yang berasal dari reptil, juga para penangkappemburu, agensub agen dan pengumpul daerah yang menjual komponen ular sendok sebagai obat tradisional.
Hasil penelitian Arisnagara 2009 memberikan gambaran bahwa pedagang obat dan makanan di Provinsi DKI Jakarta sebanyak 10 pedagang dengan kebutuhan
ular sendok sebanyak 20.880 ekor pertahun. Siregar 2012 menunjukkan bahwa rangkaian perdagangan ular sanca batik
dan sanca darah dari penangkap, pengumpul kecil agen dan pengumpul daerah mempunyai hubungan yang bersifat bebas, kecuali antara pengumpul besar
pengumpul daerah dengan eksportir. Hal ini karena pengumpul besarpengumpul daerah merupakan agen dari eksportir, terutama bila eksportir mendapat pesanan
dari luar negeri.
5.1.3. Harga Ular Sendok
Harga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tata niaga. Hasil wawancara dengan pegumpul daerah dan agensub agen bahwa harga ular sendok
per ekor ditentukan berdasarkan kelas ukuran panjang, yaitu kelas ukuran A dengan panjang 95 cm, kelas B pada ukuran 90-95cm dan C kelas ukuran 90
cm. Harga ular kelas A berkisar antara Rp 12.000,- sampai Rp 16.000,- kelas B berkisar antara Rp 5.000,- sampai Rp 8.000,- dan kelas C berkisar harga Rp
2.000,- sampai Rp 3.000,-, sedangkan harga ular sendok yang dijual kepada pasar domestik sebagai bahan obat tradisional dan makanan, serta atraksi budaya
berkisar antara Rp 30.000,- sampai Rp 40.000,-. Perbedaan harga yang tinggi pada tiap kelas mendorong penangkap
pemburu melakukan pemilihan terhadap ular yang memiliki harga yang tinggi, yaitu yang mempunyai ukuran 95 cm. Harga yang cukup tinggi pada pasar
domestik sebagai bahan obat tradisional dan makanan mendorong setiap tingkat tata niaga kecuali pedagang besar juga memasok kebutuhan pasar domestik
tersebut. Pedagang pasar domestik mempunyai hubungan dengan agensub agen dan pengumpul daerah untuk pasokan ular sendok, hal ini berkaitan dengan
penyediaan ular sendok yang harus tersedia. Pencarianpenangkapan ular tidak dilakukan sepanjang waktu, dimana pada musim panen padi banyak
penangkappemburu ular yang beralih menjadi buruh tani.
Faktor perbedaan harga antara agensub agen dan pengumpul daerah mendorong pelaku menjual ular hasil tangkapan atau pengumpulan kepada
pembeli yang menawarkan harga tertinggi. Penangkappemburu dengan agensub agen dan pengumpul daerah tidak mempunyai hubungan kerjasama formal,
sehingga tiap pelaku dapat menjual ular sendok kepada pembeli yang menawarkan harga tertinggi. Temuan ini sejalan dengan hasil penelitian Siregar
2012 bahwa dalam perdagangan ular sanca batik dan sanca darah pengumpul kecil agensub agen dengan pengumpul besar pengumpul daerah mempunyai
hubungan yang bebas atau tidak memiliki ikatan kerjasama sehingga pengumpul kecil menjual ke pengumpul besar lain.
5.2. Parameter Demografi
Pengukuran ular sendok sebanyak 232 ekor pada penangkap, agensub agen dan pengumpul daerah menunjukkan bahwa sebanyak 22 ekor 9,48 termasuk
kelas muda dan sebanyak 210 ekor 90,54 termasuk dewasa yang secara lengkap tersaji dalam Tabel 1. Pada setiap tingkatan agen dan pengumpul daerah
terdapat ular sendok kelas umur muda yang diperoleh dari penangkap sambilan. Penangkap sambilan menemukan ular sendok di sela aktifitas sehari-hari, seperti
menemukan ular saat mengolah sawah. Penangkap ular profesional akan melepas kembali ular yang termasuk kelas muda karena dorongan pasar yang
menginginkan ukuran 90 cm dan perbedaan harga yang jauh antara ukuran muda dan dewasa.
Tabel 1 Kelas umur ular sendok yang terkumpul penangkap, agen dan pengumpul daerah.
Tempat Pengukuran Kelas Umur ekor
Jumlah ekor
Muda Dewasa
Penangkap 2
8 10
Agen 2
44 46
Pengumpul daerah 18
158 176
Menurut Odum 1994 bahwa dalam suatu populasi sedang berlangsung cepat mengandung bagian besar individu-individu muda, populasi yang
stationertetap memiliki pembagian umur yang merata antara muda dan tua, sedangkan populasi yang menurun akan mengandung individu-individu yang telah
tua. Populasi ular sendok yang berada di penangkap, agensub agen dan pengumpul didominasi ukuran dewasa. Kajian belum mengidentifikasi apakah
ular dewasa yang dipanen dari alam 90,54 merupakan ular dewasa yang sudah atau masih produktif. Namun demikian, jika ular yang dipanen merupakan ular
dewasa yang telah tidak produktif maka akan memberikan kesempatan kepada yang muda untuk tumbuh dan berkembang. Pada sisi lain, jika dewasa yang
tertangkap termasuk dalam masa produktif maka akan mengganggu keseimbangan populasi, yaitu terjadi penurunan populasi ular sendok di alam.
