untuk pemenuhan eksport. Pasar internasional menjadi tujuan utama, sehingga pengumpul daerah mempengaruhi agensub agen dan penangkap secara selektif
terhadap ukuran diinginkan pasar intermasional. Tabel 6 Hasil analisa morfometri pada penangkap, agen dan pengumpul daerah.
Peubah Tempat pengukuran
Probabiltas Kesimpulan
Penangkap Agen
Pengumpul daerah
N 10
46 176
JM 13,1
13,1 11,9
0,000 Ho ditolak SVL
1006,8 1013,2
984,9 0,217 Ho diterima
PE 141,9
149,6 149,3
0,782 Ho diterima PT
1148,7 1162,7
1134,2 0,293 Ho diterima
MB 684,4
520,1 527,3
0,378 Ho diterima
Ket: JM = jarak mata mm, SVL = Snout Venth Length mm, PE = panjang ekor mm, PT =
panjang total mm dan MB = massa tubuh gram.
Uji Kolmogorov-Smirnov terhadap morfometri ular sendok pada penangkap, agen dan pengumpul daerah berdasarkan jenis kelamin memberikan gambaran
bahwa hanya ukuran panjang ekor yang berbeda nyata dan peubah lainnya tidak berbeda nyata antara jantan dan betina seperti yang tersaji dalam Tabel 7. Ular
sendok jantan lebih panjang dibandingkan ular sendok betina. Boeadi at al. 1998 yang melakukan pengukuran morfometri ular sendok dewasa yang yang diambil
sampelnya dari Jawa Tengah, Jawa Timur, Yogya dan Jawa Barat menunjukkan bahwa rata-rata panjang SVL betina lebih besar dibandingkan dengan jantan
jantan=957,6 dan betina 1013,0. Ukuran rata-rata jantan lebih besar di bandingkan dengan betina pada untuk panjang kepala jantan 36,3 dan betina
35,4, panjang ekor jantan 156,7 dan betina 147,7 dan massa tubuh jantan 498 dan betina 442,1.
Tabel 7 Hasil analisis morfometri ular sendok pada penangkap, agen dan pengumpul daerah berdasarkan jenis kelamin
Peubah Rata-rata
hasil pengukuran
morfometri Proba-
bilitas Kesimpulan
Jantan Betina
N 42
190 Jarak mata mm
11,6 12,3
0,095 H diterima
SVL mm 999,2
988,9 0,909 H
diterima Panjang ekor mm
160,0 146,5
0,004 H ditolak
Panjang Total mm 1159,1
1135,4 0,528 H
diterima Massa gram
545,3 527,3
0,107 H diterima
Hasil pengamatan Situngkir 2009 menunjukkan bahwa di Kabupaten Bogor tidak ada ukuran tertentu dalam penangkapanperburuan ular sendok, hal
ini disebabkan jumlah tangkapan yang berkurang dan tingginya permintaan ular sendok dari konsumen. Harga yang berbeda tidak memberikan dampak yang nyata
pada penangkappemburu ular.
5.4. Panenan
Perhitungan estimasi pemanfaatan ular sendok pada 6 pengumpul daerah dilakukan saat pemanenan ular sendok minim. Kondisi tersebut disebabkan oleh
musim panen padi, surat ijin tangkap yang belum terbit dari BBKSDA Jawa Timur dan kuota yang belum didistribusikan. Pemanenanpenangkapan ular
sendok dan
reptil jenis
lainnya hanya
dilakukan oleh
sebagian pemburupenangkap ular profesional dan sambilan, hal ini karena para penangkap
profesional lebih memilih bekerja pada sektor pertanian menjadi pemanen padi. Hasil penghitungan jumlah ular sendok yang ada di 6 pengumpul daerah tersaji
dalam Tabel 8. Tabel 8 Jumlah panenan pada pengumpul daerah di Jawa Timur
No. Pengumpul daerah
Jumlah ekor
Rentang waktu hari
Rata-rata jumlah panenan per hari
1. Pgp 1
9 1
9,0 2.
