusulan ini. CII juga telah melakukan konsultasi dengan beberapa NGO di Palu. Pada level pemerintah daerah Kabupaten Tojo Una-Una saat ini menolak keberadaan taman nasional di wilayahnya. Secara resmi Bupati Tojo Una-Una mengirimkan surat meminta BKSDA untuk menghentikan aktivitas yang dilakukan antara lain sosialisasi program dan kegiatan lain. Pemerintah daerah lebih memilih menjadikan Kepulauan Togean sebagai taman wisata laut dan bukan taman nasional, walaupun sempat Bupati pada bulan Mei tahun 2006 memberikan surat rekomendasi terhadap pengukuhan taman nasional. Selain itu, pada tataran dasar hukum atau landasan kebijakan wilayah Tojo Una-Una, pemerintah daerah saat ini masih berpegang dengan dasar hukum Peraturan Pemerintahan RI Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional dalam lampiran VII Nomor urut 324 Peraturan Pemerintah RI yang berisikan mengenai, Kepulauan Togean dan Pulau Batudaka ditetapkan sebagai Taman Wisata Laut. Pemerintah Daerah Kabupaten Tojo Una-Una melalui Pemerintah Propinsi Sulawesi Tengah mengusulkan kepada pemerintah pusat bahwa dalam penyelenggaraan penataan ruang yang meliputi pengaturan, pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan penataan ruang wilayah KabupatenKota dan kawasan strategis dilaksanakan oleh Pemerintah KabupatenKota sesuai dengan kewenangan yang ditetapkan dalam Undang-undang Nomor 26 tahun 2007 tentang penataan ruang. Dengan dasar ini Pemerintah Daerah mengusulkan pencabutan status Taman Nasional dan disesuaikan dengan peraturan tersebut yang menyebutkan bahwa status kepulauan Togean merupakan Taman Wisata Laut. Dengan dasar hukum ini, Pemda Tojo Una-Una sudah membuat peta perubahan tata batas dan fungsi hutan yang baru, karena pasca pemekaran Kabupaten Poso, Kabupaten Tojo Una-Una belum memiliki peta batas yang baru. Peta usulan tata ruang kawasan hutan dan Tabel data perubahannya tercantum pada Tabel 13. Pada peta tersebut menunjukan bahwa perubahan terbesar yang diajukan oleh Dinas Kehutanan adalah untuk jenis Non Kawasan Hutan sebesar 61.83 yaitu dari luasan awal sebesar 179.833,52 ha menjadi 291.023 ha. Pengajuan perubahan yang diajukan oleh Dinas Kehutanan terkait dengan fungsi kawasan kehutanan dikarenakan Tojo Una-Una belum memiliki RTRW sendiri pasca mekar dari kabupaten Tojo Una-Una. Perubahan fungsi kawasan ini menggunakan dasar Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Tata Ruang, Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 Tentang RTRWN. Sejauh ini areal didominasi dengan kebun rakyat serta pemukiman sejak tahun 1918. Tumpang tindih peraturan menyebabkan sulitnya menyelesaikan proses perubahan ini. Tabel 13 Pengajuan perubahan kawasan hutan Kabupaten Tojo Una-Una No Fungsi Kondisi awal ha Usulan ha Selisih ha 1. Kawasan Hutan Lindung a. Kawasan suaka Alam dan Kawasan Pelestarian alam 11.571, 25 10.683 888,25 b. Hutan Lindung 165.097, 60 130.406 34.691,60 Total 176.668, 85 141.089 35.579,85 2. Kawasan Budidaya Kawasan Hutan a. Hutan Produksi Terbatas 137.295,87 104.717 32.578,87 b. Hutan Produksi Tetap 60.427, 14 35.786 24.641,14 c. Hutan Produksi Yang Dapat dikonversi 18.389, 62 - 18.389,62 Total 216.112, 63 140.503 75.609.63 Non Kawasan Hutan a. Areal Penggunaan Lahan Lain 179.833, 52 291.023 -111.189,48 Total Seluruhnya 572.615 572,615 - Sumber: Dinas Kehutanan Kabupaten Tojo Una-Una Riwayat kebijakan yang dihasilkan oleh para pemangku kebijakan terkait dengan pengelolaan Kepulauan Togean yang disusun secara kronologi dapat dilihat pada Gambar 17. Untuk pemetaan aktor dan pendekatan pengelolaan sumberdaya di Kepulauan Togean bisa dilihat dalam Tabel 13.

4.7.2. Analisis Kebijakan Sumberdaya di Kepulauan Togean

Dalam kepengurusan sumberdaya di Kepulauan Togean, pemerintah pusat dalam hal ini Kementrian Kehutanan masih memiliki kewenangan yang kuat terhadap pengelolaan sumberdaya di Togean melalui Taman Nasional melalui SK Menhut No 418 Tahun 2004. Sementara itu, pemerintah daerah Tojo Una-Una masih memegang kuat dasar hukum Undang – Undang No 26 tahun 2006 yang mengatur bahwa penyelengaraan penataan ruang yang meliputi pengaturan, Gambar 17 Sejarah kebijakan pengelolaan sumberdaya Kepulauan Togean Tabel 14 Matriks status kawasan Kepulauan Togean No Variabel Status Kawasan Taman Wisata Laut Cagar Alam Laut Cagar Alam Multi Guna Kawasan Ekowisata Bahari Unggulan Nasional Taman Nasional 1 Dasar hukumketetapan Surat usulan Gubernur kepada Menteri Kehutanan 55638DishutGST Mengusulkan Taman Wisata Alam Laut ekowisata Kepulauan Togean seluas 411.373 Ha; Laporan Menteri Kependudukan dan Lingkungan Usulan Cagar Alam laut : 100.000 ha Bappenas dalam Biodervesity Action Plan Perencanaan Kawasan Ekowisata Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 SK. Gubernur 5033931Dinhut89 : Kepulauan Togean dinyatakan sebagai Taman Wisata Laut; seluas 100.000 ha Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 1998 SK. Menhut 188.440840Dephut89 Menetapkan Kawasan Taman Wisata Laut seluas 100.000 ha; Surat Keputusan No. 418Menhut04 Perpres No 88 tahun 2011 Rencana Tata Ruang Pulau Sulawesi yang menyatakan bahwa Kepulauan Togean dan Batudaka Sebagai Taman Wisata 2 Lembaga Penginisiasi Propinsi Sulawesi tengah Menteri Kependudukan dan Lingkungan Bappenas Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Kementrian KehutananPengelola Balai Taman Nasional. dan Conservation International CI 3 Pendekatan Co Management Goverment Based Management Co Management Co Management Goverment Based Management 4 Sumberdaya yg diatur Sumber Hayati Laut : Terumbu Karang Endemik, Tumbuhan, satwa dan ekosistem laut Tumbuhan, satwa dan ekosistem Sumberdaya Hayati laut : Terumbu Karang Sumberdaya Laut dan Hutan baik tumbuhan maupun satwa 5 Pola akses warga Terbatas secara tidak ketat Terbatas Terbatas Terbuka Terbatas secara ketat Sumber: Hasil Analisis 2012