Sistem Co-Management Model pengelolaan sumberdaya 1. Model pengelolaan tradisional

Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Christoverius Hutabarat yang meneliti mengenai “Teknik Tangkap Tradisional Masyarakat Bajau Kabalutan Di Perairan Kepulauan Togean, Sulawesi Tengah Dan Dampaknya Terhadap Terumbu Karang”. Penelitian ini menyebutkan bahwa pada pelaksanaannya, teknik-teknik tersebut beberapa dapat menimbulkan kerusakan terhadap karang dan beberapa tidak menimbulkan kerusakan sama sekali. Dengan memadukan pengetahuan lokal yang digunakan untuk memprediksi alam serta kemampuan berbagai tekhnik menangkap secara tradisional komunitas Bajau dianggap mempraktekan kegiatan pemanfaatan sumberdaya hayati dengan cara yang ramah. Keragaman aplikasi penangkapan yang dilakukan oleh komunitas Bajau Kabalutan tersebut dapat digolongkan sebagai kegiatan konservasi yang bersandar pada pengetahuan lokal. Penelitian yang memiliki fokus pada ekologi dilakukan oleh Conservation International Indonesia CII serta pembuatan Profil Sumberdaya Kepulauan Togean kerjasama IPB, CII dan Pemerintah. Penelitian tersebut menyebutkan bahwa degradasi terumbu karang meningkat setiap tahunnya, secara spasial luasan terumbu karang yang diperoleh dari hasil klasifikasi peta citra tahun 2001 dibandingkan hasil klasifikasi peta citra tahun 2007 menunjukan bahwa terjadi penurunan luasan karang dari 11.064,33 ha pada tahun 2001 turun menjadi 9.767,98 ha pada tahun 2007. Selama 6 tahun terjadi penurunan luas terumbu karang sebesar 1.296,35 ha 11,72. Penurunan luas persentase penutupan karang hanya terjadi di bagian Teluk Kilat dan perairan di sebelah Selatan Pulau Togean, sementara di stasiun pengamatan lain menunjukan penambahan luas persentase penutupan terumbu karang karena pola pemanfaatan melalui usaha wisata laut secara tidak langsung menjaga proses kerusakan akibat penggunaan alat tangkap merusak.

3. METODOLOGI

3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2011 dan Juni 2012 yang meliputi pengambilan data lapang sosial ekonomi dan data sekunder. Lokasi penelitian adalah Pulau Kabalutan Kepulauan Togean. Pulau Kabalutan merupakan lokasi Daerah Perlindungan Laut Berbasis Masyarakat. Lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 5.

3.2. Jenis dan Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari pengamatan langsung, wawancara mendalam, diskusi kelompok dan kuisioner. Wawancara mendalam diartikan sebagai “temu muka berulang antara peneliti dan tineliti dalam rangka memahami pandangan tineliti mengenai hidupnya, pengalamannya, ataupun situasi sosial sebagimana ia ungkapkan dalam bahasanya sendiri Taylor dan Bogdan 1984 in Sitorus 1998. Penelitian ini menggunakan data kuantitatif serta kualitatif dengan mengambil studi kasus Pulau Kabalutan dengan menggunakan pendekatan sosial ekologi. Sistem sosial ekologi merupakan titik tengah antara sistem sosial dan ekologi yang saling memberikan pengaruh antara satu dengan lainnya. Sistem sosial ekologi SES menitik beratkan pada sistem ekologi dan teori kompleksitas yang salah satunya mencakup fokus terhadap masyarakat kesetaraan dan kesejahteraan masyarakat. Teori SES menggabungkan ide-ide dari teori-teori yang berkaitan dengan studi tentang ketahanan, keberlanjutan, dan kerentanan. Selain itu, juga berkaitan dengan jangkauan yang lebih luas dari dinamika SES dan teori-teori disiplin atribut tertentu, seperti biogeografi pulau, teori optimal dan teori mikroekonomi Cumming 2008. Karakteristik Data Kualitatif adalah data deskriptif berupa kata-kata lisan atau tulisan dari manusia atau tentang perilaku manusia yang dapat diamati Taylor dan Bogdan 1984 in Sitorus 1998. Data kualitatif dapat dipilah kedalam tiga kategori Patton 1990 in Sitorus 1998 yaitu : a hasil pengamatan dari uraian deskripsi rinci mengenai situasi, kejadianperistiwa, orang-orang, interaksi dan perilaku yang diamati secara langsung di lapangan, b hasil