74 Berdasarkan nilai selisih pendapatan maka Usahaternak biogas lebih
Ekonomis dibandingkan dengan usahaternak non biogas. Hal ini terjadi dikarenakan manfaat yang diperoleh dari pemanfaatan limbah ternak menjadi
biogas lebih tinggi dari biaya yang dikeluarkan untuk pelaksanaan operasionalnya.
6.3.2 Analisis Pengeluaran Energi Responden
Energi yang digunakan oleh responden penelitian ini hanya meliputi penggunaan energi yang berhubungan dengan keperluan Rumahtangga untuk
memasak dan penerangan. Berdasarkan data hasil kuesioner, energi yang digunakan untuk memasak yaitu, kayu bakar, minyak tanah, gas elpiji, biogas dan
sekam. Seluruh pengguna biogas menggunakan biogas untuk keperluan memasak dan sebanyak 90 responden 97 diantaranya masih menggunakan elpiji untuk
memasak. Bila dilihat dari penggunaan kayu bakar sebanyak 15 responden 44,12 peternak biogas, 3 responden 9,37 pengguna biogas non
peternak,dan 19 responden 70,37 peternak non biogas pengguna kayu bakar. Responden pengguna biogas maupun non biogas masih menggunakan kayu bakar,
dikarenakan kayu bakar masih tersedia dalam jumlah yang cukup banyak di hutan dan kebun carik Desa Haurngombong sehingga tidak perlu mengeluarkan biaya.
Responden yang masih menggunakan minyak tanah hanya sebanyak 3 orang3,23, dimana 1 orang responden merupakan pengguna biogas non
peternak dan sisanya peternak non biogas. Harga minyak tanah di Desa Haurngombong mencapai Rp.12.000liter dan sulit didapatkan langka. Jika
minyak tanah tidak tersedia maka responden lebih memilih menggunakan kayu bakar dibanding menggunakan gas elpiji maupun biogas dengan alasan lebih
aman dan tanpa biaya terjangkau.
75 Penggunaan gas elpiji untuk memasak masih cukup tinggi, lebih dari
separuh responden peternak sebesar 58,82 responden, peternak non biogas sebesar 81,48 dan pengguna biogas non peternak sebanyak 93,75
menggunakan gas elpiji. Responden yang menggunakan sekam padi berjumlah 2 orang yang merupakan peternak non biogas. Ketersediaan sumberdaya sekam
yang melimpah serta responden memiliki kompor sekam yang dikenal dengan nama
“Kompor SBY” serta responden merupakan petani padi Tabel 24.
Tabel 24. Penggunaan Energi Responden
Penggunaan Energi Pengguna Biogas
Peternak non Biogas
Total Peternak
Non peternak
Memasak Kayu Bakar
15 3
19 37
Minyak Tanah 1
2 3
Gas Elpiji 20
30 22
72 Biogas
34 32
66 Sekam
2 2
Penerangan Listrik PLN
34 32
27 93
Biogas 7
7
Sumber : Data Primer diolah, 2012
Sumber energi yang digunakan untuk penerangan adalah listrik PLN dan biogas. Seluruh responden baik pengguna biogas maupun non biogas
menggunakan penerangan dengan listrik PLN. Pemanfaatnan biogas menjadi energi listrik masih dalam pemantauan penelitian dan proyek percontohan pada
peternak dengan jumlah ternak lebih dari 5 ekor dan hanya dimanfaatkan pada
saat terjadi pemadaman listrik. Tabel 25. Lama dan Jenis Penggunaan Biogas
Lama Berternak
Pengguna Biogas Jenis Instalasi
Komunal Individual
Peternak Non
Peternak Plastik Fiber Beton
1 tahun 27
30 57
30 27
1-3 tahun 4
2 1
3 3
1 3 tahun
3 3
3
Sumber : Data Primer diolah, 2012
76 Instalasi biogas pertama kali dibangun di Desa Haurngombong pada tahun
2004 dengan konstruksi yang terbuat dari plastik, daya tahannya tidak menentu dengan pembinaan yang dilakukan oleh UNPAD. Setelah kontruksi plastik pada
tahun 2008 oleh konstruksi terbuat dari fiber, gas metan ditampung oleh plastik. Pada tahun 2010 Bapak Mamat yang selaku sebagai ketua, bekerja sama dengan
SIPOS Belanda. Pada bulan Oktober 2010 mendapat promosi biogas beton 6 m
3
tanpa alat pembantu sebanyak 3 reaktor, Manfaat biogas diantaranya : 1. Bahan bakunya mudah diperoleh kotoran
2. Ramah lingkungan 3. Menambah nilai pendapatan peternak
4. Menghasilkan pupuk yang berkualitas Pembangunan instalasi beton pada tahun 2011 bertambah sebanyak 100
instalasi biogas yang merupakan bantuan dari pemerintah. Hal ini terlihat dari banyaknya responden dengan lama penggunaan biogas beton yang kurang dari 1
tahun. Sedangkan untuk lama penggunaan biogas telah digunakan selama 1-3 tahun sebanyak 3 instalasi yang merupakan instalasi percontohan, serta 3 instalasi
yang terbuat dari fiber yang masih beroperasi dan terawat dikarenakan responden tersebut merupakan tenaga ahli biogas teknisi di Desa Haurngombong.