Penangkappemburu ular di Kabupaten Malang mempunyai kepercayaan bahwa pertemuan dengan ular yang masih anak akan berdampak dengan hasil
tangkapannya. Penangkappemburu tersebut bila bertemu dengan anak atau ular sendok yang masih muda dalam perjalananperburuan ular, maka hasil
tangkapannya akan sedikit bahkan tidak mendapatkan tangkapan, sehingga memutuskan untuk membatalkan perburuan ular pada hari itu dan akan
melanjutkan kembali pada esok hari. Kearifan lokal penangkap tersebut hasil dari pengamatann yang dilakukan para pemburu selama mencarimemburu ular selama
berpuluh tahun, walau secara empiris belum ada penelitian yang membuktikan adanya perjumpaan anak ular dengan beberadaan ular dewasa.
Tabel 2 Jenis kelamin ular sendok yang terkumpul penangkap, agen dan pengumpul daerah
Tempat Pengukuran Jenis Kelamin ekor
Jumlah ekor
Sex rasio nisbah
kelamin Jantan
Betina Penangkap
1 9
10 1 : 9,00
Agen 7
39 46
1 : 5,57 Pengumpul daerah
34 142
176 1 : 4,18
Pengamatan ular sendok betina yang terkumpul pada penangkap, agen dan pengumpul daerah mencapai 190 ekor 81,90 dan ular sendok jantan yang
hanya 42 ekor 18,10. Nisbah kelamin pada tiap tingkatan cenderung menurun dari tingkat penangkap, agen dan pengumpul besar seperti yang tersaji dalam
Tabel 2. Pola penangkapan ular di alam memberikan pengaruh yang besar terhadap jenis kelamin ular yang ditangkap. Penangkapan ular yang dilakukan
dengan membongkar sarang ular sendok akan memberikan peluang yang sama
antara ular jantan dan betina untuk tertangkap. Menangkap ular dengan menunggu ular keluar dari sarang untuk berjemur atau mencari mangsa memberi peluang
yang besar betina untuk tertangkap, hal ini karena ular betina berjemur atau diluar sarang lebih lama dibandingkan dengan ular jantan. Penangkap ular yang
menggunakan pola seperti ini akan melakukan pencarian ular antara jam 10.00 WIB sampai 14.00 WIB pada saat ular sendok keluar untuk berjemur atau mencari
mangsa. Berdasarkan Tabel 2 tersebut menggambarkan secara jelas bahwa pola penangkapan ular di alam dilakukan dengan pola menunggu ular keluar dari
sarang untuk berjemur atau mencari mangsa. Hasil pengamatan Phelps 2007 terhadap perilaku Naja nivea menunjukkan bahwa ular jantan akan keluar dari
sarang beberapa menit setelah betina keluar dari sarang. Ular betina akan keluar sarang dan memasuki vegetasi di sekitar sarang, sedangkan ular jantan hanya
untuk berjemur dan kemudian masuk kembali ke sarang.
5.3. Morfometri
Pengukuran morfometri terhadap ular sendok dilakukan penangkap sebanyak 9 ekor, agensub agen sebanyak 39 ekor dan pengumpul daerah sebayak
176 ekor. Hasil pengukuran morfometrik pada tiap tingkatan tata niaga menunjukkan adanya pengaruh pasar yang cukup besar terhadap pengambilan
pemanenan ular sendok dari alam. Ular sendok yang mempunyai ukuran SVL 90 cm sebanyak 35 ekor dari 232 ekor 15,09 terdapat di pengumpul daerah dan
agen di Kabupaten Nganjuk. Panjang tubuh 90 cm pada agen dan pengumpul daerah diperoleh dari penangkap amatir yang menemukan ular dalam perjalanan
ke sawah. Pengukuran peubah morfometrik pada tiap tingkatan tata niaga mengindikasikan rentang paling panjang berada pada pengumpul daerah, kecuali
pada massa tubuh yang rentang paling tinggi berada pada penangkap. Rentang massa tubuh yang panjang disebabkan pada tingkat agen dan pengumpul daerah
ular sendok telah disimpan dalam keadaan hidup yang lama tanpa memberikan makanpakan, sehingga ular sendok dalam kondisi kurus. Hasil rekapitulasi
pengukuran peubah tersaji secara lengkap pada Lampiran 16.