Dampak Lingkungan dari Pemanfaatan Limbah Ternak

81 Tabel 28. Dampak Sosial terhadap perubahan Perilaku peternak dan Non peternak Keterangan Sebelum Setelah Perilaku Peternak Pengelolaan limbah dilakukan secara tradisional :  dijadikan pupuk  dibuang begitu saja ke saluran air parit persawahan, ditimbun dibiarkan di lahan kebun  pengelolaan limbah menjadi pupuk, biogas dan energi listrik.  meningkatkan fungsi kelembagaan kelompok peternak melalui kegiatan pembangunan biogas  Meningkatkan kerjasama dengan pemerintah dan pihak swasta, seperti: UNPAD, ITENAS, YCK, PLN, SIPOS Belanda. Perilaku Non Peternak  konflik kecil akibat pencemaran limbah  melakukan penebangan pohon di hutan dan kebun carik desa untuk memenuhi kebutuhan kayu bakar.  meningkatkan budaya gotong royong  konflik kecil akibat mis management operasional pengisian bahan baku biogas.  Mengurangi ketergantungan terhadap penggunaan bahan bakar fosil seperti : minyak tanah, LPG, kayu bakar. Sumber: Data Primer diolah, 2012

6.3.2 Dampak Lingkungan dari Pemanfaatan Limbah Ternak

Berdasarkan hasil kuesioner menggunakan pertanyaan terbuka, persepsi terhadap dampak lingkungan dari pemanfaatan limbah ternak sapi perah di Desa Haurngombong yaitu: sebanyak 87 responden 94 merasakan adanya perubahan yang signifikan mengenai kondisi lingkungan dan berkurangnya bau dari tumpukan kotoran sapi yang sering ditumpuk atau dialirkan begitu saja ke saluran air terdekat. Peternak biogas merasakan adanya peningkatan kesehatan ternak dan kualitas susu hasil pemerahan lebih terjamin kebersihanya. Tingkat kualitas susu menentukan harga beli koperasi terhadap susu tersebut yang ditunjukan dengan ukuran total solid TS yang merupakan penilaian dari total 82 fat dan bakteri yang terkandung pada susu. Beberapa responden menyatakan adanya perubahan nilai TS yang biasanya berkisar 10,1 menjadi 11,2 dalam satuan TS nilai dari kualitas susu. Manfaat yang dapat diperoleh dari pemanfaatan biogas sebagai bahan bakar antara lain: berkurangnya kegiatan penebangan pohon oleh masyarakat desa untuk dijadikan kayu bakar, proses memasak jadi lebih bersih, dan sehat karena tidak mengeluarkan asap, kandang hewan menjadi semakin bersih karena limbah kotoran kandang langsung dapat diolah, sisa limbah yang dikeluarkan dari biodigester dapat dijadikan pupuk sehingga tidak mencemari lingkungan, dapat berkontribusi menurunkan emisi gas rumah kaca melalui pengurangan pemakaian bahan bakar kayu dan bahan bakar minyak, penggunaan biogas relatif lebih aman dari ancaman bahaya kebakaran. Selain itu, dengan adanya rumah pupuk sehingga kotoran ternaklimbah biogas dapat dijual dan menambah penerimaan baik bagi peternak biogas maupun non biogas. 1. Lingkungan kandang menjadi lebih bersih kesehatan ternak dan kualitas susu meningkat 2. Berkurangnya pencemaran udara akibat tumpukan kotoran sapi atau pembuangan kotoran ke saluran air terdekat. 3. Berkurangnya kegiatan penebangan pohon di hutan dan kebun carik desa untuk pemenuhan kebutuhan kayu bakar. 83

VII. SIMPULAN DAN SARAN

7.1 Simpulan

1. Sebagian besar responden di Desa Haurngombong memiliki penilaian bahwa pemanfaatan limbah kotoran ternak menjadi biogas memiliki manfaat baik secara langsung maupun tidak langsung bagi peternak dan masyarakat di sekitar lokasi usahaternak. 2. Faktor-faktor yang signifikan mempengaruhi peternak dalam pemanfaatan biogas yaitu jenis kelamin, lama berusahaternak, dan tingkat pengetahuan peternak mengenai biogas. Hal tersebut terjadi dikarenakan mayoritas peternak yang memanfaatkan biogas di Desa Haurngombong merupakan peternak pria yang telah lama berusahaternak serta memiliki pengetahuan mengenai biogas yang diperoleh dari program sosialisasi pemanfaatan biogas yang dilakukan oleh pemerintah pusat dan desa, kelompok peternak, dan instansi pendidikan dalam program KKN mahasiswa. 3. Hasil analisis perbandingan diperoleh pendapatan usahaternak biogas lebih tinggi dibandingkan usahaternak non biogas dengan selisih pendapatan atas biaya total sebesar Rp 143.191bulan dan penghematan pengeluaran energi bagi rumah tangga pengguna biogas sebesar Rp 31.890bulan. Hal tersebut terjadi dikarenakan dengan adanya pemanfaatan biogas, maka peternak dan rumah tangga pengguna biogas memenuhi kebutuhan energi untuk memasak dari biogas tersebut dengan biaya yang lebih murah dan ramah lingkungan dibandingkan energi lainnya seperti: gas LPG, minyak tanah dan kayu bakar. Berdasarkan hasil tersebut maka pemanfaatan