kematian mortalitas, laju keahiran natalitas, sebaran distribusi umur, potensi biotik, sifat genetik, perilaku dan pemencaran dispersi.
Menurut Odum 1994 bahwa sebaran umur merupakan penciri atau sifat penting populasi yang mempengaruhi mortalitas dan natalitas. Indriyanto 2010
menjelaskan bahwa penyebaran umur merupakan salah satu karakteristik populasi yang mempengaruhi laju kelahiran dan laju kematian. Dalam populasi terdapat
berbagai golongan umur individu-individu yang akan menentukan status reproduksi yang sedang berlangsung dan menyatakan kondisi yang akan datang.
Populasi yang sedang berlangsung cepat mengandung bagian besar individu- individu muda, populasi yang stationertetap memiliki pembagian umur yang
merata antara muda, dan tua, sedangkan populasi yang menurun akan mengandung individu-individu yang telah tua Odum 1994.
Perbandingan jenis kelamin sex ratio merupakan perbandingan jumlah jantan dan betina dalam suatu populasi yang sering dinyatakan dalam jumlah
jantan terhadap 100 ekor betina Indriyanto 2010. Perbandingan jenis kelamin sangat mempengaruhi populasi satwaliar di alam dan tiap jenis satwaliar
mempunyai perbandingan jenis kelamin yang berbeda-beda pada setiap populasinya. Bila dalam suatu populasi mempunyai jumlah jantan yang lebih
banyak dibandingkan dengan betina, maka akan terjadi persaingan dalam melakukan perkawinan yang mengakibatkan tidak terbuahinya betina dalam masa
produktif. Hal tersebut juga dapat terjadi pada populasi yang mempunyai jumlah betina lebih besar dibandingkan dengan jantan, tetapi untuk beberapa spesies
tertentu memiliki sistem hirarki yang kurang berpengaruh dengan perbandingan jumlah kelamin tersebut.
Konservasi satwaliar merupakan proses sosial yang mempunyai tujuan pemanfaatan satwaliar, memelihara kelestarian satwaliar dan produktifitas
habitatnya Bailey 1984. Satwaliar yang mempunyai nilai komersil harus dilakukan secara pemanfaatan lestari, sebagai cara konservasi yang ideal Amir et
al. 1998. Pemanfaatanpemanenan satwaliar telah dilakukan oleh masyarakat yang hidup berdekatan dengan habitatnya dengan jumlah yang sedikit dan hanya
sebagai pemenuhan kebutuhan sumber makanan Platt et al. 2008, Soehartono
Newton 2002. Sumberdaya yang sangat besar waktu, alat dan jarak dan sulitnya melakukan pemanenan merupakan indikasi terjadinya penurunan populasi akibat
pemanenan Soehartono Newton 2002, Traffic 2005, Traffic 2008.
2.4. Morfometri
Morfometri merupakan salahsatu penciri kelas umur dan jenis kelamin pada satwa. Ular sendok dewasa mempunyai panjang SVL yang berbeda antara jantan
dan betina. Boeadi et al. 1998 mengukur morfometri ular sendok yang diambil dari beberapa wilayah di Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat dan Yogyakarta
yang hasilnya adalah ukuran rata-rata ular sendok betina lebih besar dibandingkan dengan ular jantan yaitu 957,6 cm untuk jantan dan 1.013,0 cm untuk betina.
Rata-rata ukuran morfometrik yang lain panjang kepala, panjang ekor dan massa tubuh jantan lebih besar dibandingkan dengan betina
. Berbeda dengan hasil
pengukuran Akani et al. 2005 terhadap Pseudohaje goldii di bagian selatan Nigeria yang menemukan bahwa ular jantan lebih besar dibandingkan dengan
betina. Kelas umur ular
Pseudohaje goldii anak berukuran 62,3 cm, kelas umur muda berukuran 62,3- 89,6 cm dan dewasa berukuran 89,6 cm.
2.5. Panenan
Pemanenan lestari merupakan jumlah terbesar sumberdaya satwaliar yang dapat dipanen setiap tahunnya melalui pertumbuhan populasi alamiah dapat
terbarukan tanpa mengganggu populasinya. Kenyataan pemanenan secara lestari sulit dilakukan, hal tersebut hanya dapat dilakukan pada situasi yang terkontrol
Indrawan et al 2007. Pemanenan satwaliar hingga saat ini masih mengambil dari alam dan berdasarkan perhitungan-perhitungan ekonomi, tanpa memperhatikan
kepentingan ekologi dan lingkungan Dit.KKH 2010. Upaya pengendalian pemanenan satwaliar yang berasal dari alam dilakukan dengan menetapkan kuota
yang didasarkan kajian ilmiah tentang populasi di alam dan perkembangannya. Ketersediaan data tersebut hingga saat ini belum ada, sehingga menggunakan data
realisasi pemanenan tahun sebelumnya sesuai dengan Keputusan Menteri Kehutanan No. 477Kpts-II2003 tanggal 31 Desember 2003 tentang Tata Usaha
Pengambilan atau Penangkapan dan Peredaran Tumbuhan dan Satwa Liar. Dalam
keputusan menteri tersebut disyaratkan bila dalam penetapan jumlah pemanfaatan satwa liar tidak tersedia data dan informasi ilmiah hasil inventarisasi
monitoring populasi, maka dapat diperoleh dari realisasi pengambilan dan penangkapan tumbuhan dan satwa liar dari tahun-tahun sebelumnya. Data
realisasi pemanenan yang dilaporkan pemegang ijin tangkap dan ijin edar masih sangat terbatas dan cenderung tidak sesuai dengan jumlah sebenarnya.
Pendekatan yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan penghitungan secara langsung agensub dan pengumpul daerah atau memberikan kartu kendali
kepada pengumpul daerah yang memiliki ijin yang dilkeluarkan oleh UPT Kementrian Kehutanan Balai Besar atau Balai Konservasi Sumberdaya Alam.
Keterbatasan sumberdaya dana, tenaga dan waktu menjadi kendala utama dalam pengumpulan data tersebut, sehingga dapat dilakukan dengan penghitungan
terhadap agensub agen dan pengumpul daerah secara sampel yang kemudian diekstrapolasi.
Pemanenan yang berlebihan didorong oleh permintaan yang tinggi dan tata hubungan antar komponen perdagangan. Pengawasan oleh institusi banyak
dilakukan pada level atas yaitu pada pengusaha yang memiliki ijin tetapi pelaksanaan pemanenan di lapangan tidak dikontrol. Hasil penelitian Siregar
2012 menunjukkan bahwa dalam perdagangan ular sanca batik dan sanca darah, pengumpul besar dengan eksportir mempunyai ikatan kerjasama, sedangkan pada
tingkat penangkap dan agensub agen tidak mempunyai ikatan kerjasama formal. Penangkap dan agensub agen dapat menjual ular diluar pengumpul daerah yang
menaunginya, sehingga data panenan pada tiap tingkatan perdagangan dapat berbeda.
Aji 2011 menyatakan bahwa ular sendok mempunyai rata-rata keberhasilan tetas 90 dan mempunyai peluang hidup di penangkaran hingga
ukuran sedang antara 1-2 m sebesar 70-80 dengan umur antara 11-18 bulan. Frekuensi berkembang biak sebanyak 3 kali dalam 2 tahun.