33
Selain menjadi mekanisme melanjutkan keturuanan, mendapatkan kepuasan secara fisik merupakan tujuan dari perilaku seksual. Dalam
hubungan seksual, kepuasan fisik dirasakan baik oleh perempuan maupun laki-laki. Akan tetapi, berdasarkan penelitian sebelumnya laki-
laki lebih banyak disebutkan sebagai pihak yang menjadikan kepuasan fisik sebagai tujuan utama untuk berhubungan seksual dibandingkan
perempuan Brigman Knox, 1992; Browning et al., 2000; Meston Buss, 2007; Randolph Winstead, 1988.
Tujuan lain terkait dengan kondisi psikologis. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa bahwa seseorang, terutama remaja,
yang menunjukkan gejala psikologis cenderung menggunakan hubungan seksual sebagai media untuk regulasi emosi mereka Cooper dkk., 1998;
Cooper dkk., 2000; Wills Hirky, 1996; Wills dkk., 1999. Gejala psikologis yang dimaksud terkait dengan melakukan hubungan seksual
karena perasaan cinta pada pasangan, perasaan romantisme yang dominan Rosenthal, dkk, 2001, dan harga diri yang rendah. Seseorang
dengan harga diri yang rendah cenderung melakukan hubungan seksual sebagai media coping untuk mengatasi perasaan negatif seperti cemas
dan depresi yang muncul dalam diri mereka. Dawson, Shih, Moor, dan Shrier, 2008.
Perilaku seksual juga memiliki keterkaitan dengan hubungan interpersonal. Terlepas dari kepuasan fisik yang didapatkan, seks bukan
hanya perkembangan dan fungsi primer dari tubuh saja, tetapi juga
34
termasuk gaya dan cara berperilaku kaum laki-laki dan perempuan dalam hubungan interpersonal atau sosial. Weinstein dan Rosen 1991 dalam
Dawson, Shih, Moor, dan Shrier, 2008 berpendapat bahwa kebutuhan untuk membangun hubungan interpersonal yang intim merupakan bagian
dari perkembangan kehidupan manusia. Kebutuhan tersebut tidak hanya berhenti pada membangun persahabatan dengan orang lain, tetapi
berkembang menjadi perasaan cinta kepada pasangan untuk membangun relasi romantis. Perilaku seksual sering kali menjadi media untuk
meningkatkan intimasi dengan pasangan, memuaskan pasangan, atau mendapatkan afeksi dari pasangan Copper dkk, 1998.
Dengan melihat berbagai faktor yang menyebabkan perilaku seksual pada remaja, dapat disimpulkan bahwa ada dua faktor besar yang
mempengaruhi remaja untuk terlibat perilaku seksual, yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal terkait dengan pengetahuan remaja,
meningkatnya libido seksual saat masa remaja, perasaan cemas atau depresi, perasaan ingin dicintai, dan kepuasan. Faktor ekternal terkait
dengan media informasi, orang tua, pergaulan bebas, dan relasi romantis dengan pasangan.
C. KELAKATAN TERHADAP IBU
1. Definisi Kelekatan
Kelekatan adalah ikatan emosional yang terbentuk antara dua orang yang selalu memiliki kedekatan dan menawarkan keamanan fisik serta
35
psikologis Santrock, 2002. Kelekatan dibentuk sejak bayi dan menjadi dasar dalam membentuk relasi dengan orang lain Santrock, 2002. Selain
itu, menurut Bowlby 1969,1979 kelekatan adalah suatu ikatan emosional yang terbentuk antara bayi dan pengasuhnya dan hubungan ini akan
bertahan cukup lama dalam rentang kehidupan manusia. Kelekatan sendiri lebih umum terjadi pada ibu, karena ibu dianggap sebagai figur yang dapat
memberikan kepuasan oral atau kebutuhan akan ASI pada bayi Freud
dalam Santrock, 2002; Ainsworth dalam King, 2010.
Pola kelekatan secara luas dicirikan sebagai aman dan tidak aman Ainsworth, Blehar, Waters, Wall, 1978, dalam Peluso, Peluso, White,
Kern, 2004. Pola aman terlihat ketika bayi mencari dan menerima perlindungan, jaminan, dan kenyamanan dari pengasuh. Pola kelekatan
yang aman menjadi dasar akan rasa aman untuk mengeksplorasi lingkungannya. Sedangkan pola tidak aman berkembang ketika kelekatan
dipenuhi oleh penolakan, inkonsistensi, atau bahkan ancaman dari sosok pengasuh, seperti meninggalkan bayi sehingga menimbulkan kecemasan
pada bayi.