Pgp 2 20
2 10,0
3. Pgp 3
18 2
9,0 4.
Pgp 4 79
7 11,3
5. Pgp 5
14 1
14,0 6.
Pgp 6 36
7 5,1
Ket : Pgp = pengumpul daerah
Penghitungan rata-rata pemanenan ular sendok setiap hari pada 6 pengumpul daerah seperti yang tersaji dalam Tabel 8 di atas sebesar 9 ekor. Rata-rata
pemanfaatan tiap pengumpul daerah tersebut dilakukan ekstrapolasi terhadap jumlah pengumpul daerah di Jawa Timur yang berjumlah 33 perusahaan dengan
mempertimbangkan hari libur nasional dan cuti karyawan, sehingga jumlah hari kerja setiap bulan sebanyak 20 hari maka diperoleh jumlah pemanfaatan ular
sendok pertahun minimal sebanyak 71.280 ekor setiap tahun. Pemanenan ular sendok pada tingkat agensub agen yang tersaji pada Tabel
9 mempunyai rata-rata sebesar 5 ekor per hari dan bila rata-rata panenan tersebut
dilakukan ekstrapolasi terhadap jumlah agensub agen secara resmi yang ada di Jawa Timur sebanyak 78 agensub agen diperoleh jumlah panenan sebesar 93.600
ekor setiap tahunnya. Perhitungan jumlah panenan tersebut dengan
memperhatikan hari libur nasional dan cuti karyawan sehingga jumlah hari kerja setiap bulan sebanyak 20 hari.
Tabel 9 Jumlah panenan pada agensub agen di Jawa Timur No.
Agen Jumlah
ekor Rentang
waktu hari Rata-rata jumlah
panenan per hari 1.
Agen 1 9
2 4,5
2. Agen 2
11 4
2,7 3.
Agen 3 9
3 3,0
4. Agen 4
16 1
16,0 Jumlah panenan di agensub agen lebih besar dibandingkan pengumpul
daerah dengan selisih 22.230 ekor memberikan gambaran bahwa tidak semua jumlah ular yang telah dibeli dari penangkap dijual kepada pengumpul daerah
yang menaunginya. Hasil pengamatan dilapangan ditemukan bahwa agensub agen
selain menjual
ular hasil
pembelian dari
penangkap kepada
penggunakonsumen dan pedagang domestik secara langsung untuk sebagai obat tradisional dan makanan. Agensub agen juga menjual kepada para pengumpul
daerah yang tidak memiliki ijin tangkap hanya memiliki ijin edar dari daerah bahkan provinsi lain. Pedagang domestikpengguna membeli ular sendok dengan
harga yang tinggi yaitu antara Rp 30.000,- sampai Rp 40.000,- per ekor, selisih tersebut mendorong para agen untuk menjual hasil pembeliannya dari penangkap
kepada pengguna atau pedagang domestik. Salah satu sub agen di Kecamatan Paiton Kabupaten Probolinggo menjual ular kepada pengguna paling sedikit 24
ekor setiap bulan untuk sebagai obat tradisional. Hasil
penelitian Situngkir
2009 menunjukkan
bahwa setiap
pemburupenangkap di Kabupaten Bogor setiap tahun menangkap ular sendok antara 330-360 ekor per tahun. Jumlah responden pemburupenangkap sebanyak
17 orang, sehingga jumlah ular yang ditangkapdipanen dari alam mencapai 5.610-6.120 ekor. Ular sendok tersebut dijual pada pasar domestik dan pasar
internasional ekspor.
Hubungan kerjasama yang tidak mengikat tersebut dan faktor harga mendorong agensub agen menjual ular sendok ke pengumpul daerah atau
pembeli lain yang memberikan harga lebih tinggi atau fasilitas yang lebih memadai. Menurut Siregar 2012 bahwa dalam perdagangan ular sanca batik dan
sanca darah pengumpul kecil agensub agen dengan pengumpul besar pengumpul daerah mempunyai hubungan yang bebas atau tidak memiliki ikatan
kerjasama sehingga ada kemungkinan pengumpul kecil menjual ke pengumpul besar lain.
