65 ternak menjadi pupuk, biogas dan energi listrik berdampak ekonomi terhadap
pendapatan peternak dan penghematan pengeluaran energi bagi peternak dan non peternak yang menggunakan biogas.
6.3.1 Analisis Dampak terhadap Pendapatan Usahaternak
Analisis pendapatan usahaternak berdasarkan pemanfaatan limbah ternak sapi perah dalam penelitian ini, dibedakan atas dua jenis usahaternak yaitu
usahaternak biogas dan non biogas. Usahaternak biogas merupakan usahaternak yang telah melakukan pemanfaatan limbah ternak menjadi pupuk dan biogas,
sedangkan usahaternak non biogas adalah usahaternak yang memanfaatkan limbah ternak menjadi pupuk saja atau tidak melakukan pengolahan limbah.
Dalam penelitian ini dilakukan perbandingan komponen pendapatan antara kedua jenis usahaternak tersebut antara lain: penerimaan, biaya dan analisis selisih
pendapatan.
6.3.1.1 Penerimaan Usahaternak Biogas dan Non biogas
Penerimaan usahaternak merupakan perkalian antara hasil produksi dengan harga jual. Rata-rata peternak di Desa Haurngombong memiliki 1-3 ekor
induk sapi laktasi. Komponen penerimaan tunai pada usahaternak terdiri dari hasil penjualan susu, pupuk, dan pedet. Produksi susu merupakan ukuran utama
dalam sistem produksi usaha peternakan sapi perah. Produksi susu harian diperoleh dengan mengukur satu hari produksi pagi dan sore hari. Produksi susu
dipengaruhi oleh periode tahapan laktasi sapi perah. Tahapan laktasi sapi perah dibedakan menjadi 5 tahapan laktai Tabel 18. Selama laktasi perubahan
produksi susu tidak tetap. Setelah beranak,produksi susu rendah kemudian meningkat sampai mencapai puncaknya sekitar bulan kedua laktasi setelah itu
66 secara perlahan mengalami penurunan hingga tidak produksi lagi yang
dipengaruhi oleh kondisi tubuh sapi danperiode laktasi.
Tabel 18. Periode Laktasi Sapi Perah
Tahapan Laktasi Masa Laktasi hari
Awal Laktasi 1-30
Puncak Produksi 31-100
Pertengahan laktasi 101-200
Akhir laktasi 201-300
Periode Kering 300
Sumber: PENSTATE, 2004 dalam Sukandar dkk, 2008 Menurut Syarief dan Sumoprastowo 1984 dalam Sukandar dkk 2008
bahwa sapi-sapi yang dipelihara pada umur muda belum menunjukan produksi yang tinggi, produksi susu semakin meningkat pada laktasi ke-4 dan kemudian
menurun pada periode laktasi berikutnya. Rataan produksi susu di Desa Haurngombong pada usahaternak biogas
sebanyak 12,3 literhari dengan harga jual ke koperasi sebesar Rp 3.100liter dan Rp 1.000kg untuk penjualan pupuk dijual ke rumah pupuk serta hasil penjualan
pedet. Rata-rata penerimaan tunai pada usahaternak biogas sebesar Rp 1.675.570bulan.
Penerimaan non tunai merupakan penerimaan yang diperoleh peternak dengan memasukan manfaat yang diperoleh dalam bentuk manfaat lain non
tunai. Komponen penerimaan non tunai terdiri dari jumlah susu yang dikonsumsi oleh keluarga yakni sebanyak 1,267 literhari dan pupuk yang digunakan untuk
pertanian milik sendiri atau tetangga sebanyak 17,97 kgbulan serta penghematan pengeluaran energi dari pemanfaatan biogas sebesar Rp 189.760bulan.
Penerimaan non tunai usahaternak biogas sebesar Rp 325.561bulan, maka penerimaan usahaternak biogas Rp 2.001.131bulan Tabel 19.
67
Tabel 19. Rata-rata Penerimaan Usahaternak Biogas per bulan Komponen
Produksi Harga
Nilai Penerimaan Tunai
Susu liter 369
3.100 1.143.900
57,16 Pupuk kg
21,67 1.000
21.670 1,08
Pedet ekor 0,17
3.000.000 510.000
25,49
Sub Total 1.675.570
83,73 Penerimaan Non Tunai
Susu liter 38,01
3.100 117.831
5,89 Pupuk kg
17,97 1.000
17.970 0,90
Biogasekor 189.760
9,48
Sub Total 325.561
16,27 Total Penerimaan
2.001.131 100,00
Sumber : Data Primer diolah, 2012
Penerimaan tunai usahaternak non biogas terdiri dari hasil penjualan susu sebanyak 11,97 literhari dan pupuk sebanyak 8,07 kgbulan dengan tingkat harga
yang sama, maka penerimaan tunai sebesar Rp 1.391.280bulan. Penerimaan non tunai terdiri dari konsumsi susu sebanyak 1,78 literhari dan penggunaan pupuk
20,07 kgbulan. Jumlah penggunaan pupuk pada usahaternak non biogas lebih banyak dikarenakan sebagian besar peternak memiliki lahan pertanian sawah atau
kebun. Penerimaan non tunai usahaternak non biogas sebesar Rp 185.610bulan maka total penerimaan sebesar Rp 1.576.890bulan Tabel 20. Nilai penerimaan
usahaternak biogas lebih tinggi dibandingkan penerimaan usahaternak non biogas dikarenakan sebagian besar peternak non biogas bukan merupakan anggota
kelompok ternak sehingga kurangnya pengetahuan dan pemahaman akan pemberian pakan yang mempengaruhi hasil produksi susu, pemanfaatan biogas
dan potensi penjualan pupuk dan pedet.
68
Tabel 20. Rata-rata Penerimaan Usahaternak Non Biogas per Bulan Komponen
Produksi Harga
Nilai Penerimaan Tunai
Susu liter 359,10
3.100 1.113.210 71,27
Pupuk kg 8,07
1.000 8.070
0,52 Pedet ekor
0,09 3.000.000
270.000 17,12
Sub Total 1.391.280
88,23 Penerimaan Non Tunai
Susu liter 53,40
3.100 165.540
10,50 Pupuk kg
20,07 1.000
20.070 1,27
Biogas -
0,00
Sub Total 185.610
11,77 Total Penerimaan
1.576.890 100,00
Sumber : Data Primer diolah, 2012
Analisis perbandingan penerimaan usahaternak biogas dan non biogas dilihat dari selisih penerimaan yang diperoleh. Persentase selisih rata-rata yang
paling tinggi terdapat pada penerimaan non tunai sebesar selisih 42,95 dimana perbedaan keduanya cukup jauh Tabel 21. Perbedaan tersebut dikarenakan pada
usahaternak biogas terdapat komponen penerimaan non tunai dari penggunaan biogas yang dihitung berdasarkan penghematan penggunaan energi dalam satu
bulan.
Tabel 21. Persentase Selisih Penerimaan Usahaternak per Bulan Keterangan
Usahaternak Biogas
Usahaternak Non Biogas
Selisih
Penerimaan Tunai 1.675.570
1.391.280 284.290
16,97 Penerimaan Non Tunai
325.561 185.610
139.951 42,99
Total Penerimaan 2.001.131
1.576.890 424.241
21,20
Sumber :Data Primer diolah, 2012
6.3.1.2 Biaya Usahaternak Biogas dan Non Biogas