9 pohon. Kebakaran ini dapat menjalar pada vegetasi yang lebih tinggi
hingga mencapai tajuk pohon. c.
Kebakaran bawah ground fire dengan ciri api membakar serasah, kemudian api membakar bahan organik pada lapisan bawahnya. Biasanya
terjadi pada hutan bertanah gambut dan yang mengandung batu bara. Kebakaran ini sangat sulit dideteksi. Bara menjalar perlahan beberapa kaki
di bawah permukaan tanah, tanpa ada nyala, hanya sedikit asap. Kebakaran ini akan diikuti oleh kebakaran permukaan jika kelembaban
bahan bakar permukaan memungkinkan.
4. Dampak kebakaran hutan
Kebakaran hutan dan lahan mempunyai dampak positif maupun negatif. Oleh sebab itu dalam upaya pengendalian kebakaran hutan dan lahan memerlukan
pemahaman mendalam mengenai
berbagai dampak yang ditimbulkan akibat kebakaran hutan. Secara umum dampak kebakaran hutan dan lahan di Indonesia
telah menimbulkan berbagai dampak yang dapat digolongkan menurut aspek ekologi, ekonomi, sosial, kesehatan dan politis.
a. Aspek Ekologis Chandler et al. 1983 mengemukakan bahwa dampak negatif
kebakaran hutan antara lain merusak sifat fisik dan kimia tanah, menaikan pH tanah serta menurunkan produktivitas tanah. Dampak terhadap ekologi hutan
yaitu mengubah secara drastis lingkungan hutan dan juga mempengaruhi kondisi pohon, jenis herba dan semak.
Menurut Raharjo 2003, dalam penelitiannya di Hutan Pendidikan Gunung Walat, menyatakan bahwa kebakaran menyebabkan terjadinya
peningkatan pH tanah sedangkan kandungan karbon organik C-organik cenderung menurun. Sebaliknya Kim et al. 1999 menunjukkan bahwa terjadi
peningkatan pH tanah, bahan organik, nitrogen, P-tersedia, dan basa-basa yang dapat dipertukarkan setelah dua minggu terjadinya kebakaran hutan.
Sedangkan Tata 2001 mengemukakan kebakaran menyebabkan penurunan keragaman jenis dan tubuh buah yang terbentuk oleh fungi Basidiomycetes.
10 Kebakaran hutan dapat mempengaruhi proses-proses hidrologi akibat
perubahan kondisi fisik tanah dan hilangnya vegetasi penutup lahan akibat kebakaran sehingga berdampak pada meningkatnya run-off
dan erosi. Rothacher dan Lopushusky 1954, diacu dalam Chandler et al. 1983,
menemukan bahwa satu tahun setelah kebakaran, sedimentasi yang terjadi pada daerah aliran sungai di Washington antara 41 sampai 127 m
3
. Kebakaran juga mempengaruhi jumlah air yang hilang di suatu
wilayah. Dengan menggunakan pendekatan aliran permukaan, Yunus 2006 mengemukakan bahwa hilangnya jumlah air per tahun di Taman Nasional
Bukit Baka Bukit Raya sebanyak 7.466 m
3
hatahun dan di Taman Wisata Alam Baning sebanyak 6.470 m
3
hatahun. Dampak kebakaran hutan terhadap satwa liar, seperti jenis mamalia
dan unggas, juga dikemukakan oleh Chapman dan Meyer 1947, Chandler et al
. 1983 dan Fuller 1991, yang mana dampak tersebut dapat bersifat langsung dan tidak langsung. Dampak langsung yaitu hilangnya spesies-
spesies hewan yang ada di dalam hutan dan dampak tidak langsung yaitu dalam bentuk modifikasi habitat dan biota.
Sebaliknya Brown dan Davis 1973 menyatakan bahwa kebakaran hutan dapat memberikan dampak positif antara lain : 1 merangsang
peremajaan alami, 2 memudahkan teknis penanaman hutan karena hilangnya serasah dan biaya menjadi lebih murah, 3 memberikan sumber
makanan bagi ternak, 4 memusnahkan hama dan penyakit dan 5 pembakaran kecil yang terorganisir dapat menghidari kebakaran besar.
b. Aspek Ekonomi Asap dari kebakaran hutan sangat mengganggu sebab dapat
mengurangi jarak pandang, mengganggu penerbangan, dan hilangnya keuntungan dari pariwisata. Bila ditinjau dari sudut pelepasan karbon maka
kebakaran hutan dan lahan menyebabkan peningkatan karbon ke udara dalam jumlah besar sehingga apabila dikonversi menjadi nilai ekonomi perdagangan
karbon, Indonesia kehilangan potensi pendapatan yang cukup besar. Pada kebakaran tahun 19971998, nilai ekonomi total dari kerusakan
ini, secara konservatif, diperkirakan sebesar US 4,47 milyar. Angka ini tidak
11 termasuk beberapa kerugian yang sulit diukur atau dinilai dalam bentuk uang,
seperti kematian, dampak jangka panjang kesehatan, dan berbagai bentuk hilangnya keanekaragaman hayati Schweithelm et al. 2002.