2. Mekanisme Terjadinya Kelekatan dengan Ibu
Kelekatan dengan ibu di tahun pertama menyediakan dasar yang sangat penting bagi perkembangan seseorang di kemudian hari. Bowlby
1969 berteori bahwa bayi dan ibunya secara naluriah menjalin kelekatan. Bowlby dalam Eliasa 2001 juga percaya bahwa perilaku awal sudah
diprogam secara biologis. Bayi yang baru lahir secara alami dibekali untuk
36
merangsang ibu untuk memberikan tanggapan melalui tangisan, memegang erat, tersenyum, atau menggumam. Bahkan, bayi akan
merangkak atau berjalan mendekat dengan tujuan agar bayi selalu berada di dekat ibunya. Bowlby, 1969 dalam King, 2010. Ibu yang tanggap,
akan segera memberikan perlindungan atau kebutuhan bagi bayinya. Sebaliknya bayi juga dipersiapkan untuk merespon tanda, suara
dan perhatian yang diberikan ibu. Hasil dari respon biologis yang terprogram ini adalah anak dan ibu akan mengembangkan hubungan
kelekatan yang saling menguntungkan mutuality attachment dan memunculkan tingkah laku lekat diantara keduanya. Tingkah laku lekat
merupakan bentuk perilaku yang dihasilkan dari usaha seseorang untuk mempertahankan kedekatan dengan seseorang yang dianggap mampu
memberikan perlindungan dari ancaman lingkungan terutama saat seseorang merasa takut, sakit, atau terancam Eliasa, 2001.
Proses ini akan meningkatkan hubungan ibu dan anak dan anak akan menyimpan pengetahuannya mengenai suatu hubungan khususnya
pengetahuan mengenai keamanan dan bahaya dalam mekanisme yang disebut internal working model. Internal working model selanjutnya akan
menggiring dan menentukan perilaku dan perasaan anak dalam berinteraksi di masa depan di luar pengalaman sadar. Anak yang memiliki
ibu yang mencintai, dapat memenuhi kebutuhannya, dan memberikan perlindungan akan mengembangkan model hubungan yang positif yang
didasarkan pada rasa percaya trust. Tetapi, anak yang memiliki ibu tidak
37
tanggap akan mengembangkan model hubungan yang negatif dan penuh kecurigaan mistrust sehingga membuat anak menjadi pencemas serta
kurang mampu menjalin hubungan sosial.
3. Aspek Kelekatan
Aspek kelekatan anak terhadap ibu terbagi menjadi tiga yaitu kepercayaan, komunikasi, dan keterasingan Greenberg, 2009.
a Kepercayaan
Suatu rasa percaya memerlukan kenyamanan fisik dan sejumlah kecil rasa khawatir dan pemahaman akan masa depan Santrock, 2002.
Kepercayaan yang terbentuk pada bayi akan membuatnya melihat dunia sebagai suatu tempat tinggal yang aman, baik dan
menyenangkan Erickson, 1968 dalam Santrock 2007.
b Komunikasi
Komunikasi merupakan interaksi antara anak dengan pengasuh yang melibatkan sentuhan kasih sayang dan perhatian serta mendengarkan
cerita anak secara penuh Zolten Long, 2006, dalam Putri 2014.
c Keterasingan
Perasaan keterasingan adalah suatu perasaan yang dapat muncul karena adanya penolakan dan pengabaian dari orang tua. Selain itu,
perceraian yang terjadi pada orang tua juga menjadi salah satu penyababnya. Hal tersebut yang menimbulkan jarak secara emosional
antara anak dengan ibu Garber, 2004.
38
4. Dampak
Kelekatan yang terbentuk terhadap ibu memiliki dampak dalam kehidupan anak, antara lain :
a. Rasa percaya yang timbul karena kelekatan aman yang terbentuk
antara anak dengan ibu dapat menyebabkan anak mampu mengeksplorasi lingkungan secara optimal, akibatnya perkembangan
perilaku, emosi, sosial, kognitif dan kepribadian anak juga akan menjadi optimal Stams dkk,2002.
b. Secara akademis, seorang anak yang mempunyai kelekatan aman
memperoleh nilai yang lebih baik dan terlibat aktif dalam kegiatan di sekolahnya Eliasa 2001.
c. Komunikasi antara anak dengan ibu yang dibangun dengan penuh
kehangatan membuat anak lebih mudah untuk menceritakan segala hal sehingga dapat membantu anak dalam menentukan perilakunya saat ini
atau di masa yang akan datang Aspy dkk, 2007. d.
Alienasi atau keterasingan yang dilakukan oleh orang tua berperan penting dalam terbentuknya kelekatan anak Lowenstein, 2010 dalam
Damanik 2014. Rasa keterasingan menyebabkan anak rentan terhadap penyalahgunaan narkoba, penggunaan alkohol Sutherland, 2011,
harga diri yang rendah, depresi, kehilangan kepercayaan, tidak mengenali diri, dan bahkan sulit untuk mempertahankan suatu
hubungan Baker, 2005 dalam Putri 2014.