Data jumlah ular sendok pada masing-masing tingkatan hingga saat ini belum tersedia dengan baik, hal ini disebabkan pencatatan transaksi dari setiap
tingkatan hanya dilakukan dengan menggunakan nota pembelian dan bahkan tidak menggunakan pembelian. Laporan yang dibuat setiap tahun kepada institusi
pemerintah BBKSDA Jatim merupakan laporan sebagai pertanggungjawaban usaha
peredaran satwaliar
dan cenderung
belum mencerminkan
pengambilanpemanenan sebenarnya ular sendok dari alam. Pola pembelian secara langsung tunai menjadi salahsatu tidak adanya pencatatan yang kontinyu,
terutama pada tingkat agensub agen hingga pengumpul daerah. Nota pembelian masih terbatas untuk penghitungan biaya yang harus dibayarkan dan tidak
dilakukan pencatatan secara keseluruhan kembali pada buku induk, sehingga pencatatan data satwa yang diperdagangkan dalam setahun tidak tercatat secara
keseluruhan. Pemanfaatan satwa liar dari alam hingga saat ini belum didukung data yang
memadai, terutama populasi dan sebaran di alam. Penetapan batasan pemanfaatan satwa liar dari alam sesuai dengan Keputusan Menteri Kehutanan No. 477Kpts-
II2003 tanggal 31 Desember 2003 tentang Tata Usaha Pengambilan atau Penangkapan dan Peredaran Tumbuhan dan Satwa Liar disyaratkan bila dalam
penetapan jumlah pemanfaatan satwa liar tidak tersedia data dan informasi ilmiah hasil inventarisasi monitoring populasi, maka penentuan kuota dapat diperoleh
dari realisasi pengambilan dan penangkapan tumbuhan dan satwa liar dari tahun- tahun sebelumnya. Permasalahan lain yang timbul saat ini adalah data sebenarnya
mengenai realisasi tangkapanpanenan belum ada.
Gambar 3 Penjualan ular sendok pada pengumpul daerah Hasil perbandingan terhadap jumlah penjualan ular sendok pada satu
pengumpul daerah selama 3 tahun tahun 2012 hanya sampai data bulan Juli mengindikasikan adanya penurunan penjualan ular sendok, seperti yang tersaji
dalam Gambar 3. Tahun 2010 penjualan ular sendok sebanyak 2.472 ekor, pada tahun 2011 terjadi penurunan penjualan menjadi 2.089 ekor dan pada tahun 2012
hingga bulan Juli penjualan ular sendok mencapai 1.243 ekor. Hasil wawancara terhadap penangkap yang melakukan perburuan penangkapan ular lebih dari 10
tahun 8 orang menyatakan adanya penurunan hasil tangkapan dari tahun ke tahun. Penurunan tangkapan tersebut disebabkan oleh: 1 semakin banyak orang
yang melakukan penangkapan dan semakin sulit mendapatkan ular tangkapan, sehingga mengakibatkan penurunan jumlah hasil tangkapan; 2 wilayahdaerah
tangkapan yang semakin sempit, hal ini karena banyak sawah yang telah berubah fungsi menjadi pemukiman dan kawasan industri.
Penangkapan ular sendok mengalami puncaktertinggi dilakukan pada antara bulan Juni-Juli yang disebabkan pada bulan tersebut adalah musim bera, sehingga
banyak orang melakukan penangkapan ular. Penangkap profesional melakukan penangkapan secara penuh karena tidak ada mata pencaharian lain. Penangka
banyak melakukan penangkapan pada saat bera disebabkan posisi sawah yang bera atau habis panen mudah mencari ular di sawah, hal ini ular mudah terlihat
karena tidak ada tanaman, juga dalam memburu ular dapat dilakukan hingga ke