Jumlah penggunaan energi responden yang digunakan untuk memasak yang bersumber dari kayu bakar, minyak tanah, gas elpiji dan biogas, baik
sebelum maupun setelah penggunaan biogas terjadi perubahan tingkat konsumsi energi dari masing-masing jenis sumber energi yang digunakan. Pembangunan
biogas, tingginya harga minyak tanah dan tingkat kepraktisan dan ketersediaan
77 jumlah sumberdaya yang cukup mendorong perkembangan pemanfaatan biogas di
Desa Haurngombong Tabel 26.
Tabel 26. Perubahan Jumlah Penggunaan Energi Responden Sumber Energi
Peternak Biogas Peternak
Non Biogas
Rumah Tangga Pengguna Biogas
Sebelum Setelah
Sebelum Sesudah
Kayu Bakar kg 24,67
9,03 28,67
2,87 1,34
Minyak Tanah
liter 6,83
5,63 2,31
1,62 Gas Elpiji tabung
gas 3kg 8,67
2,91 5,70
2,40 1,02
Sumber : Data Primer diolah, 2012
Dari data hasil kuesioner diperoleh rata-rata jumlah penggunaan energi responden, rata-rata penggunaan kayu bakar responden yang merupakan peternak
biogas mengalami penurunan sebanyak 15,64 kg kayu bakar, penggunaan minyak tanah menurun sebanyak 6,83 liter serta penurunan penggunaan gas elpiji
sebanyak 5,76 tabung gas elpiji ukuran 3 kg. Rata-rata penggunaan energi bagi responden pengguna biogas non peternak mengalami penurunan serta penggunaan
energi pada responden non peternak sebagian besar masih menggunakan kayu bakar dikarenakan kayu bakar yang tersedia dan terjangkau. Tingkat harga
konversi kayu bakar sebesar Rp 1.000kg, minyak tanah Rp 12.000liter dan gas elpiji Rp 16.000tabung 3 kg.
Pengeluaran rata-rata energi responden untuk kegiatan memasak dan kebutuhan lainnya di Desa Haurngombong dipengaruhi oleh ketersediaan energi
dan jenis energi yang digunakan. Penghematan pengeluaran energi per bulan peternak sebelum dan sesuadah penggunaan biogas sebesar Rp 189.760bulan.
Penghematan pengeluaran energi dari responden pengguna biogas non peternak sebesar Rp 31.890bulan. Selisih pengeluaran energi rata-rata perbulan antara
78 responden peternak biogas dan non biogas sebesar Rp 131.840bulan Tabel 27.
Penggunaan energi biogas merupakan suatu langkah penghematan alokasi biaya untuk energi dan dapat digunakan untuk alokasi lainnya seperti biaya kesehatan,
pendidikan dan lain-lain. Selain itu, penggunaan energi biogas merupakan sumber energi alternatif yang dapat mengurangi ketergantungan penggunaan suber energi
lainnya seperti: BBM, LPG dan kayu bakar. Pengurangan ketergantungan tersebut secara tidak langsung berdampak pada perbaikan kondisi sumberdaya dan
lingkungan.
Tabel 27. Rata-rata Pengeluaran Energi Responden per Bulan Sumber Energi
Peternak Biogas Peternak
Non Biogas
Pengguna Biogas Non Peternak
Sebelum Setelah
Sebelum Setelah
Kayu Bakar 24.670
9.030 28.670
2.870 1.340
Minyak Tanah 81.960
67.560 27.720
19.440 Gas Elpiji
138.720 46.560
91.200 38.400
16.320 Total
245.350 55.830
187.430 68.990
37.100 Selisih Sebelum
dan Setelah 189.760
31.890 Selisih Biogas
dan Nonbiogas 131.840
Sumber : Data Primer diolah, 2012
6.4 Analisis Dampak Sosial dan Lingkungan dari Pemanfaatan Limbah
Ternak di Desa Haurngombong
Pada saat ini pengembangan biogas semakin penting dikarenakan minyak tanah mengalami kelangkaan dan harganya yang tinggi, BBM dan LPG yang
mahal, pupuk organik yang mahal. Mahalnya BBM dapat memicu kerusakan lingkungan kebun, hutan, atmosfer dikarenakan penggunaan kayu bakar
meningkat, sedangkan kelangkaan dan mahalnya pupuk organik dapat menyebabkan menurunnya kesuburan lahan akibat penggunaan pupuk kimia.
Oleh karena itu pengembangan biogas merupakan salah satu alternatif pemecahan dalam rangka mencari sumber energi alternatif sekaligus sebagai upaya