Titik panas Hotspots Teknologi Penginderaan Jauh

18 pengaruhnya pada waktu mendatang. ASMC 2002 menyatakan bahwa remote sensing merupakan teknologi yang memberikan informasi mengenai permukaan bumi dan keadaan atmosfer dengan menggunakan sensor sebagai alat penerima gelombang radiasi elektromagnetik yang membawa informasi tentang objek yang sedang ditangkap.

1. Titik panas Hotspots

Titik panas hotspot adalah terminologi dari satu pixel yang memiliki suhu lebih tinggi dibandingkan dengan daerahlokasi sekitar yang tertangkap oleh sensor satelit data digital. Indikasi kebakaran hutan dan lahan dapat diketahui melalui titik panas yang terdeteksi di suatu lokasi tertentu pada saat tertentu dengan memanfaatkan satelit NOAA National Oceanic Atmospheric Administration yang memiliki teknologi AVHRR Advance Very High Resolution Radiometer . LAPAN 2004. Di Indonesia terdapat beberapa stasiun penerima data titik hotspot antara lain Palembang Sumatera MoF-EU, Bogor Jawa MoF-JICA, Samarinda Kalimantan MoF-GTZ, Jakarta Jawa LAPAN-Bappedal. Beberapa sumber penyedia data hotspot tersebut memiliki perbedaan dalam menentukan jumlah dan sebaran hotspot. Hal ini disebabkan perbedaan dalam menentukan ambang batas suhu antara stasiun pengamatan. Penelitian untuk melihat keakuratan data hotspot dengan kejadian kebakaran dilakukan oleh Thoha 2006 menyatakan bahwa akurasi berdasarkan jumlah desa yang terpantau hotspot dengan sumber data dari ASMC memiliki persentase tertinggi yaitu sebesar 60. Sedangkan untuk JICA dan LAPAN masing-masing adalah 47 dan 40. Untuk akurasi berdasarkan jarak terdekat, sumber data dari JICA memiliki akurasi tertinggi yaitu 1,75 km dibandingkan ASMC sebesar 4,46 km dan LAPAN sebesar 3,70 km. Hadi 2006 menyatakan bahwa data hotspot dari stasiun pengamat ASMC pada tahun 2004 lebih konstan dalam menentukan posisi hotspot di permukaan bumi dibandingkan dengan stasiun pengamatan JICA. Data hotspot ASMC secara dominan memiliki sebaran data jarak di bawah 10 km dan relatif lebih normal dibandingkan dengan JICA. 19 Terdapat beberapa kelemahan pada satelit NOAA yang berfungsi sebagai pemantau titik panas yaitu sensornya tidak dapat menembus awan, asap dan aerosol sehingga memungkinkan jumlah hotspot yang terdeteksi pada saat kebakaran besar jauh lebih rendah daripada yang seharusnya. Sifat sensor yang sensitif terhadap suhu permukaan bumi ditambah dengan resolusinya yang rendah menyebabkan kemungkinan terjadinya salah perkiraan hotspot, misalnya cerobong api dari tambang minyak atau gas seringkali terdeteksi sebagai suatu hotspot . Oleh karena itu diperlukan analisa lebih lanjut dengan melakukan overlay penggabungan antara data hotspot dengan peta penutupan lahan atau peta penggunaan lahan dengan menggunakan sistem informasi geografis serta dengan melakukan cek lapangan ground surveying Adinugroho et al. 2005. Dengan NOAA-AVVHRR tidaklah mungkin untuk mengukur secara tepat luas area yang terbakar ataupun memberikan data yang tepat mengenai kerusakan vegetasi. Koordinat hotspot mewakili titik tengah dari pixel kebakaran yang terdeteksi dan bukan koordinat letak kebakaran di permukaan bumi yang sesungguhnya. Kebakaran atau beberapa kebakaran dapat terletak dalam radius 500 meter dari koordinat titik tengah tersebut. Lebih jauh lagi, sangatlah sulit untuk menjamin registrasi yang baik dari citra NOAA-AVHRR secara berturut- turut. Kekeliruan registrasi tergantung pada keakuratan operator ketika menumpangsusunkan garis pantai dalam proses georeferensi Hoffman 2000.

2. Sistem satelit Landsat