23
dalam satu hubungan. Konflik internal juga bisa saja terjadi pada remaja yang memiliki orientasi seksual homoseksual.
4 Perubahan fisik. Pada usia ini, fisik laki-laki terus tumbuh sedangkan fisik perempuan
pertumbuhannya mulai melambat. Perempuan hanya tumbuh 2,5 sampai 5 sentimeter setelah periode menstruasi yang pertama.
5 Etika dan norma diri. Remaja juga mengembangkan kemampuan untuk memilih role model
yang sesuai dengan idealisme dirinya, mulai tertarik dengan moralitas, dan kemampuan untuk menentukan tujuan hidupnya semakin
meningkat. c.
Remaja akhir 17-21 tahun 1 Pergerakan menuju kemandirian.
Remaja yang mencapai masa ini memiliki identitas diri yang lebih kokoh dan mampu untuk membuat keputusan yang mandiri. Remaja
juga lebih tertarik untuk menjadi stabil. Dari segi emosional, kestabilan tersebut ditandai dengan kemampuan menunda kegembiraan atau
kepuasan pribadi delayed gratification. Selain itu, remaja pada fase ini memliki kemampuan untuk mengembangkan ide-ide. Kemampuan
tersebut ditunjang
dengan munculnya
kemampuan untuk
mengekspresikan ide tidak hanya melalui tindakan tetapi juga melalui kata-kata. Bahkan, tidak hanya berhenti pada kemampuan untuk
bertindak saja tetapi remaja pada masa ini sudah memunculkan rasa
24
bangga terhadap hasil kerjanya. Kemudian, kepercayaan diri pada masa remaja ini semakin terbangun. Kemampuan untuk berkompromi dengan
orang lain juga muncul sehingga remaja juga lebih memiliki perhatian terhadap orang lain.
2 Ketertarikan masa depanperkembangan kognitif. Pada masa ini, pola kerja semakin terbentuk. Selain itu, remaja juga
lebih memperhatikan masa depannya dan lebih memikirkan tentang peranan diri dalam hidupnya.
3 Seksualitas. Seksualitas remaja pada masa ini dalam hal berelasi dengan orang lain
semakin matang karena lebih memperhatikan hubungan yang serius. Identitas seksualnya juga sudah jelas. Kemudian, remaja pada masa ini
juga lebih memiliki kapasitas untuk mencintai dengan tulus, kehangantan, dan gairah.
4 Perubahan fisik. Sebagian besar wanita yang memasuki fase ini, organ tubuhnya telah
berkembang secara penuh dan mencapai kematangan. Namun, pada laki-laki, tubuh tetap bertambah tinggi, besar, dan masa otot juga
semakin bertambah. 5 Etika dan norma diri.
Remaja mampu menggunakan wawasan yang luas insight, lebih fokus pada gengsi dan harga diri. Selain itu, remaja pada masa ini sudah
mampu untuk mengatur dirinya, menyusun tujuan-tujuan hidup, dan
25
mengambil tindakan untuk mencapai tujuan tersebut. Secara sosial, remaja sudah mampu menerima tradisi atau budaya yang ada di
sekitarnya.
3. Tugas Perkembangan Pada Masa Remaja
Menurut Havighurst dalam Hurlock, 1978 tugas perkembangan pada masa remaja ada sebagai berikut :
a. Mencapai relasi yang baru dan lebih dewasa dengan teman sebaya
baik dengan laki-laki maupun perempuan. b.
Mencapai peran sosial baik maskulin atau feminin. c.
Menerima keberadaan tubuhnya dan menggunakan tubuh secara efektif.
d. Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang dewasa
lainnya. e.
Mencapai kepastian ekonomi yang mandiri. f.
Memilih dan mempersiapkan lapangan pekerjaan. g.
Mempersiapkan diri dalam kehidupan pernikahan dan berkeluarga. h.
Mengembangkan kemampuan intelektual dan konsep yang dibutuhkan untuk kehidupan sosial.
i. Memiliki perilaku yang bertanggung jawab secara sosial.
j. Memperoleh nilai-nilai dan etika dalam hidup sebagai panduan untuk
berperilaku.
26
4. Remaja dan Perilaku Seksual
Santrock 2002 secara umum menyimpulkan bahwa pada masa remaja ini, sebagian perkembangan anak-anak masih dicapai seperti
pertumbuhan tinggi badan dan sebagian kematangan masa dewasa sudah dicapai seperti kematangan organ reproduksi. Kematangan organ
reproduksi ditandai dengan pubertas. Pubertas adalah suatu periode dimana kematangan kerangka dan seksual terjadi secara pesat terutama
pada awal masa remaja Santrock, 2002. Pubertas dapat dilihat dari munculnya tanda-tanda seksual
sekunder maupun primer. Tanda-tanda seksual tersebut dipengaruhi oleh hormon-hormon seksual yang mulai aktif dan bahkan meningkat sangat
drastis konsentrasinya pada masa remaja. Perubahan suara dan perubahan bentuk tubuh merupakan tanda seksual sekunder. Sedangkan tanda
seksual primer adalah haid pertama menarche pada perempuan dan mimpi basah pada laki-laki. Kedua tanda tersebut muncul pada remaja
yang mulai memasuki masa pubertas yang menjadi awal munculnya ketertarikan seksual pada remaja
Hormon-hormon dalam tubuh yang berkembang tidak hanya menyertakan sejumlah perubahan fisik saja, tetapi juga perubahan
psikologis pada remaja. Perubahan fisik remaja menjadi lebih besar dianggap oleh masyarakat sebagai tanda bahwa remaja akan menjadi
dewasa Windy, 2009; Becnel 2013. Tuntutan-tuntutan secara sosial
27
mulai muncul membuat remaja mengalami krisis identitas ketika remaja tidak mampu menghadapinya Erikson, 1968 dalam King 2010.
Krisis identitas adalah tahap dimana remaja dihadapkan dengan banyak peranan baru dan status dewasa baik dari segi pekerjaan maupun
percintaan, namun remaja sulit untuk membuat keputusan terhadap permasalahan-permasalahan tersebut untuk menentukan identitas dirinya
King, 2010. Dalam rangka menyelesaikan krisis identitas ini, remaja memunculkan banyak minat dan mencari berbagai alternatif. Salah satu
minat yang muncul adalah minat terhadap seks dan perilaku seksual Windy, 2009. Sehingga, minat remaja terhadap seks tidak hanya terjadi
karena perubahan hormon saja, tetapi juga sebagai bagian dari perkembangan sosio-emosional remaja.
Meningkatnya minat terhadap seks membuat remaja berusaha untuk mencari informasi lebih banyak mengenai seks. Namun, karena
lingkungan sekolah atau perguruan tinggi yang tidak memungkinkan bagi remaja untuk mencari informasi, remaja cenderung akan membahas
masalah seks dengan temannya atau mencari melalui buku dan bahkan melakukan percobaan dengan jalan masturbasi, bercumbu, atau
bersenggama Hulrock, 1980, h.226 dalam Windy 2009. Maka dari itu, perilaku seksual menjadi suatu hal yang wajar terjadi dalam masa
perkembangan remaja Miron Miron, 2006.
28
5. Remaja dan Relasi Berpacaran
Salah satu tanda seseorang memasuki masa remaja adalah dengan terbentuknya relasi romantis dengan orang lain atau relasi berpacaran
Collins, Welsh, Furman, 2009. Dorongan untuk membentuk relasi romantis atau berpacaran dengan orang lain memang secara alami sudah
ada dalam diri remaja karena hal tersebut merupakan salah satu tugas perkembangan dalam masa remaja Hulrock, 1978; Sullivan dalam
Steinberg 2002. Hubungan pacaran bukan hanya sekedar menghabiskan waktu bersama atau melakukan kegiatan bersama, melainkan ada unsur
rasa senang dan bergelora yang timbul ketika bertemu dengan pasangan Gunarsa Gunarsa, 2012. Ketika dua orang remaja menghasbiskan
waktu bersama dan melakukan suatu kegiatan hanya berdua, belum tentu mereka menjalin relasi berpacaran. Istilah relasi berpacaran merujuk pada
hubungan timbal balik yang berjalan dengan sukarela dan ditandai dengan adanya ekspresi afeksi yang mendalam. Dikatakan demikian karena jika
dibandingkan dengan relasi pertemanan, hubungan pacaran lebih memiliki intensitas dan keintiman khusus Collins, Welsh, Furman,
2009. Hubungan pacaran mendasari banyak tujuan pada masa remaja.
Pada masa remaja awal, memiliki pacar identik dengan perasaan ingin dilihat oleh orang lain atau ingin terkenal diantara teman sebayanya.
Namun, berbeda halnya pada remaja akhir yang lebih mengedepankan unsur emosional. Berpacaran merupakan sebuah langkah untuk
29
membangun kemandirian emosional dari orang tua, mengembangkan kelekatan dengan individu selain orang tua, mengembangkan identitas
gender lebih lanjut, dan mempelajari orang lain sebagai pasangan Steinberg, 2002. Selain itu, berpacaran juga merupakan usaha untuk
mengenal lebih dalam demi menambah pengetahuan tentang pribadi pasangan sebelum keduanya terikat dalam tali perkawinan Viasti, 2014.
Menurut Loevinger dalam Viasti, 2014, hubungan pacaran diawali dengan munculnya rasa tertarik dalam diri individu pada orang
lain yang ingin dijadikan pasangan. Rasa tertarik tersebut kemudian berkembang dan memunculkan keinginan untuk melakukan tindakan
pendekatan sebagai upaya pengenalan lebih jauh yang berupa berkencan. Selama berkencan, remaja akan melakukan berbagai kegiatan bersama
sebagai bentuk dari proses pendekatan, termasuk terlibat dalam perilaku seksual.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa remaja yang berpacaran adalah remaja yang sedang menjalin relasi timbal balik yang
sifatnya intim dan intens dengan orang lain yang ditandai dengan adanya proses untuk saling mengenal dan memahami lebih dalam melalui
interaksi atau kegiatan yang dijalani bersama dan juga ditandai dengan perasaan senang atau bahagia yang mendalam ketika bersama.
6. Faktor yang Menyebabkan Perilaku Seksual Pada Remaja
Faktor yang menyebabkan perilaku seksual pada remaja menurut Sarwono 2011, hal 188-205 :