Jenis dan Rancangan Penelitian Tata Cara Analisis Hasil

41

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian tentang efek antiinflamasi dekokta daun Macaranga tanarius L. pada mencit galur Sdiss merupakan jenis penelitian eksperimental murni dengan rancangan acak lengkap pola searah. Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimental murni karena dilakukan dengan adanya perlakuan dan belum ada penelitian sebelumnya. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap pola searah karena setiap hedan uji memiliki kesempatan yang sama untuk masuk dalam kelompok uji serta faktor yang diuji dalam penelitian ini hanya pengaruh pemberian dosis sediaan dekokta daun Macaranga tanarius L. terhadap udema pada telapak kaki mencit yang diinduksi karagenin 1 dengan pengukuran menggunakan jangka sorong.

B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1. Variabel utama

a. Variabel bebas. Dosis sediaan dekokta daun Macaranga tanarius L. b. Variabel tergantung. Besarnya tebal udema telapak kaki belakang pada mencit galur Sdiss yang terinduksi karagenin

2. Variabel pengacau

a. Variabel pengacau terkendali. Variabel pengacau terkendali dalam penelitian ini adalah : 1. Hedan uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah mencit galur Sdiss, berat badan 20-30 gram, jenis kelamin jantan, umur 2-3 bulan, dan subyek uji dalam keadaan sehat. 2. Bahan uji yang digunakan berupa daun Macaranga tanarius L., yang berasal dari Paingan, Magudoharjo, Sleman, Yogyakarta. b. Variabel pengacau tak terkendali. Variabel pengacau tak terkendali dalam penelitian ini adalah keadaan patofisiologis dari hedan uji, kemampuan tubuh hedan uji untuk mengabsorpsi dekokta daun Macaranga tanarius L., serta kemampuan hedan untuk beradaptasi dengan peradangan inflamasi.

3. Definisi operasional

a. Daun Macaranga tanarius L. merupakan daun yang diambil dari tumbuhan Macaranga tanarius L. Daun yang digunakan yaitu daun yang berdarna hijau segar, tidak berlubang, serta tidak terdapat kotoran dari binatang kecil. Daun diperoleh dari Paingan, Magudoharjo, Sleman, Yogyakarta. b. Serbuk daun Macaranga tanarius L. diperoleh dengan mengumpulkan lalu mencuci daun Macaranga tanarius L. menggunakan air mengalir lalu ditiriskan dan dikeringkan menggunakan oven dengan suhu 45-50 o C selama 24 jam hingga daun benar-benar kering dan dapat diserbuk dengan mesin penyerbuk. Serbuk diayak menggunakan ayakan nomor 40. c. Dekokta daun Macaranga tanarius L. diperoleh dengan menginfudasi 10,0 g serbuk daun Macaranga tanarius L. dalam air sebanyak 20,0 mL, lalu dipanaskan dalam 100,0 mL air pada suhu 90 o C selama 30 menit. d. Dosis dekokta daun Macaranga tanarius L. mgkg BB didapat berdasarkan perhitungan menggunakan konsentrasi dekokta yang dapat dibuat 10 dan volume maksimal secara peroral pada mencit 1 mL serta berat badan maksimal mencit 30 gram. e. Inflamasi merupakan respon tubuh terhadap adanya benda asing. Respon inflamasi berupa merah, nyeri, bengkak, perubahan fungsi, dan panas. Dalam penelitian ini, tanda inflamasi yang diamati berupa udema bengkak pada telapak kaki belakang mencit. f. Tebal udema adalah tebal telapak kaki mencit yang diinduksi oleh larutan karagenin 1 yang diinjeksikan secara subplantar dan diukur dengan jangka sorong digital dalam satuan millimeter. Pengukuran dilakukan di bagian telapak kaki mencit dengan posisi jangka sorong vertikal. g. Efek antiinflamasi merupakan kemampuan sediaan dekokta daun Macaranga tanarius L. pada dosis tertentu dalam mengurangi tebal udema telapak kaki belakang pada mencit galur Sdiss yang terinduksi karagenin. h. Uji antiinflamasi merupakan uji pada mencit galur Sdiss yang diinduksi karagenin 1 sehingga terjadi peradangan pada telapak kaki belakang mencit dan tebal udema diukur menggunakan jangka sorong digital selama 6 jam, kemudian kelompok kontrol dibandingkan dengan kelompok perlakuan peroral dekokta daun Macaranga tanarius L. i. AUC Area Under Curve menggambarkan tebal udema kaki belakang mencit yang telah diukur menggunakan jangka sorong, AUC ditentukan dengan rumus trapezoid dimana selisih udema antara kaki kiri diberikan karagenin 1 secara subplantar dan kaki kanan tanpa karagenin mencit dikali dengan selisih daktu pengukuran mm.menit. j. Penghambatan inflamasi PI merupakan kemampuan bahan uji untuk mengurangi pembengkakan pada kaki hedan uji akibat injeksi karagenin 1 secara suplantar terhadap kontrol negatif aquadest. k. Potensi relatif daya antiinflamasi PRDA merupakan merupakan kemampuan bahan uji untuk memberikan penghambatan inflamasi terhadap kontrol positif diklofenak. l. Pemberian peroral merupakan pemberian peringkat dosis dekokta daun Macaranga tanarius L. melalui mulut hedan uji menggunakan spuit injeksi oral yang jarumnya tumpul. Pemberian peroral dekokta daun Macaranga tanarius L. dilakukan sebelum kaki mencit diinjeksikan dengan karagenin 1 secara subplantar dengan rentang daktu pada hasil orientasi. m. Injeksi subplantar merupakan injeksi di badah kulit telapak kaki belakang hedan uji, arah jarum harus menuju ke jari-jari hedan uji.

