Diskursus Wacana Konservasi TINJAUAN PUSTAKA

ilmiah. Bagi Escobar, tindakan penamaan the act of naming realitas baru semacam ini tidak pernah netral. Tabel 1 Perubahan pendekatan konservasi Tahun Sumber Pendekatan Masalah 1962 Konferensi Taman Nasional pertama di Seattle Pendekatan dengan menciptakan taman laut untuk mempertahankan sumberdaya dari intervensi manusia Menarik pariwisata dan degradasi lebih lanjut 1971 UNESCO Man dan Biosfer MAB Bertujuan untuk menyeimbangkan konflik antara tujuan konservasi dan pembangunan Membutuhkan pemenuhan kriteria tertentu termasuk rencana pengelolaan 1975 IUCN-Konferensi Taman Nasional di Tokyo Membangun konsep habitat laut kritis dan kebutuhan pengelolaan taman nasional Menarik pariwisata dan degradasi lebih lanjut 1980 Strategi Konservasi Dunia Pengakuan bahwa penggunaan tak terbatas sumberdaya mengakibtakan ketidakberkelanjutan, tetapi surplus dapat dipanen secara berlanjutan Model sederhana Simplicities model mengasumsikan tingkat panen dapat diukur secara akurat 1990 Konservasi Hewan Liar sebagai sumberdaya terbaharukan –IUCN Conservation of wildlife as renewable Resources by informed Use IUCN Pengakuan bahwa diskriminasi antara penggunaan yang berkelanjutan dan penggunaan lain-lain diperlukan Mengabaikan multidimensi permasalahan sumberdaya 1992 United Nations Conference on environment and Development, earth submit, Rio De Jenero, Brazil Hubungan konservasi dan penggunaan yang berkelanjutan dengan sharing keuntungan yang adil Kesulitan dalam menghitung produksi peran lingkungan dalam fluktuasi sumberdaya 1996 Second Conference of the Parties to the Convention on Biological Diversity Jakarta Indonesia Integrasi pengelolaan pesisir dan laut dikenali sebagai strategi terbaik yang melibatkan semua stakeholders : pendekatan ekosistem. Memerlukan waktu untuk konsultasi partisipatif dengan para pemangku kepentingan dari lokal kepada pemerintah untuk mengembangkan strategi bekerja terutama bagi sumberdaya yang melempau batas negara Sumber: Klaus et al. 2001 Biodiversiti tidaklah eksis dalam pengertian yang absolut. Biodiversiti merupakan suatu wacana yang mengartikulasikan suatu relasi baru antara alam dan masyarakat dalam konteks ilmu pengetahuan, budaya dan ekonomi global. Sebagai wacana ilmiah, “biodiversiti” bisa dilihat sebagai contoh utama dari apa yang disebut dalam studi-studi sains-teknologi sebagai “jaringan” network. Biodiversiti adalah jaringan teknosaintifik yang terdiri dari mata rantai situs-situs yang dicirikan oleh seperangkat parameter, praktek dan aktor yang heterogen. Masing-masing identitas aktor dipengaruhi oleh, dan mempengaruhi, jaringan. Intervensi atas jaringan ini dilakukan dalam bentuk model seperti model ekosistem, strategi konservasi, teori teori pembangunan, restorasi, obyek dari tanam-tanaman dan gen hingga berbagai teknologi, aktor prospektor, perencana, tenaga ahli, strategi pengelolaan sumberdaya, hak atas kekayaan intelektual, dan sebagainya. Intervensi ini mempengaruhi dan mendorong berbagai penerjemahan, transfer, perjalanan, mediasi, sumbangan dan subversi di sepanjang jaringan itu sendiri. Jaringan biodiversiti mula-mula muncul pada akhir 80-an dan awal 90-an dari biologi konservasi, di mana “gagasan mengenai biodiversiti” berkembang untuk pertama kali. Ia segera menjadi narasi utama dari krisis biologis yang secara global diresmikan pada apa yang disebut sebagai rite of passage yang pertama dari “negara trans-nasional”, yaitu Pertemuan Rio 1992. Menurut teori jaringan- aktor, narasi biodiversiti segera menciptakan titik-titik lintasan bagi konstruksi wacana-wacana tertentu. Proses ini