IV. METODE PENELITIAN
4.1. Waktu
Waktu pengambilan data dilaksanakan selama ± 2 dua bulan dari tanggal 26 Maret 2012 sampai dengan 14 Mei 2012. Pengambilan data habitat dan
pengukuran morfometri ular sendok pada penangkap dilakukan selama 14 hari dengan mengikuti penangkap ular, penambahan waktu perpindahan dari setiap
lokasi dan mencarimenelusuri penangkappemburu memerlukan waktu berkisar antara 3-4 hari. Pengukuran data habitat dilakukan antara jam 08.00-14.00 WIB.
Pengukuran morfometri pada agensub agen dan pengumpul daerah serta pengumpulan data tata niaga dilakukan selama 20 hari dan sisanya
mengumpulkan data sekunder.
4.2. Alat dan Bahan
Peralatan dan bahan yang digunakan dalam pengambilan data meliputi: pita meter, timbangan pegas, thermohigrometer, pH meter, tally sheet, kamera digital,
Geographical Positioning System GPS, caliper. Untuk pengolahan data menggunakan perangkat lunak software yang mendukung analisa statistik.
4.3. Metoda Pengambilan Data
4.3.1. Tata Niaga Data perdagangan diperoleh dengan melakukan verifikasi surat keputusan
ijin tangkap dan surat ijin edar tumbuhan dan satwaliar yang diberikan oleh BBKSDA Jawa Timur terhadap perusahaan dan melakukan wawancara secara
langsung kepada penangkap, agensub agen, pengumpul daerah dan pengumpul besar
eksportir. Wawancara
terhadap responden
yang merupakan
komponenpelaku perdagangan dilakukan untuk menganalisa dan membuat rantai perdagangan ular sendok. Wawancara responden dilakukan dengan metode
snowball sampling yang di mulai dari pengumpul daerah, agensub agen dan penangkappemburu untuk mengetahui pelaku perdagangan. Untuk mengetahui
alur perdagangan ular sendok dilakukan wawancara mulai dari penangkap, agensub agen dan pengumpul daerah. Wawancara terhadap responden terbagi
atas penangkappemburu sebanyak 13 orang, agensub agen sebanyak 6 orang, pengumpul daerah sebanyak 4 orang dan pengumpul besareksportir sebanyak 1
orang. Pemilihan responden pelaku perdagangan berdasarkan jumlah kuota tangkap yang diberikan oleh BBKSDA Jatim tahun sebelumnya dan keterwakilan
wilayah tangkapnya. Usaha perdagangan ular sendok dan satwa lainnya belum sepenuhnya berjalan, hal ini disebabkan adanya penangkap yang beralih menjadi
buruh tani musim panen padi dan belum terbitnya ijin tangkap sehingga layanan dokumen untuk perdagangan belum bisa dilakukan.
4.3.2. Parameter Demografi Data parameter demografi diperoleh dengan melakukan pengamatan,
pengukuran dan penghitungan terhadap ular sendok yang ada di penangkap 7 orang, agensub agen 4 orang dan pengumpul daerah 6 orang. Jumlah ular
sendok yang diamati, diukur dan dihitung di penangkap sebanyak 10 ekor yang diperoleh dari 2 orang penangkap di Kabupaten Bojonegoro, 3 orang penangkap
di Kabupaten Nganjuk, 3 orang penangkap di Kabupaten Probolinggo dan 3 orang penangkap di Kabupaten Malang. Penghitungan, pengukuran dan pengamatan ular
sendok pada agensub agen sebanyak 46 ekor yang tersebar di Kabupaten Tuban, Nganjuk, Probolinggo dan Banyuwangi. Pengukuran dan penghitungan pada
tingkat pengumpul daerah sebanyak 176 ekor yang dilakukan pada 5 orang pengumpul daerah tersebar di Kabupaten Bojonegoro, Sidoarjo, Bondowoso dan
Gresik. Data parameter demografi meliputi jenis kelamin dan kelas umur ular sendok. Ular sendok jantan dapat dikenali dengan dengan menekan pada bagian
belakang kloaka bagian ekor maka akan keluar hemipenis. Boeadi et al. 1998 menyatakan bahwa ular sendok dewasa mempunyai panjang SVL 90,8 cm untuk
jantan dan 82,8 cm untuk betina. 4.3.3. Morfometri
Pengambilan data morfometrik dilakukan pada tingkat penangkap, agensub agen dan pengumpul daerah, sedangkan pada pengumpul besar eksportir tidak
dilakukan karena ular sendok yang berada di pengumpul besar sudah diolah menjadi kulit dan daging. Pengukuran data morfometri meliputi: jarak kedua mata
X
1
, panjang Snout-Vent Length SVL yaitu pengukuran mulai dari hidung hingga kloakasaluran pembuangan X
2
, panjang ekor, yaitu pengukuran yang dilakukan mulai kloakasaluran pembuangan sampai ujung ekor X
3
, panjang total yaitu pengukuran mulai dari ujung hidung hingga ujung ekor X
4
dan massa tubuh yaitu dengan menimbang massa tubuh ular X
5
. Pengukuran jarak kedua mata menggunakan jangka sorongcaliper dan
pengukuran panjang SVL, panjang ekor dan panjang total seluruh tubuh menggunakan meteran. Jumlah ular sendok diukur pada penangkap sebanyak 10
ekor yang diperoleh dari penangkap di Kabupaten Bojonegoro, Nganjuk, Probolinggo dan Malang. Pengukuran pada ular sendok pada agensub agen
sebanyak 46 ekor yang tersebar Kabupaten Tuban, Nganjuk, Probolinggo dan Banyuwangi, sedangkan pengukuran ular sendok pada tingkat pengumpul daerah
sebanyak 176 ekor yang tersebar di Kabupaten Bojonegoro, Sidoarjo, Bondowoso dan Gresik.
