Segitiga api Bentuk kebakaran hutan

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Kebakaran Hutan dan Lahan 1. Definisi kebakaran hutan dan lahan

Menurut Brown dan Davis 1973, kebakaran hutan adalah pembakaran yang tidak terkendali dan terjadi dengan tidak sengaja pada areal tertentu yang kemudian menyebar secara bebas serta mengkonsumsi bahan bakar yang tersedia di hutan seperti serasah, rumput, cabang kayu yang sudah mati, patahan kayu, tunggul, daun-daunan dan pohon-pohon yang masih hidup. Syaufina 2008 mendefinisikan kebakaran hutan sebagai kejadian di mana api melahap bahan bakar bervegetasi, yang terjadi di dalam kawasan hutan yang menjalar secara bebas dan tidak terkendali, sedangkan kebakaran lahan terjadi di kawasan non hutan. Kebakaran di Indonesia seringkali membakar areal hutan dan areal non hutan dalam waktu bersamaan akibat penjalaran api dari kawasan hutan ke kawasan non hutan, atau sebaliknya. Hasilnya, istilah kebakaran hutan dan lahan menjadi istilah yang melekat untuk kejadian kebakaran di Indonesia.

2. Segitiga api

Brown dan Davis 1973 melukiskan suatu konsep kebakaran hutan sebagai segitiga api yang dikenal sebagai The Fire Triangle. Sisi-sisi segitiga api tersebut adalah bahan bakar, oksigen dan sumber panas atau api Gambar 2. Jika salah satu atau lebih dari ketiga komponen pada sisi-sisi segitiga api tersebut tidak ada maka kebakaran tidak akan pernah terjadi. Ketiga komponen yang mempengaruhi kebakaran hutan sangat tidak mungkin untuk mengatur jumlah oksigen karena oksigen selalu tersedia di alam namun bahan bakar dan sumber api dapat dikontrol, sehingga upaya pencegahan dapat dilakukan. Segitiga api menggambarkan proses hubungan reaksi berantai dari pembakaran. Ketersediaan dari tiga komponen tersebut akan menyebabkan terjadinya kebakaran. Berdasarkan dari pamahaman ini maka usaha pencegahan dapat dilakukan dengan cara membatasi ketersediaan dari komponen segitiga api yaitu komponen bahan bakar dan sumber api. 8 Gambar 2 Segitiga api Adapun proses pembakaran yang terjadi pada kebakaran hutan merupakan kebalikan dari proses fotosintesis. Fotosintesis merupakan proses kimia yang terdiri dari karbondioksida, air dan energi panas matahari sehingga menghasilkan oksigen dan senyawa lainnya. Dalam proses pembakaran energi akan menghasilkan panas. Walaupun proses pembakaran merupakan kebalikan dari proses fotosintesis, Soedjito 1997 menyatakan bahwa kebakaran hutan menurunkan kapasitas fotosintesis tumbuhan hutan karena hilangnya daun sebagai wadah proses fotosintesis. Selanjutnya produksi sekunder ikut menurun paling tidak sampai terbentuknya pucuk daun.

3. Bentuk kebakaran hutan

Ada 3 tiga bentuk kebakaran hutan berdasarkan model penyebaran dan karakteristik dari masing-masing kebakaran Sahardjo 2003b, yaitu : a. Kebakaran tajuk crown fire dengan ciri api membakar tajuk dan pohon belukar. Api berawal dari serasah kebakaran permukaan yang kemudian merambat ke tajuk pohon. Pohon akan mati terbakar. b. Kebakaran permukaan surface fire merupakan kebakaran terjadi pada permukaan tanah dan hanya membakar serasah, semak-semak dan anakan BAHAN BAKAR PANAS O 2 API 9 pohon. Kebakaran ini dapat menjalar pada vegetasi yang lebih tinggi hingga mencapai tajuk pohon. c. Kebakaran bawah ground fire dengan ciri api membakar serasah, kemudian api membakar bahan organik pada lapisan bawahnya. Biasanya terjadi pada hutan bertanah gambut dan yang mengandung batu bara. Kebakaran ini sangat sulit dideteksi. Bara menjalar perlahan beberapa kaki di bawah permukaan tanah, tanpa ada nyala, hanya sedikit asap. Kebakaran ini akan diikuti oleh kebakaran permukaan jika kelembaban bahan bakar permukaan memungkinkan.

4. Dampak kebakaran hutan