menerjemahkan kompleksitas dunia menjadi narasi-narasi sederhana mengenai ancaman dan solusinya. Tujuannya sendiri adalah untuk menciptakan jaringan yang stabil bagi pergerakan obyek, sumberdaya, pengetahuan dan material. Dalam beberapa tahun, seluruh jaringan ini telah mapan hingga mencapai tingkat yang dapat disebut sebagai “invasi ke domain publik” yang amat dahsyat. Meskipun demikian, jaringan biodiversiti ini ternyata tidak menghasilkan konstruksi yang hegemonik dan stabil sebagaimana yang terdapat dalam jaringan teknosains yang lain. Sebab, simplifikasi tandingan dan wacana alternatif yang dihasilkan oleh aktor-aktor subaltern juga bersirkulasi secara aktif dalam jaringan tersebut dengan menimbulkan efek yang penting. Dengan demikian, wacana biodiversiti telah menciptakan aparatus institusional yang luas yang secara sistematis mengorganisasikan produksi bentuk-bentuk pengetahuan dan tipe-tipe kekuasaan, yang terkait satu sama lain melalui strategi-strategi dan program-program kongkrit. Institusi-institusi internasional, NGO negara-negara utara, taman nasional, universitas dan lembaga penelitian di negara dunia pertama dan ketiga, perusahaan-perusahaan farmasi, dan berbagai tenaga ahli yang terdapat di masing-masing situs, kesemuanya menempati situs-situs dominan dalam jaringan. Begitu mereka bersirkulasi sepanjang jaringan, kebenaran ditransformasikan dan ditorehkan kembali ke dalam konstelasi pengetahuan-kuasa yang lain. Mereka ini dilawan, disubversikan dan dicipta-ulang untuk memenuhi tujuan-tujuan berbeda oleh, misalnya, gerakan- gerakan sosial yang menjadi, pada dirinya sendiri, situs-situs wacana tanding yang penting. Jaringan ini terus menerus ditransformasikan dilihat dari sudut penerjemahan, transfer dan mediasi yang terjadi di antara dan lintas berbagai kepentingan.

2.5. Lingkup Peraturan Konservasi di Indonesia

Peraturan perundangan yang dapat diajukan sebagai acuan dalam membahas kawasan konservasi laut di Indonesia adalah UU No. 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil dan PP No. 60 Tahun 2007 tentang Konservasi Sumberdaya Ikan. UU No. 27 Tahun 2007 mengatur hal-hal yang lebih umum terkait dengan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil. Di dalam UU ini disebutkan bahwa kawasan adalah bagian wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil yang memiliki fungsi tertentu yang ditetapkan berdasarkan kriteria karakteristik fisik, biologi, sosial, dan ekonomi untuk dipertahankan keberadaannya. Pada Pasal 28 Ayat 1 disebutkan bahwa konservasi wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil diselenggarakan untuk 1 menjaga kelestarian ekosistem pesisir dan pulau-pulau kecil; 2 melindungi alur migrasi ikan dan biota laut lain; 3 melindungi habitat biota laut; dan 4 melindungi situs budaya tradisional. Konservasi ekosistem secara spesifik diatur dalam PP No. 60 Tahun 2007 Tentang Konservasi Sumberdaya Ikan. Pada Pasal 1 Ayat 2 Ketentuan Umum disebutkan bahwa konservasi ekosistem adalah upaya melindungi, melestarikan, dan memanfaatkan fungsi ekosistem sebagai habitat penyangga kehidupan biota perairan pada waktu sekarang dan yang akan datang. Lebih lanjut pada Pasal 5 dan 6 diatur tentang tipe pelaksanaan konservasi ekosistem. Pasal 5 menyebutkan bahwa tipe ekosistem yang terkait dengan sumberdaya ikan adalah terdiri atas laut; padang lamun; terumbu karang; mangrove; estuari; pantai; rawa; sungai; danau; waduk; embung; dan ekosistem perairan buatan. Pasal 6 menyatakan konservasi ekosistem dilakukan melalui kegiatan: a perlindungan habitat dan populasi ikan; b rehabilitasi habitat dan populasi ikan; c penelitian dan pengembangan; d pemanfaatan sumberdaya ikan dan jasa lingkungan; e pengembangan sosial ekonomi masyarakat; f pengawasan dan pengendalian; danatau; g monitoring dan evaluasi. Beberapa jenis konservasi yang disebutkan dalam PP No. 60 Tahun 2007 adalah sebagai berikut: 1 Kawasan Konservasi Perairan adalah kawasan perairan yang dilindungi, dikelola dengan sistem zonasi, untuk mewujudkan pengelolaan sumberdaya ikan dan lingkungannya secara berkelanjutan. 