Deskripsi Data Penelitian HASIL PENELITIAN
79
setiap variasi dari kelekatan memiliki hubungan dengan variasi dari perilaku seksual yang signifikan. Kekuatan hubungan tersebut dijadikan dasar untuk
menentukan bahwa kelekatan dapat menjadi prediktor untuk perilaku seksual. Senada dengan penelitian Feeney, Paulk Zayack 2013 juga melakukan hal
yang serupa yaitu memecah variabel kelekatan dan perilaku seksual menjadi beberapa variasi. Paulk Zayack 2013 memecah variabel kelekatan menjadi
kelekatan cemas dan kelekatan menghindar. Variabel perilaku seksual berisiko dipecah menjadi usia pertama kali melakukan seks, jumlah pasangan,
penggunaan kondom, dan tindakan-tindakan yang meningkatkan risiko dalam seks. Variabel-variabel tersebut kemudian diregresikan secara linear dan
hasilnya signifikan. Berdasarkan hasil studi literatur tersebut, peneliti menarik sebuah
kesimpulan lain bahwa jumlah variasi pada variabel bebas maupun variabel dependen yang diikutsertakan dalam analisis regresi, membawa pengaruh
yang signifikan terhadap daya prediksi yang dihasilkan. Dengan kata lain, pada penelitian ini, untuk memprediksi perilaku seksual pada remaja tidak
cukup hanya dengan menambah jumlah subjek dan melihat kelekatan ibu-anak saja, akan tetapi perlu melihat variasi lain dari kelekatan dengan ibu supaya
variabel kelekatan terhadap ibu dapat benar-benar memprediksi perilaku seksual pada masa remaja.
Kemudian, uji hipotesis yang kedua menunjukan bahwa tidak ada korelasi antara kelekatan terhadap ibu dengan perilaku seksual pada remaja
yang berusia 10 sampai 18 tahun. Peneliti melihat bahwa kegagalan hipotesis
80
disebabkan karena data yang diberikan subjek yang berusia 10 sampai 18 tahun terkait variabel perilaku seksual kurang valid. Melalui hasil pengamatan
ketika peneliti mengambil data penelitian, peneliti menemukan cukup banyak subjek yang memberikan respon negatif ketika mengisi skala perilaku seksual
terutama pada subjek SMP. Ekspresi mereka menunjukkan bahwa mereka enggan untuk memberikan jawaban jujur karena malu dan mereka
menganggap hal tersebut tidak pantas. Hal ini mengakibatkan ada subjek yang tidak mau mengisi skala atau subjek yang tidak jujur dan cenderung mengarah
pada jawaban yang sesuai dengan norma masyarakat social desirability. Dalam tabel 2 terlihat bahwa hanya dua data dari subjek SMP yang dapat
digunakan. Bahkan, di beberapa sekolah yang menjadi tempat pengambilan data penelitian, menolak untuk mengizinkan peneliti membagikan angket
penelitian apabila skala perilaku seksual tidak dihilangkan sehingga variasi subjek berkurang. Kejadian serupa ternyata juga dialami oleh peneliti lain
yang melakukan penelitian terkait perilaku seksual Viasti, 2014. Hal ini membuktikan bahwa seksualitas masih menjadi topik yang tabu untuk
diperbincangkan pada masyarakat di Indonesia. Padahal, berdasarkan deskripsi data terhadap variabel perilaku seksual diperoleh mean empirik yang
lebih besar dari mean teoritis. Hal ini berarti remaja di bawah 18 tahun memiliki kecenderungan untuk melakukan perilaku seksual.
Uji hipotesis yang ketiga menunjukkan bahwa ada korelasi negatif antara kelekatan terhadap ibu terhadap perilaku seksual pada remaja yang
berusia 19 sampai 22 tahun. Hal ini mendukung penelitan dari Kobak, Herres,