Hakikat Pendidikan Karakter Kajian Teori .1. Pendekatan Tematik Integratif

22 memberikan tugas pada peserta didik. Fase pertengahan peserta didik mulai bekrja mencari, berdiskusi berlatih dan sebaginya. Fase akhir peserta didik menampilkan hasil kerja mereka misalnya sebuah drama Muslich 2010: 75.

2.4.1 Pendidikan Karakter

2.1.4.1 Hakikat Pendidikan Karakter

Menurut Kamus Lengkap Bahasa Indonesia 1997: 259 karakter merupakan sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain, tabiat, watak. Salah satu pemikir hebat Indonesia dalam hal karakter adalah Ki Hahjar Dewantara. Beliau membahas secara tuntas hal-hal yang berkaitan dengan karakter. Menurut Hajar Pramuji 2012 dalam Sayudi 2013: 3 hasil pemikiran Ki Hajar Dewantara sudah melahirkan 9 gelar doktor, delapan diantaranya dari Malaysia dan satu dari Indonesia. Lebih dari itu Kemndiknas justru berkiblat pada Thomas Lickona dengan alasan ia adalah tokoh pertama yang mengenalkan pendididkan karater zuchdi 2011 dalam Suyadi 2013: 3. Ada pertanyaan yang kemudian muncul berkaitan dengan pendidikan karakter. Yang pertama adalah apakah orang yang berkarakter buruk dapat diubah melalui pendidikan? Pertanyaan kedua adalah apakah orang yang dilahirkan berkarakter buruk akan tetap buruk meskipun diproses dalam pendidikan? Dan yang ketiga adalah apakah pendidikan tidak terpengaruh dalam pembentukan karakter seseorang? Ketiga pertanyaan di atas dapat diselesaikan dengan tiga jawaban filosofis dengan corak yang berbeda. Pertama, menurut John Locke dengan teori Tabula 23 Rasa meyatakan anak seperti kertas yang dilukis denga karakter baik dan buruk. Kedua, menurut Lambroso dan Scopenhauer degan teori Nativisme yang menyatakan bahwa setiap karakter seseorang tidak dapat diubah karena bersifat genetis. Ketiga, menurut Wiliam Stren dengan teori Konvergensi yang menyatakan bahwa karakter seseorang dipengaruhi bawaan atau genetika dan lingkungan atau pendidikan Suyadi 2013: 4. Terlepas dari pernyataan di atas, pendidikan Indonesia mengusung semagat baru dengan obtimisme untuk membangun bangsa yang bermartabat. Dengan begitu membangun karakter harus mengambil posisi yang jelas, bahwa karakter seseorang dibangun melalui pendidikan. Pendidikan seperti apa yang dapat membangun karakter, jawabannya adalah pendidikan karakter.

1. Pendidikan

Menurut UU nomor 20 tahun 2013 pendidikan adalah upaya sadar dan terencana dalam proses bimbingan dan pengajaran untuk individu agar tumbuh dan berkembang menjadi manusia mandiri, kreatif, bertnggungjawab, berilmu, sehat, dan berakhlak mulia. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia pendidikan merupakan proses perubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Menurut Niccolo Machiavlli pendidikan dapat melengkapi ketidak sempurnaan dalam kodrat alamiah kita Koesoema 2007: 52 Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat UU No. 20 tahun 2003 pasal 3. Bedasarkan landasan yuridis tersebut pendidikan nasional memiliki misi membangun manusia yang sempurna dengan 24 membangun jati diri bangsa yang utuh. Hal tersebut dapat dicapai dengan pendidikan nasional yang bermutu.

2. Karakter

Secara epistimologis kata karakter dalam bahasa Inggris character berasal dari bahasa Yunani eharassein yang berarti “to engrave” yang dapat diterjemahkan menjadi mengkir, melukis, memahatkan, atau mengireskan Echols dan Shadily 1995 dalam Suyadi, 2013: 5. Berbeda dengan bahasa Inggris karakter dalam bahasa Indonesia diartikan sebagai tabiat, sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budiperketi yang membedakan orang yang satu dengan yang lain. Menurut Pusat Bahasa Depdiknas 2008: 682 karakter artinya orang yang berkepribadian, berprilaku, bersifat, bertabiat, atau berwatak tertentu dengan watak yang membedakan dirinya dengan orang lain. Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa karakter merupakan nilai-nilai universal prilaku manusia yang meliputi seluruh aktivitas kehidupan, baik yang berhubungan dengan Tuhan, diri sendiri, sesama manusia maupun lingkungan yang terwujud dalam pikiran, perasaan, perkataan dan perbuatan yang bedasarkan norma-norma.

2.1.4.2 Pendidikan Karakter di Sekolah Dasar