Pengertian Tempat Jumlah Tempat Hiburan

Pemerintah provinsi sebagai daerah otonom, telah memberikan wewenang yang lebih luas kepada Kabupaten Kota untuk mengatur dan mengembangkan potensi dan sumber daya yang ada di daerah, termasuk diantaranya wewenang pengaturan dalam bidang sector kepariwisataan. Dalam hal ini Pemerintah Kota Surabaya khususnya Dinas Pariwisata memiliki tugas sebagai pembina terhadap obyek-obyek wisata di Surabaya membutuhkan respon balik yang positif dalam mensosialisasikan Peraturan Daerah dan Surat Keputusan Walikota tentang usaha kepariwisataan. Usaha Rekreasi dan Hiburan Umum di Kota Surabaya dari waktu ke waktu telah menunjukkan perkembangan yang signifikan dengan bertumbuhnya jumlah tempat-tempat hiburan seperti Karaoke Keluarga, Karaoke Dewasa, Salon, Acara Musik atau Konser musik Gelanggang permainan dan lain-lain. Baik secara kualitatif maupun kuantitatif, sehingga diharapkan dapat berlangsung secara bertahap dan mencapai sasaran yang optimal. Anonim, 2004 : 5-6 2.2.7.2. Subyek Pajak Hiburan Subyek pajak hiburan dalam arti yang menanggung pajak adalah orang pribadi atau badan yang menonton atau menikmati hiburan. Secara sederhana subyek pajak adalah konsumen yang menikmati hiburan. Dengan demikian setiap konsumen, selain membayar tiket hiburan, diwajibkan pula membayar Pajak Hiburan kepada penyelenggara.

2.2.7.3. Obyek Pajak Hiburan

Obyek Pajak Hiburan adalah Penyelenggaraan hiburan atau tempat hiburan itu sendiri dengan dipungut bayaran. Obyek Pajak Hiburan meliputi berbagai Jenis Hiburan. Dengan demikian, Obyek Pajak Hiburan meliputi : A. Pertunjukan Film; B. Pertunjukan Kesenian; C. Pertunjukan Pagelaran; D. Penyelenggaraan Diskotik, musik hidup, karaoke, klab malam, ruang musik, balai gita singing hall, pub, ruang selesa musik, klub eksekutif, dan sejenisnya. E. Permainan Bilyard, Bowling; F. Permainan Ketangkasan, termasuk mesin keping dan sejenisnya; G. Panti Pijat, mandi uap, usaha Kebugaran jasmani; H. Pertandingan Olah Raga; I. Penyelenggaraan tempat-tempat Wisata, taman rekreasi, seluncur, kolam pemancingan, kolam renang, pasar malam, sirkus dan sejenisnya; J. Rental kaset VCD dan sejenisnya; K. Pertunjukan dan keramaian umum lainnya. Pada beberapa daerah, obyek pajak hiburan diperluas menjadi termasuk pelayanan yang disediakan pada tempat hiburan, termasuk penjualan makanan dan minuman. Pada Pajak Hiburan, tidak semua penyelenggaraan hiburan dikenakan pajak. Yaitu penyelenggaraan hiburan yang tidak dipungut bayaran, seperti hiburan yang diselenggarakan dalam rangka pernikahan, upacara adat, dan kegiatan keagamaan. Siahaan, 2005 : 300 Dalam pemungutan Pajak Hiburan, dengan semakin bertambah dan banyaknya tempat hiburan yang ada di Surabaya, yang menjadi obyek pajak atau Jumlah Tempat Hiburan yang kena pajak. Maka diharapkan potensi pemungutan terhadap Pajak Hiburan akan semakin besar pula, yang berarti bahwa penerimaan pajak untuk Kota Surabaya akan semakin besar, tentu saja hal tersebut akan menyebabkan pendapatan pajak untuk Kota Surabaya ikut meningkat.

2.3. Kerangka Pikir

Pajak adalah peralihan kekayaan dari sector swasta ke sector pemerintah, berdasarkan peraturan-peraturan yang dapat dipaksakan dan mengurangi income anggota masyarakat yang digunakan untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran negara. Titik berat atau fokus pemanfaatan pajak selalu berbeda dari waktu ke waktu. Reformasi perpajakan tahun 2000 ditempuh sebagai upaya mengoptimalkan potensi pajak dalam menopang