4.3.4. Panenan Pengambilan data panenan dilakukan dengan menghitung jumlah ular
sendok yang dipanen pada pengumpul daerah dan agensub agen. Pengambilan data panenan dilakukan pada pengumpul daerah dan agensub agen karena pada
surat ijin tangkap yang diberikan oleh BBKSDA Jatim terdapat agensub agen yang disebut sebagai penangkap dan lokasi tangkapnya. Penghitungan panenan
pada tingkat agensub agen dilakukan pada 4 orang agensub agen yang tersebar Kabupaten Tuban, Nganjuk, Probolinggo dan Banyuwangi, sedangkan untuk
penghitungan panenan pada pengumpul daerah dilakukan di 5 pengumpul daerah yang ada di Kabupaten Gresik 2 orang dan masing-masing 1 orang pada
Kabupaten Bojonegoro, Sidoarjo dan Bondowoso. 4.3.5. Karakteristik Habitat
Pengambilan data karakteristik habitat dilakukan dengan metode purposive sampling, yaitu memilih sarang yang merupakan sarang ular sendok aktif pada
daerah yang menjadi habitat ular sendok. Pencarian dan penentuan sarang ular sendok dilakukan dengan mengikuti pencaripemburu ular dalam melakukan
perburuan dan penangkapan ular sendok pada habitat sawah, kebunpekarangan, pemukiman, hutan jati dan jalur rel kereta api. Sarang ular sendok mempunyai ciri
khusus dibandingkan dengan sarang ular lainnya, yaitu mempunyai permukaan yang halus dan cenderung mengkilat bila basah pada dinding lubangnya. Tanda-
tanda lainnya hampir sama dengan sarang ular lainnya, yaitu disekitar sarang sering ditemukan kotoran atau kulit hasil pergantian yang telah mengering.
Pengukuran peubah pada habitat ular sendok dilakukan pada setiap sarang yang ditemukan dalam kondisi baru masih menjadi sarang aktif dengan tanda-
tanda bahwa sarang tersebut masih dalam kondisi baik dan masih ditemukan kotoran, kulit dan jejak lainnya bekas jalan atau bila ada rumput maka rumput
tersebut akan roboh atau tanah yang dilintasi akan padat atau halus. Peubah habitat yang diukur meliputi: suhu permukaan tanah pada mulut sarang X
6
, kelembaban pada permukaan tanah di mulut sarang X
7
, ketinggian ditemukan sarang X
8
, kadar keasaman pH tanah X
9
, jenis tanah X
10
, kelembaban tanah di mulut sarang X
11
, jarak sarang dari pemukiman X
12
dan jarak sarang dari sumber air X
13
. Pengukuran suhu permukaan tanah pada mulut sarang X
6
dan kelembaban permukaan tanah pada mulut sarang X
7
menggunakan termohigrometer, yaitu dengan meletakkan alat tersebut pada mulut sarang dan menunggu 5 menit baru
dilakukan pencatatan. Ketinggian tempat X
8
diukur dengan menggunakan GPS sebagai pengganti altimeter yang sebelumnya dilakukan kalibrasi terlebih dahulu
pada lokasi yang memiliki koordinat dan ketinggian yang pasti, misalnya bandar udara, pelabuhan laut, titik triangulasi dan lain-lain. Kadar keasaman tanahpH
X
9
dan kelembaban tanah X
11
diukur dengan menggunakan pH meter yang telah dilengkapi dengan alat untuk mengukur kelembaban tanah. Pengukuran
dilakukan dengan menancapkan alat tersebut pada tanah di mulut sarang ular sendok, untuk mengukur kadar keasaman tanah tombol diarahkan pada alat
pengukur keasaman tanah dan untuk pengukuran kelembaban tanah dilakukan dengan mengeser tombol ke arah alat pengukur kelembaban tanah. Sedangkan
pengukuran jarak sarang ular sendok dengan pemukiman X
12
, jarak dengan