Sifat Biologis Terumbu Karang

proses fososintesis oleh zoanthella simbiotik dalam jaringan karang memerlukan cahaya yang cukup. Tanpa cahaya yang cukup laju fososintesis akan berkurang dan bersama dengan itu kemapuan karang untuk menghasilkan kalsium karbonat dan membentuk terumbu akan berkurang pula. Titik kompensasi untuk karang nampaknya merupakan kedalaman dimana intensitas cahaya berkurang sampai 15-20. Faktor lain yang menjadi pembatas adalah salinitas. Karang hermatipik adalah organisme laut sejati dan tidak dapat bertahan pada salinitas yang jelas menyimpang dari salinitas air laut yang normal 32-35‰. Perubahan salinitas terkait dengan pasokan air tawar, dan yang sering dihubungkan dengan aliran air tawar adalah faktor pengendapan. Endapan baik di dalam air maupun di atas karang, mempunyai pengaruh negatif terhadap karang. Kebanyakan karang hermatipik tidak bisa bertahan dengan adanya endapan yang berat, yang menutupiny dan menyumbat struktur pemberian makananya. Endapan dalam air, juga mempunyai akibat sampingan yang negatif, yaitu mengurangi cahaya yang dibutuhkan untuk fotosintesis oleh zooanthella dalam jaringan karang.

2.1.3. Tipe terumbu karang

Menurut bentuk dan letaknya ekosistem terumbu karang dibedakan menjadi 3 tipe yaitu: terumbu karang cincin atoll, terumbu penghalang barrier reef, dan terumbu karang tepi fringing reef. 1. Terumbu karang tepi fringing reef berkembang pada mayoritas peisisr pantai dari pulau-pulau besar. Perkembangannya bisa mencapai 40 m dengan pertumbuhan ke atas dan ke arah luar menuju laut lepas. Dalam proses perkembangannya, terumbu ini berbentuk melingkar yang ditandai dengan adanya bentukan ban atau bagian endapan karang mati yang mengelilingi pulau. Pada pantai yang curam, pertumbuhan jelas mengarah secara vertikal. Terumbu karang tepi tumbuh subur di daerah dengan ombak yang cukup dan kedalaman tidak lebih dari 40 m. Terumbu karang jenis ini ditemukan hampir di seluruh pantai tropis. 2. Terumbu karang penghalang barrier reefs , terumbu karang in iterletak pada jarak yang relatif jauh dari pulau, sekitar 0,52 km ke arah laut lepas dengan dibatsi oleh perairan berkedalaman hingga 75 m. Terkadang membentuk lagoon atau celah perairan yang lebaranya mencapai puluhan kilometer. Umumnya karang pengahalang tumbuh di sekitar pulau sangat besar atau benua dan membentuk gugusan pulau karang yang terputus-putus. 3. Terumbu karang cincin atolls, berbentuk cincin yang mengelilingi batas dari pulau-pulau vulanik yang tengelam sehingga tidak terdapat perbatasan dengan daratan.

2.2. Metode Garis Transek Line Intercept TransectLIT

Metode Transek garis Line Intercept transectLIT merupakan metode yang digunakan untuk mengestimasi penutupan karang dan penutupan komunitas bentos yang hidup bersama karang. Metode ini cukup praktis, cepat dan sangat sesuai untuk wilayah terumbu karang di daerah tropis. Pengambilan data dilakukan pada umumnya di kedalaman 3 meter dan 10 meter. Dalam melakukan identifikasi komunitas karang menggunakan metode line intercept LIT, mengikuti English et al. 1994, dengan beberapa modifikasi. Panjang garis transek 10 m dan diulang sebanyak 3 kali. Teknis pelaksanaan di lapangannya yaitu seorang penyelam meletakkan meteran sepanjang 70 m sejajar garis pantai dimana posisi pantai ada di sebelah kiri penyelam. LIT ditentukan pada garis transek 0–10 m, 30-40 m, 60-70 m. Kemudian dilakukan pencatatan karang yang berada tepat di garis meteran dengan ketelitian hingga sentimeter. Dalam penelitian ini satu koloni dianggap satu individu. Jika satu koloni dari jenis yang sama dipisahkan oleh satu atau beberapa bagian yang mati maka tiap bagian yang hidup dianggap sebagai satu individu tersendiri. Jika dua koloni atau lebih tumbuh di atas koloni yang lain, maka masing- masing koloni tetap dihitung sebagai koloni yang terpisah. Panjang tumpang tindih koloni dicatat yang nantinya akan digunakan untuk menganalisa kelimpahan jenis. Kondisi dasar dan kehadiran karang lunak, karang mati lepas atau masif dan biota lain yang ditemukan di lokasi juga dicatat.