Pendidikan Karakter di Sekolah Dasar

24 membangun jati diri bangsa yang utuh. Hal tersebut dapat dicapai dengan pendidikan nasional yang bermutu.

2. Karakter

Secara epistimologis kata karakter dalam bahasa Inggris character berasal dari bahasa Yunani eharassein yang berarti “to engrave” yang dapat diterjemahkan menjadi mengkir, melukis, memahatkan, atau mengireskan Echols dan Shadily 1995 dalam Suyadi, 2013: 5. Berbeda dengan bahasa Inggris karakter dalam bahasa Indonesia diartikan sebagai tabiat, sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budiperketi yang membedakan orang yang satu dengan yang lain. Menurut Pusat Bahasa Depdiknas 2008: 682 karakter artinya orang yang berkepribadian, berprilaku, bersifat, bertabiat, atau berwatak tertentu dengan watak yang membedakan dirinya dengan orang lain. Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa karakter merupakan nilai-nilai universal prilaku manusia yang meliputi seluruh aktivitas kehidupan, baik yang berhubungan dengan Tuhan, diri sendiri, sesama manusia maupun lingkungan yang terwujud dalam pikiran, perasaan, perkataan dan perbuatan yang bedasarkan norma-norma.

2.1.4.2 Pendidikan Karakter di Sekolah Dasar

Pendidikan karakter dapat diartikan sebagai upaya sadar dan terencana dalam mengetahui kebenaran dan kebaikan, mencintainya dan melakukannya dalam kehidupan sehari-hari Suyadi, 2013: 6. Menurut Licona dalam Sayudi, 2013: 6 pendidikan karater memiliki tiga unsur pokok, yaitu mencinati kebaikan, mengetahui kebaikan ,dan melakukan kebaikan. Pendidikan karakter mengarah kepada kebaikan dan kebenaran, jika pendidikan karakter berlangsung baik maka 25 mengasilkan pribadi peserta didik yang baik dan menjalar kepribadi bangsa yang baik. Hal tersebut sejalan dengan tujuan pendidikan karakter. Menurut Adisusilo 2012 tujuan pendidikan karakter adalah terwujudnya kesatuan esensial si subjek dengan perilaku dan sikapnilai hidup yang dimilikinya. Jadi pendidikan karakter dapat dilakukan dengan pendidikan nilai. Menurut Elkind Sweet 2004 dalam Kemendiknas 2010: 121, “character education is the deliberate effort to help people understand, care about, and act upon core ethical values. When we think about the kind of character we want for our children, it is clear that we want them to be able to judge what is right, care deeply about what is right, and then do what they believe to be right, even in the face of pressure from without and temptation from within” . Menurut Dono Baswardono 2010: 13 nilai karakter ada dua macam yaitu nilai-nilai karakter asli dan niliai karater turunan. Sebagai contoh adalah nilai karakter kejujuran yang tidak akan berlaku sepanjang zaman. Sedangkan niliai turunan dari nilai karakter kejujuran sifatnya lebih fleksibel. Contoh nilai turunan dari nilai karakter kejujuran adalah pendidikan anti korupsi dan kantin kejujuran yang semuanya berdasar pada karakter jujur. Ada delapan belas karakter yang dirumuskan oleh Kementrian Pendidikan dan kebudayaan 2013 yang akan ditanamkan dalam diri peserta didik. Kedelapan belas karakter tersebut adalah karakter religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan,cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabatkomunikatif, gemar membca, peduli lingkungan, peduli sosial dan tanggung jawab. Karakter yang telah dirumuskan tersebut dilaksanakan dalam pembelajaran di sekolah. 26

2.2 Penelitian yang Relevan

Dalam penelitian ini terdapat tiga penelitian yang relevan yang pertama oleh Domingos de Araujo 2013 tentang Pengembangan Bahan Ajar Yang Terintegrasi Dengan Pendidikan Karakter Untuk Keterampilan Menulis Mata Pelajaran Bahasa Indonesia SD Kelas IV Semester Gasal . Tujuan dari penelitian ini adalah menghasilkan produk berupa bahan ajar keterampilan menulis yang diintegrasikan dengan pendidikan karakter. Bahan ajar yang disusun oleh peneliti tersebut bertujuan untuk memenuhi kebutuhan siswa kelas IV mengenai pendidikan karakter yang terintegrasi dengan keterampilan menulis bahasa Indonesia. Peneliti menggunakan satu instrumen untuk melakukan analisi kebutuhan yaitu dengan wawancara. Wawancara digunakan untuk mengetahuai kebutuhan siswa mengenai nilai-nilai karakter. Nilai-nilai karakter tersebut kemudian diintegrasikan dengan pembelajaran menulis bahasa Indonesia. Peneliti menggunakan hasil wawancara untuk menghasilkan produk yang disesuaikan dengan kurikulum tingkat satuan pendidikan KTSP dan pengembangan karakter dan budaya bangsa disekolah. Materi pembelajaran disesuaikan dengan SK standar kompetensi dan KD kompetensi dasar. Produk yang dihasilkan berisi tiga kali pertemuan dan dua karakter. Uji coba produk dilakukan terhadap 10 siswa dengan kompetensi dasar menulis petunjuk untuk melakukan sesuatu atau penjelasan tentang cara membuat sesuatu yang diintegrasikan dengan karakter religius dan demokratis. Uji coba produk degan revisi yang menghasilkan bahan ajar menulis petunjuk untuk melakukan