Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan salah satu jalan perubahan sifat dan karakter dari setiap insan menjadi lebih baik. Perubahan sifat dan karakter tersebut diperoleh dari pengalaman belajar, baik di rumah maupun disekolah. Pendidikan di sekolah maupun pendidikan di rumah memiliki peranan yang penting bagi perkembangan peserta didik. Secara khusus sekolah bertugas membentuk pribadi setiap peserta didik. Berdasarkan Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 pendidikan nasional memiliki tujuan mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Tujuan tersebut juga sesuai dengan dua basis perubahan pendidikan yang dikemukakan oleh UNESCO tahun 1998. Pertama didasarkan pada empat pilar yaitu belajar mengetahui, belajar melakukan, belajar dalam hidup kebersamaan dan belajar menjadi diri sendiri. Kedua belajar seumur hidup, karena belajar tidak berhenti begitu saja tetapi terus menerus dilakuakan selama manusia hidup. Ada banyak hal yang dapat dilakukan untuk mencapai tujuan mulia dari pendidikan tersebut, dengan kurikulum yang tepat, pengajar profesional, fasilitas yang memadai, bahan ajar yang berkualitas, lingkungan belajar yang kondusif, teknik mengajar yang menyenangkan sehingga siswa dapat mempelajari berbagai pengetahuan dan karakter yang dibutuhkan dalam hidup. 2 Kenyataan yang terjadi, sistem pendidikan Indonesia pada tahun 2012 masuk dalam urutan terendah di dunia. Berdasarkan tabel liga global yang diterbitkan firma pendidikan person yang menempatkan sistem pendidikan Indonesia pada posisi paling bawah bersama Meksiko dan Brazil Kompas, 27 November 2012. Fakta lain menunjukkan bahwa pelajar, pemuda, dan mahasiswa terlibat dengan narkoba, pelecehan seksual, kekerasan, geng motor, dan perjudian Mulyasa, 2013: 14. Fakta-fakta tersebut memperlihatkan kemerosotan kualitas pendidikan di Indonesia. Kualitas pendidikan yang merosot tersebut dapat diperbaiki dengan penyelenggaraan proses pembelajaran yang baik dan sesuai dengan tujuan pendidikan nasional. Lebih konkritnya dengan kurikulum pembelajaran yang tepat di sekolah. Berdasarkan sejarah, kurikulum pendidikan di Indonesia mengalami beberapa kali perubahan, mulai dari Kurikulum 1947 sampai dengan kurikulum 2006. Hal tersebut menunjukan usaha peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia. Usaha peningkatan tersebut juga dilakukan oleh kementrian pendidikan dan kebudayaan saat ini, dengan melakukan uji coba implementasi Kurikulum 2013. Implementasi kurikulum 2013 diharpakan melahirkan insan yang produktif, inovatif dan kreatif. Hal tersebut dimungkinkan karena beberapa keunggulan kurikulum ini, pertama pendekatan yang digunakan bersifat alamiah kontekstual sehingga siswa menemukan pengetahuannya sendiri. Kedua, kurikulum ini berbasis pada karakter dan kompetensi sehingga mendasari pengembangan kemampuan lain. Ketiga, bidang studi tertentu sepeti Ilmu Pengetahuan Alam tepat menggunakan pendekatan ilmiah. 3 Bahan ajar merupakan salah satu komponen penting dalam kurikulum. Menurut Panin dan Purwanto 2001: 67 bahan ajar merupakan materi pelajaran yang disusun secara sistematis, yang digunakan oleh guru dan peserta didik dalam proses pembelajaran. Pada pelaksanaan kurikulum 2013 guru dan siswa melakukan proses pembelajaran berdasarkan buku panduan siswa dan buku sumber yang telah disiapkan pemerintah Mulyasa, 2013: 80. Meskipun begitu guru masih harus melakukan pengembangan dengan melihat sumber lain agar materi lebih mendalam hal tersebut sesuai dengan yang dikemukakan oleh guru kelas IV SDN Babarsari Yogyakarta. Hasil wawancara dengan guru kelas IV SDN Babarsari Yogyakarta yang telah ditunjuk Kementrian Pendidikan sebagai SD uji coba implementasi Kurikulum 2013 pada hari Jumat, 13 September 2013 menyatakan bahwa buku siswa yang telah diterima kurang mendalam, sehingga guru perlu mengembangkan dengan melihat buku sumber lain agar materi lebih lengkap dan mendalam.. Sebenarnya guru mampu dalam mengembangkan bahan ajar secara mandiri. Tetapi, karena keterbatasan waktu dengan berbagai kegiatan yang ada disekolah, akan lebih efektif jika ada bahan ajar yang telah siap diajarkan. Selain itu, rangkaian kegiatan yang disiapkan dalam buku siswa kurang terintegrasi. Metode-metode dikurikulum SD 2013 masih perlu pembiasaan bagi guru, meskipun bukan metode baru tapi karena jarang dilakukan perlu pembiasaan. Guru juga menyatakan memerlukan suplemen bahan ajar dengan materi yang mendalam dan penggabungan mata pelajaran yang terintegrasi dengan baik dalam setiap pembelajaran. 4 Berdasarkan beberapa hal di atas serta hasil wawancara dengan guru kelas IV SD pelaksana uji coba Kurikulum 2013, peneliti akan mengembangkan buku siswa mengacu Kurikulum 2013 dalam sebuah bahan ajar. Pengembangan bahan ajar ini terbatas pada Subtema Barang dan Jasa untuk siswa kelas IV Sekolah Dasar. Bahan ajar yang akan dikembangkan dalam satu bubtema terdiri dari 6 pertemuan selama satu minggu.

1.2 Rumusan Masalah