2 Taman Nasional Perairan adalah kawasan pelestarian alam perairan yang mempunyai ekosistem asli, yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, kegiatan yang menunjang perikanan yang berkelanjutan, wisata perairan, dan rekreasi. 3 Suaka Alam Perairan adalah kawasan konservasi perairan dengan ciri khas tertentu untuk tujuan perlindungan keanekaragaman ikan dan ekosistemnya. 4 Taman Wisata Perairan adalah kawasan konservasi perairan dengan tujuan untuk dimanfaatkan bagi kepentingan wisata perairan dan rekreasi. 5 Suaka Perikanan adalah kawasan perairan tertentu, baik air tawar, payau maupun laut dengan kondisi dan ciri tertentu, sebagai tempat berlindungberkembang biak jenis sumberdaya ikan tertentu, yang berfungsi sebagai daerah perlindungan. Berdasarkan ketentuan Undang-undang No. 5 Tahun 1990 tentang konservasi sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya, kita mengenal mengenai kawasan konservasi dan klasifikasinya yaitu kawasan suaka alam serta kawasan pelesatarian alam. Kawasan suaka alam adalah kawasan dengan ciri khas tertentu, baik di daratan maupun di perairan yang mempunyai fungsi pokok sebagai kawasan pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya yang juga berfungsi sebagai wilayah sistem penyangga kehidupan, yang mencakup a. Kawasan cagar alam adalah kawasan suaka alam yang karena keadaan alamnya mempunyai kekhasan tumbuhan, satwa dan ekosistemnya atau ekosistem tertentu yang perlu dilindungi dan perkembangannya berlangsung secara alami. b. Kawasan suaka margasatwa adalah kawasan suaka alam yang mempunyai ciri khas berupa keanekaragaman dan atau keunikan jenis satwa yang untuk kelangsungan hidupnya dapat dilakukan pembinaan terhadap habitatnya. Sementara, kawasan pelestarian alam adalah kawasan dengan ciri khas tertentu, baik di daratan maupun di perairan yang mempunyai fungsi perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa, serta pemanfaatan secara lestari sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya, yang mencakup : a. Kawasan taman nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk keperluan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata dan rekreasi. b. Kawasan taman wisata alam adalah kawasan pelestarian alam dengan tujuan utama untuk dimanfaatkan bagi kepentingan pariwisata dan rekreasi alam. c. Kawasan taman hutan raya adalah kawasan pelestarian alam untuk tujuan koleksi tumbuhan dan atau satwa yang alami atau bukan alami, jenis asli dan atau bukan asli, yang dimanfaatkan bagi kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, budaya, pariwisata dan rekreasi alam. Pengelolaan taman nasional dapat memberikan manfaat antara lain : a. Ekonomi, dapat dikembangkan sebagai kawasan yang mempunyai nilai ekonomis, sebagai contoh potensi terumbu karang merupakan sumber yang memiliki produktivitas dan keanekaragaman yang tinggi sehingga membantu meningkatkan pendapatan bagi nelayan, penduduk pesisir bahkan devisa negara. b. Ekologi, dapat menjaga keseimbangan kehidupan baik biotik maupun abiotik di daratan maupun perairan. c. Estetika, memiliki keindahan sebagai obyek wisata alam yang dikembangkan sebagai usaha pariwisata alam bahari.