13 individu maupun kelompok harus jelas disetiap tugas yang diberikan. Ketiga, guru
perlu sebagai perantara terhadap ide-ide. Menurut Muclas 2002: 7 pembelajaran tunggal tidak cocok untuk topik dalam pembelajaran tematik integratif.
Tahap yang ketiga adalah tahap evaluasi. Tahap evaluasi dapat berupa evaluasi proses pembelajaran dan evaluasi hasil pembelajaran. Sementara menurut
Prabowo 2000 dalam Trianto 2007: 17-18 evaluasi pembelajaran meliputi: evaluasi proses yang terdiri dari ketepatan hasil pengamatan ketepatan
penyusunan alat dan bahan serta ketepatan me nganalisis data, evaluasi hasil belajar, dan evaluasi psikomotorik.
2.1.2. Pendekatan Scientific
Pendekatan Scientific adalah pembelajaran yang mendorong dan memacu anak untuk melakukan keterampilan-ketermpilan ilmiah Kemendikbud 2013: 9.
Keterampilan ilmiah yang dimaksud ialah mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi dan mengkomunikasikan. Kelima keterampilan tersebut
merupakan keterampilan yang dikembangkan dalam Kurikulum 2013. Pada pembelajaran dengan pendekatan scientific anak harus melakukan keterampilan-
ketrampilan di atas.
2.1.2.1 Kriteria Pembelajaran dengan Pendekatan Scientific
Pembelajaran yang dirancang dengan pendekatan scientific memiliki ciri yang berbeda dengan pembelajaran lainnya. Kriteria yang dimaksud bercirikan
penonjolan dimensi pengamatan, penalaran, penemuan, pengabsahan, dan penjelasan tentang suatu kebenaran. Ada pun beberapa kriteria tersbut
diantaranya adalah pembelajaran berbasis pada fakta. Penjelasan yang diberikan guru, respon peserta didik serta interaksi guru dan murid bersifat logis.
14 Pembelajaran dapat mendorong siswa berfikir kritis, analitis, dan tepat.
Mendorong dan menginspirasi siswa berfikir hipotetik dalam melihat perbedaan, kesamaan dan hubungan materi yang dipelajari. Pembelajaran mendorong siswa
mampu memahami, menerapkan, dan mengembangkan pola pikir rasional dan objektif. Pembelajaran berbasis pada konsep, teori dan fakta empiris yang yang
dapat dipertanggungjawabkan. Kriteria yang terakhir tujuan pembelajaran, jelas, sederhana, dan menarik Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.
2.1.2.2 Pendekatan Scientific dalam Pembelajaran Tematik Integratif
Pembelajaran dengan pendekatan Scientific memiliki lima langkah
pembelajaran yang meliputi: mengamati, menanya, menalar, mengumpulkan informasi, mengasosiasikan,
dan mengkomunikasikan Penduan Teknis Pembelajaran Kemendigbud 2013: 9. Kelima langkah tersebut terlaksana pada
kegiatan inti yang mengintegrasikan beberpa muatan pembelajaran. Berikut ini langkah-langkah pembelajaran dengan pendekatan scientific menurut Kementrian
Pendidikan dan Kebudayaan 2013:
1. Mengamati
Kegiatan mengamati pada pembelajaran mengutamakan kebermaknaan meaningfull learning. Kegiatan mengamati memiliki keunggulan, seperti
menyajikan objek secaranyata, peserta didik senang dan tertantang, dan mudah pelasanaannya. Kegiatan ini akan sangat bermanfaat karena akan menumbuhkan
rasa ingin tahu pada peserta didik. Ada pun langkah-langkah pada kegiatan mengamati adalah sebagai berikut: 1 Menentukan objek yang akan diamati, 2
membuat pedoman pengamatan sesuai dengan objek, 2 Menentukan data yang akan diamati secara jelas, 3 Menentukan letak objek yang diamati, 4
15 Menentukan bagaimana pengumpulan data yang paling efektif dan efisian, dan
5 Menentukan cara pencatatan data pengamatan. Kegiaatan mengamati akan melibatkan siswa secara langsung. Pada
kegiatan pengamtan guru sebagai fasilitator harus bentuk keterlibatan peserta didik. Ada tiga bentuk keterlibatan dalam kegiatan mengamati yaitu pengamatan
biasa, pengamatan partisipasif, dan pengamatan terkendali. Pengamatan biasa peserta didik sama sekali tidak melibatkan diri dengan objek pengamatan.
