Remaja dan Relasi Berpacaran
32
5 Orang tua Masih banyak orang tua yang menganggap seks adalah nafsu
dan bertentangan dengan moralitas yang ada. Hal ini mengakibatkan kurangnya komunikasi orang tua dengan anak terkait masalah seks.
Bahkan, orang tua yang tidak tahu cenderung menabukan pembicaraan tentang seks dan membuat jarak dengan anak.
Akibatnya, pengetahuan remaja tentang seksualitas sangat kurang. Padahal peran orang tua sangatlah penting, terutama dalam hal
pemberian pengetahuan tentang seksualitas. 6 Pergaulan semakin bebas
Gejala ini banyak terjadi di kota-kota besar karena kebebasan dalam pergaulan antar jenis dapat dengan mudah terjadi
dan disaksikan di kota-kota besar. Rex Forehand 1997 mengatakan bahwa semakin tinggi tingkat pemantauan orang tua terhadap anak
remajanya, semakin rendah kemungkinan perilaku menyimpang yang menimpa remaja. Selain itu, komunikasi dan tingkat
kepercayaan yang baik antara anak dengan orang tua membuat anak lebih mampu bercerita dengan orang tua dan orang tua dapat
memantau pergaulan anaknya. Dawson, Shih, Moor, dan Shrier 2008, melihat faktor yang
menyebabkan remaja terlibat dalam perilaku seksual dari segi tujuan remaja itu sendiri. Tujuan remaja terlibat dalam perilaku seksual dapat
dilihat dari beberapa aspek, yaitu aspek fisik, psikis, dan interpersonal.
33
Selain menjadi mekanisme melanjutkan keturuanan, mendapatkan kepuasan secara fisik merupakan tujuan dari perilaku seksual. Dalam
hubungan seksual, kepuasan fisik dirasakan baik oleh perempuan maupun laki-laki. Akan tetapi, berdasarkan penelitian sebelumnya laki-
laki lebih banyak disebutkan sebagai pihak yang menjadikan kepuasan fisik sebagai tujuan utama untuk berhubungan seksual dibandingkan
perempuan Brigman Knox, 1992; Browning et al., 2000; Meston Buss, 2007; Randolph Winstead, 1988.
Tujuan lain terkait dengan kondisi psikologis. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa bahwa seseorang, terutama remaja,
yang menunjukkan gejala psikologis cenderung menggunakan hubungan seksual sebagai media untuk regulasi emosi mereka Cooper dkk., 1998;
Cooper dkk., 2000; Wills Hirky, 1996; Wills dkk., 1999. Gejala psikologis yang dimaksud terkait dengan melakukan hubungan seksual
karena perasaan cinta pada pasangan, perasaan romantisme yang dominan Rosenthal, dkk, 2001, dan harga diri yang rendah. Seseorang
dengan harga diri yang rendah cenderung melakukan hubungan seksual sebagai media coping untuk mengatasi perasaan negatif seperti cemas
dan depresi yang muncul dalam diri mereka. Dawson, Shih, Moor, dan Shrier, 2008.
Perilaku seksual juga memiliki keterkaitan dengan hubungan interpersonal. Terlepas dari kepuasan fisik yang didapatkan, seks bukan
hanya perkembangan dan fungsi primer dari tubuh saja, tetapi juga