Menurut Yunus 2005 total kerugian flora fauna akibat kebakaran pada areal seluas 12.756 Ha yaitu antara Rp 804 juta sampai 2,01 milyar
harga 1997 dan mengalami peningkatan kerugian rata-rata 84 antara Rp 1,56 milyar sampai dengan Rp 3,99 milyar pada tahun 2003.
c. Aspek Kesehatan Produk utama pembakaran adalah produk kimia yang mudah menguap
tetapi tidak teroksidasi selama proses pembakaran, membentuk rantai secara parsial atau seluruh oksidasi sempurna dari berbagai bahan bakar organik dan
membentuk pyrosynthesis selama pembakaran Sahardjo 2003b. Beberapa dari produk ini adalah CO
2
, dan uap air, merupakan pengisi normal dari atmosfir, tetapi yang lainnya seringkali merupakan polutan udara antara lain
partikel-partikel, CO, SO
2
, NO
2
dan Ozon O
3
. Menurut Chandler et al. 1983, kebakaran hutan seluas satu hektar
dengan kandungan bahan bakar 50 tonha akan menghasilkan 92 ton CO
2
, 27 ton uap air yang mengandung asap, dan merusak 273 juta liter udara.
Sedangkan menurut Fuller 1991 efek asap kebakaran hutan terhadap hewan dan manusia berupa CO
2
, partikel debu, dan sebanyak 60 jenis bahan kimia berbeda.
Dampak asap yang ditimbulkan terhadap kesehatan antara lain terjadinya iritasi yang disebabkan oleh adanya partikel debu halus pada
hidung, tenggorokan, saluran udara, kulit dan mata. Menurut Ruitenbeek 2002, diacu dalam Glover Jessup 2002, dampak kebakaran hutan dan
lahan di Indonesia pada tahun 1997 menyebabkan total kerugian ekonomi jangka pendek pada sektor kesehatan mencapai US 924 juta.
d. Aspek Sosial Kebakaran hutan akan mengganggu aktivitas masyarakat sekitar hutan
yang menggantungkan hidupnya pada sumber daya hutan. Masyarakat akan kehilangan sumber kehidupan dan mata pencaharian akibat hilangnya sumber
daya hutan. Akibatnya lapangan pekerjaan tidak cukup tersedia bagi
12 masyarakat sekitar hutan karena turunnya aktivitas ekonomi. Pada akhirnya
timbul kemiskinan yang akan berakibat langsung pada kerusakan lingkungan dan konflik horisontal dalam memperebutkan mata pencaharian.
Hubungan sosial antar masyarakat juga terganggu akibat api yang digunakan untuk membersihkan lahan untuk perladangan menjalar ke lahan
tetangganya. Biasanya akan terjadi sengketa untuk menuntut ganti rugi atas kerugian yang diderita oleh pihak yang lahannya terbakar. Bahkan seringkali
sengketa tersebut berakibat pada konflik yang lebih besar lagi. Dampak kebakaran hutan akan mempengaruhi pula kemampuan
masyarakat pedesaan untuk mempertahankan rasa keadilan dan keseimbangan kehidupan serta aktivitas produktif. Kebakaran hutan juga sangat merugikan
masyarakat yang mempunyai ketergantungan yang tinggi pada sumber daya hutan untuk kehidupan sosial.
e. Aspek Politik Asap yang ditimbulkan dari kebakaran tersebut tidak mengenal batas
administratif. Asap tersebut justru terbawa angin ke negara tetangga sehingga sebagian negara tetangga ikut menghirup asap yang ditimbulkan dari
kebakaran. Kondisi ini mengakibatkan hubungan antar negara menjadi terganggu dengan munculnya protes keras dari Malaysia dan Singapura
kepada Indonesia yang menuntut agar kebakaran hutan dapat diatasi sehingga asap tidak semakin tebal. Protes dari negara-negara tetangga inilah yang
menyebabkan pemerintah Indonesia sibuk dan berupaya keras memadamkan kebakaran hutan dan lahan Pratondo 2007.
B. Faktor-Faktor Pendorong Terjadinya Kebakaran Hutan dan Lahan