Pengamatan terkendali memiliki kesamaan dengan pengamatan bisa hanya saja pengamatan ditempatkan pada ruang khusus yang dikendalikan. Pengamatan
terakhir adalah pengamatan parsitipasif dimana peserta didik terlibat langsung dengan objek yang diamati Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan 2013: 9.
Pada kegiatan pengamatan ada bebrapa prinsip yang perlu diperhatikan oleh guru dan siswa selama melakukan pengamatan. Pertama adalah cermat,
objektif, dan jujur serta fokus pada objek yang diamati untuk kepentingan pembelajaran. Kedua adalah membuat kesepakatan antara guru dan peserta didik
tentang cara dan prosedur pengamatan Kementiran Pendidikan dan Kebudayaan 2013: 9.
2. Menanya
Kegiatan menanya menuntut guru mampu menciptakan pertanyaan yang mendorong siswa untuk bertanya mengenai apa yang sudah diamati. Peserta didik
yang belum mampu mengajukan pertanyaan dibimbing oleh guru agar siswa mampu melakuknya secara mandiri. Pertanyaan-pertanyaan tersebut bersifat
faktual dan hipotetetik yang terkait dengan hasil pengamatan terhadap objek
16 tertentu. Kegiatan bertanya baik dilakukan secara terus menerus sehingga dapat
melatih siswa mengajukan pertanyaan yang mengakibatkan rasa ingin tahu. Bertanya adalah kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh tanggapan
verbal. Kegiatan bertanya memiliki fungsi yang beragam dalam pembelajaran. Beberpa fungsi bertanya adalah sebagai berikut: 1 membangkitkan rasa ingin
tahu, minat, dan perhatian peserta didik, 2 mendorong dan menginspirasi siwa untuk aktif belajar, 3 mendiagnosis kesulitan belajar peserta didik sekaligus
mencari solusinya, 4 membangkitkan keterampilan berbicara peserta didik, 5 mendorong partisipasi peserta didik, 6 membangun sikap keterbukaan untuk
saling memberi dan menerima pendapat, 7 membiasakan peserta didik berfikir spontan, cepat dan sigap dalam merespon persoalan, dan 8 melatih kesantunan
berbicara dan membangkitkan empati satu sama lain Kemetrian Pendidiakn dan Kebudayaan 2013: 10.
3. Mengumpulkan Informasi
Mengumpulkan Informasi adalah tindak lanjut setelah menanya. Setelah kegiatan menanya siswa diharapkan menggali dan mengumpulkan informasi dari
berbagai sumber. Pengumpulan informasi dapat dilakukan dengan mencari dari berbagai sumber belajar. Sumber informasi didapat dari membaca berbagai buku,
memperhatikan fenomena atau objek lebih teliti dan bahkan melakukan eksperimen sebagai bahan berfikir kritis Panduan Teknis Penyusunan RPP 2013:
14.
4. Mengasosiasikan
Mengasosiasikan dapat disamakan dengan kegiatan mengolah informasi. Informasi yang diperoleh peserta didik diolah untuk memperoleh hasil. Hasil yang
17 dimaksud dapat berupa keterkaitan antara informasi yang satu dengan informasi
yang lainnya. Dari keterkaitan informasi-informasi tersebut dapat ditemukan pola yang kemudian dijadikan acuan untuk membuat beberapa kesimpulan
Kementian Pendidikan dan Kebudayaan 2013: 10-11.
5. Mengkomunikasikan
Mengkomunikasikan adalah tidak lanjut dari kegiatan mengasosiasikan. Kegiatan mengasosiasikan dapat berupa menuliskan atau menceritakan. Kegiatan
lain yang bisa dilakukan adalah mempersentasikan hasil dari kegiatan yang telah dilakukan. Hasil yang diperoleh dikomentari guru atau siswa untuk kemudian
dinilai oleh guru sebagai hasil belajar peserta didik baik kelompok maupun individu Panduan Teknis Penyusunan RPP 2013: 15.
