Pada beberapa daerah, obyek pajak hiburan diperluas menjadi termasuk pelayanan yang disediakan pada tempat hiburan, termasuk penjualan
makanan dan minuman. Pada Pajak Hiburan, tidak semua penyelenggaraan hiburan dikenakan
pajak. Yaitu penyelenggaraan hiburan yang tidak dipungut bayaran, seperti hiburan yang diselenggarakan dalam rangka pernikahan, upacara adat, dan
kegiatan keagamaan. Siahaan, 2005 : 300
Dalam pemungutan Pajak Hiburan, dengan semakin bertambah dan banyaknya tempat hiburan yang ada di Surabaya, yang menjadi obyek pajak
atau Jumlah Tempat Hiburan yang kena pajak. Maka diharapkan potensi pemungutan terhadap Pajak Hiburan akan semakin besar pula, yang berarti
bahwa penerimaan pajak untuk Kota Surabaya akan semakin besar, tentu saja hal tersebut akan menyebabkan pendapatan pajak untuk Kota Surabaya ikut
meningkat.
2.3. Kerangka Pikir
Pajak adalah peralihan kekayaan dari sector swasta ke sector pemerintah, berdasarkan peraturan-peraturan yang dapat dipaksakan dan
mengurangi income anggota masyarakat yang digunakan untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran negara. Titik berat atau fokus pemanfaatan pajak
selalu berbeda dari waktu ke waktu. Reformasi perpajakan tahun 2000 ditempuh sebagai upaya mengoptimalkan potensi pajak dalam menopang
Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara periode tahun 2000 dan
seterusnya. Soemitro R 1992 : 53
Penerimaan Pajak Hiburan dapat diartikan sebagai pemasukan keuangan dari wajib pajak kepada pemerintah daerah yang digunakan sebagai
sumber pembangunan daerah. Penerimaan pajak hiburan diharapkan setiap tahunnya mengalami peningkatan,karena Pajak Hiburan telah memberikan
sumbangan terbesar bagi penerimaan Pendapatan Daerah. Dimana dalam penerimaan Pajak Hiburan ini dipengaruhi oleh variabel pendapatan perkapita,
tingkat inflasi dan jumlah tempat hiburan. Retribusi Parkir adalah pungutan yang dikenakan atas penyediaan jasa
pelayanan parkir bagi bagi kendaraan angkutan orang atau barang yang memanfaatkan parkir di tepi jalan umum atau tempat khusus parkir. Dimana
dalam penerimaan Retribusi Parkir ini juga dapat dipengaruhi oleh variabel pendapatan perkapita, tingkat inflasi, jumlah tempat hiburan.
Anonim, 1998 : 5
Dalam penerimaan pajak hiburan dan retribusi parkir di kota Surabaya, dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya pendapatan perkapita, tingkat
inflasi, dan jumlah tempat hiburan Faktor yang pertama adalah pendapatan perkapita, dimana
Pendapatan perkapita seringkali digunakan sebagai ukuran tingkat kesejahteraan masyarakat. Apabila jumlah pendapatan perkapita meningkat
maka frekuensi kemampuan masyarakat untuk mengunjungi tempat hiburan