Sistem Informasi Geografis SIG

20 Lillesand dan Kiefer 1990 menjelaskan bahwa pada Landsat TM terdapat sensor multispektral yang disebut Thematic Mapper. Nama ini berkaitan dengan tujuan terapan sistem data yang diarahkan pada teknik pengenalan pola spektral yang akan menghasilkan citra terkelas peta tematik. Sensor TM memiliki tujuh band yang dirancang untuk memaksimumkan kemampuan analisis vegetasi. Menurut Jaya 2002 pada daerah sinar tampak dan inframerah dekat serta sedang, energi yang direflektansikan dan direkam oleh sensor sangat bergantung pada sifat-sifat obyek yang bersangkutan seperti pigmentasi, kadar air, struktur sel daun atau percabangan dari vegetasi, kandungan mineral dan kadar air tanah serta tingkat sedimentasi pada air. Oleh karena itu kombinasi yang setidak-tidaknya terdiri dari satu band sinar tampak, satu band dari inframerah dekat dan satu band dari inframerah sedang dianggap sebagai kombinasi yang cukup ideal digunakan untuk mendeteksi berbagai penutupan lahan. Aplikasi citra satelit banyak digunakan di bidang kehutanan khususnya yang berhubungan dengan sifat-sifat vegetasi. Karakteristik pantulan dari vegetasi sangat dipengaruhi oleh sifat-sifat daun, termasuk orientasi dan struktur kanopi daun. Proporsi dari radiasi yang dipantulkan pada bagian spektrum yang berbeda tergantung pada pigmentasi daun, ketebalan daun dan komposisi struktur sel dan kandungan air pada jaringan daun Parkinson 1997, diacu dalam Arianti 2006

D. Sistem Informasi Geografis SIG

Sistem Informasi Geografis SIG adalah suatu kumpulan terorganisasi yang terdiri dari perangkat keras, perangkat lunak, data geografis dan personil yang didesain untuk memperoleh, menyimpan, memperbaiki, memanipulasi, menganalisis dan menampilkan semua bentuk informasi yang bereferensi geografis ESRI 1990. Lebih lanjut Arronof 1989 juga mengatakan SIG sebagai sebuah sistem komputerisasi yang memfasilitasi fase entri data, analisis data dan presentasi data yang terutama berkenaan dengan data yang memiliki georeferensi. Sejarah penggunaan komputer untuk pemetaan dan analisis spasial menunjukkan adanya perkembangan bersifat paralel dalam pengambilan data secara ototmatis, analisis data dan presentasi pada bagian bidang terkait seperti 21 pemetaan kadastral dan topografi, kartografi tematik, teknik sipil, geografi, studi matematika dan variasi spasial, ilmu tanah, survey dan fotogrametri, perencanaan pedesaan dan perkotaan, utility network, dan penginderaan jauh serta analisis citra Burrough 1986. Kolden dan Weisberg 2007 dalam penelitian mengenai perbandingan akurasi pemetaan kebakaran secara manual dengan pemetaan menggunakan SIG dan Remote Sensing terhadap 53 kejadian kebakaran menunjukkan bahwa terdapat kesalahan error secara signifikan terhadap pemetaan garis batas kebakaran dengan pengukuran lapangan dan metoda dengan helikopter. Penggunaan teknologi SIG mempermudah delineasi dan pemetaan daerah kebakaran secara lebih tepat. Penerapan SIG dalam model kerawanan hutan telah mempertimbangkan sejumlah faktor penyebab kebakaran, tergantung pada karakteristik dari kejadian kebakaran pada tempat yang berbeda. Menurut Chuvieco dan Salas 1999, variabel spasial yang digunakan untuk membangun kerawanan kebakaran hutan, yaitu topografi elevasi, slope, aspek dan iluminasi, vegetasi tipe bahan bakar, kadar kelembaban, pola cuaca suhu, kelembaban relatif, angin dan presipitasi, aksesibilitas terhadap jalan, tipe kepemilikan lahan, jarak dari kota, tanah dan bahan bawah tanah, sejarah kebakaran dan ketersediaan air. Penggunaan teknologi penginderaan jauh digunakan Chuvieco et al. 1999 dalam penelitian mengenai pengukuran kandungan kelembaban daun di wilayah Mediterania Eropa. Dalam studi ini menunjukkan bahwa citra NOAA- AVHRR mengandung informasi yang dapat digunakan untuk memonitor dan menyediakan peta kandungan kelembaban daun sebagai salah satu parameter penting bagi institusi pemadam kebakaran hutan. Jaya 2002 menyatakan bahwa analisis spasial yang juga disebut dengan pemodelan adalah suatu proses untuk mendapatkan atau mengekstraksi dan membentuk informasi baru dari data feature geografis. Analisis spasial mencakup proses pemodelan, pengujian model dan interpretasi hasil model. Analisis spasial sangat bermanfaat untuk prediksi suatu kejadian melalui proses simulasi data geografis. 22

E. Kebijakan Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan