Remaja dan Perilaku Seksual
30
1 Pengetahuan Pada umumnya, seseorang yang memasuki usia remaja
pengetahuan tentang kesehatan reproduksi tergolong masih kurang. Padahal, kematangan seksual remaja sudah hampir berkembang
secara lengkap. Selain itu, kurangnya pengarahan dari orang tua yang mentabukan dan mengambil jarak mengenai seks atau
kesehatan reproduksi khususnya tentang akibat-akibat perilaku seks pranikah, membuat mereka sulit mengendalikan rangsangan-
rangsangan yang muncul dari dirinya karena fantasi yang mereka buat atau pengaruh lingkungan. Ditambah lagi, banyak kesempatan
untuk melihat pornografi melalui media massa yang membuat mereka melakukan perilaku seksual secara bebas tanpa mengetahui
risiko-risiko yang dapat terjadi seperti kehamilan yang tidak diinginkan dan penyebaran penyakit menular seksual.
2 Meningkatnya libido seksual Seorang remaja akan menghadapi tugas-tugas perkembangan
yang berkaitan dengan fisik dan peran sosial pada dirinya. Tugas- tugas perkembangan tersebut antara lain, menerima kondisi fisik,
memanfaatkan teman sebaya dengan berbagai jenis kelamin, menerima peran seksual masing-masing, dan mempersiapkan
perkawinan Jensen, 1985:44-45. Di dalam upaya mengisi peran sosial tersebut, seorang remaja mendapatkan motivasi dari
meningkatnya energi seksual atau libido. Menurut Freud, energi
31
seksual ini berkaitan erat dengan kematangan fisik. Kematangan fisik yang dicapai remaja akan diikuti dengan meningkatnya
aktivitas seksual pada usia-usia dini. 3 Media informasi
Teknologi saat ini yang semakin canggih seperti, internet, majalah, atau televisi, membuat penyebaran informasi dan
rangsangan seksual melalui media massa menjadi lebih mudah. Remaja memiliki sikap cenderung ingin tahu, ingin mencoba-coba,
dan ingin meniru apa yang dilihat atau didengarnya. Padahal, informasi yang didapatkannya dari berbagai sumber termasuk teman
sebayanya belum tentu benar dan hanya sedikit remaja yang mau membicarakan informasi mengetahui masalah seksual yang
didapatkannya secara lengkap kepada orang tuanya. 4 Penundaan usia perkawinan
Norma-norma yang ada seperti agama, adat, atau hukum yang berlaku membuat batasan-batasan bagi remaja untuk menyalurkan
hasrat seksualnya dalam ikatan perkawinan yang sah. Misalnya saja, norma agama tidak memperbolehkan berhubungan seksual seperti
suami istri sebelum menikah. Tetapi, sepasang muda mudi secara hukum boleh menikah setelah laki-laki dan perempuan mencapai
batasan usia tertentu. Remaja yang tidak dapat menahan diri akan mempunyai kecenderungan melanggar larangan tersebut.
32
5 Orang tua Masih banyak orang tua yang menganggap seks adalah nafsu
dan bertentangan dengan moralitas yang ada. Hal ini mengakibatkan kurangnya komunikasi orang tua dengan anak terkait masalah seks.
Bahkan, orang tua yang tidak tahu cenderung menabukan pembicaraan tentang seks dan membuat jarak dengan anak.
Akibatnya, pengetahuan remaja tentang seksualitas sangat kurang. Padahal peran orang tua sangatlah penting, terutama dalam hal
pemberian pengetahuan tentang seksualitas. 6 Pergaulan semakin bebas
Gejala ini banyak terjadi di kota-kota besar karena kebebasan dalam pergaulan antar jenis dapat dengan mudah terjadi
dan disaksikan di kota-kota besar. Rex Forehand 1997 mengatakan bahwa semakin tinggi tingkat pemantauan orang tua terhadap anak
remajanya, semakin rendah kemungkinan perilaku menyimpang yang menimpa remaja. Selain itu, komunikasi dan tingkat
kepercayaan yang baik antara anak dengan orang tua membuat anak lebih mampu bercerita dengan orang tua dan orang tua dapat
memantau pergaulan anaknya. Dawson, Shih, Moor, dan Shrier 2008, melihat faktor yang
menyebabkan remaja terlibat dalam perilaku seksual dari segi tujuan remaja itu sendiri. Tujuan remaja terlibat dalam perilaku seksual dapat
dilihat dari beberapa aspek, yaitu aspek fisik, psikis, dan interpersonal.