2.1.3 Penilaian Otentik 2.1.3.1 Hakikat Penilaian Otentik
Penilaian hasil belajar penting dilakukan oleh setiap guru dalam rangka mengukur pencapian para peserta didik dalam mengikuti proses belajar. Selain itu
penilaian juga dapat dijadikan acuan untuk melihat efektivitas guru dalam pembelajaran. Menurut Hajar 2013: 267 penilaian belajar dapat diartikan
sebagai sebuah usaha yang dilakukan pihak sekolah atau guru secara berkala dan berkelanjutan tentang proses dan hasil belajar peserta didik. Proses penilaian
mencakup sejumlah bukti yang menunjukkan pencapaian hasil belajar peseta didik. Proses tersebut mulai dari penentuan instrumen, penyusunan instrumen,
telaah instrumen, pelaksanaan penilaian, analisis hasil penilaian, dan program tindak lanjut penilaian Kunandar 2013: 61. Dalam pembelajaran tematik
penilain yang paling tepat adalah penilaian otentik. Penilaian otentik adalah
18 penilaian kompetensi dan hasil belajar peserta didik berdasarkan tingkat prestasi
peserta didik Muslich 2010: 2. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Kunandar 2013 tentang penilaian otentik bahwa penilaian menekankan pada apa yang
seharusnya dinilai baik prosesnya maupun hasilnya. Menurut Mueller dalam Ismet Basuki 2014: 168 penilaian otentik sebagai suatu bentuk penilaian yang
mengharuskan siswa untuk melaksanakan tugas-tugas dunia nyata yang menunjukkan aplikasi yang bermakna dari suatu pengetahuan atau keterampilan.
Penilaian otentik dilaksanakan secara terpadu dengan kegiatan
pembelajaran sehingga dapat disebut penilaian berbasis kelas atau PBK. Penilaian dapat berupa pengumpulan kerja peserta didik portofolio, hasil karya product,
penugasan project, kinerja performance, dan tes tertulis peper and pencil. Guru bertugas menilai kompetensi dan hasil belajar peserta didik yang didasarkan
pada pencapainnya Muslich, 2010: 2.
2.1.3.2 Karakteristik Penilaian Otentik
Penilaian otentik pada praktiknya memiliki karakteristik yang membedakan dengan penilaian lain. Penilaian otentik memiliki empat
karakteristik. Keempat karakteristik tersebut ialah bagian yang tak terpisahkan dari pembelajaran dikelas. merupakan cerminan dunia nyata, menggunakan
banyak ukuranmetodekriteria, dan bersifat komperhensif serta holistik Muslich 2010: 3.
Pertama, penilaian otentik merupakan bagian yang tak terpisahkan dari
pembelajaran di kelas. Ini berarti bahwa penilaian otentik dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung, baik dalam bentuk penugasan, portofolio, maupun
hasil tugas yang dilakukan peserta didik selama mengikuti pembelajaran. Kedua,
19 penilaian otentik merupakan cerminan dunia nyata bukan sebagai kerja sekolah
yang semata-mata memecahkan masalah. Ini berarti semua kegiatan belajar peserta didik dalam mencapai kompetensi tertentu harus diarahkan pada kegiatan
yang kontekstual atau tidak mengada-ada. Ketiga,
penilaian otentik menggunakan banyak ukuranmetodekriteria. Pengertian
tersebut berarti
guru diberi
keleluasaan memilih
metodeukurankriteria yang sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai. Kempat,
penilaian otentik bersifat komperhensif dan holistik. Holistik dan komperhensif nampak pada penilaian yang melibatkan berbagai ranah kompetensi
baik pengetahuan, keterampilan, dan sikap Muslich 2010: 3. Keempat karakteristik tesebut dapat dilihat pada gambar 1.
Gambar 1. Empat Karateristik Penilian Autentik
KARAKTERISTIK PENILAIAN AUTENTIK
Bagian tak terpisahkan
dari pembelajran
dikelas Besifat
komprehensif
dan holistik
Merupakan
cerminan dunia
nyata Mengguna-
kan banyak ukuran
metode kriteria
20
2.1.3.3 Macam-Macam Penilaian Otentik