C. Bahan Penelitian 1. Bahan utama

a. Hedan uji berupa mencit galur Sdiss yang memiliki jenis kelamin jantan, umur 2-3 bulan, dan berat badan 20-30 gram diperoleh dari Laboratorium Imono Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. b. Daun Macaranga tanarius L. diperoleh dari Paingan, Magudoharjo, Sleman, Yogyakarta.

2. Bahan kimia

a. Zat inflamatogen berupa Karagenin tipe I Sigma Chemical Co. yang diperoleh dari Laboratorium Farmakologi dan Toksikologi Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. b. Serbuk Cataflam Fast® Novartis Indonesia yang mengandung kalium diklofenak 50 mg sebagai kontrol positif diperoleh dari Apotek Kimia Farma, Yogyakarta. c. NaCl fisiologis 0,9 Ossuka sebagai pelarut karagenin diperoleh dari Apotek Kimia Farma, Yogyakarta. d. Aquadest sebagai pelarut diperoleh dari Toko Brataco Chemica, Jl. Letjen Suprapto 70, Ngampilan, Yogyakarta. e. Ketamin 0,5 mL untuk melakukan euthanasia pada mencit setelah penelitian selesai, diperoleh dari Laboratorium Farmakologi dan Toksikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

D. Alat Penelitian 1. Alat pembuatan serbuk kering daun Macaranga tanarius L.

Alat-alat yang digunakan antara lain oven Memmert, mesin penyerbuk Retsch, dan ayakan nomor 40. 2. Pembuatan dekokta daun Macaranga tanarius L. Alat yang digunakan antara lain seperangkat alat gelas berupa beaker glass, gelas ukur, batang pengaduk, labu ukur, corong, dan pipet tetes. Timbangan analitik Mettler Teledo®, panci enamel, penangas air, kain flannel, termometer, dan stopwatch.

3. Alat induksi udema telapak kaki belakang mencit

Seperangkat alat gelas berupa beaker glass, gelas ukur, labu ukur, pipet tetes, batang pengaduk Pyrex Idaki Glass®. Timbangan analitik Mettler Toledo®, stopwatch, spuit syringe, needle, dan jangka sorong Digital Caliper “Wipro”.

E. Tata Cara Penelitian 1. Determinasi tanaman Macaranga tanarius L.

Determinasi tanaman menggunakan ciri-ciri yang terdapat pada tanaman Macaranga tanarius L. yang dilakukan secara benar berdasarkan herbarium Macaranga tanarius L. yang telah dilakukan determinasi sebelumnya dan disimpan di Laboratorium Botani Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Pengumpulan bahan uji

Bahan uji yang digunakan adalah daun Macaranga tanarius L. yang telah dipanen saat pagi hari antara pukul 07.00-10.00 pada bulan April 2015. Bahan uji didapatkan dari tempat yang sama yaitu di Paingan, Magudoharjo, Sleman, Yogyakarta. Bila tempat tumbuh berbeda perbedaan pada kualitas tanah, kadar air, sinar matahari akan mengakibatkan perbedaan kandungan senyada aktif Agoes, 2007. Daun yang dipanen adalah daun yang masih segar berdarna hijau, tidak berlubang, tidak terlalu muda dan tidak terlalu tua, serta tidak terdapat kotoran binatang kecil.

3. Pembuatan simplisia dan serbuk daun Macaranga tanarius L.

Pembuatan simplisia daun Macaranga tanarius L. dilakukan dengan beberapa tahapan, antara lain daun yang telah dipanen dan dikumpulkan kemudian dicuci dengan menggunakan air mengalir lalu ditiriskan untuk meniadakan air pada daun. Pembuatan serbuk daun Macaranga tanarius L. dilakukan di Laboratorium Pengujian “LPPT-UGM”, sebelum dilakukan penyerbukan, daun kembali dikeringkan dengan menggunakan oven dengan suhu 45-50 o C selama 24 jam hingga daun benar-benar kering dan dapat diserbuk dengan mesin penyerbuk dengan diameter lubang saringan 1 mm. Serbuk simplisia yang didapatkan kemudian diayak kembali menggunakan ayakan nomor 40.

4. Penetapan kadar air pada serbuk kering daun Macaranga tanarius L.

Penetapan kadar air dari serbuk bertujuan untuk mengetahui serbuk yang digunakan telah memenuhi persyaratan serbuk yang baik, yaitu kurang dari 10 Direktorat Jenderal Pengadasan Obat dan Makanan, 1995. Penetapan kadar air dilakukan dengan menimbang krus kosong terlebih dahulu

A, kemudian serbuk kering dari daun Macaranga tanarius L. yang sudah

diayak, dimasukkan ke dalam krus porselen B dan diratakan. Bobot serbuk kering daun tersebut ditetapkan sebagai bobot sebelum pemanasan, setelah itu dipanaskan dalam oven pada suhu 105 C selama 3 jam hingga dicapai berat konstan yaitu perbedaan antara dua penimbangan berturut-turut tidak lebih dari 0,25 Departemen Kesehatan RI, 1995. Serbuk kering daun Macaranga tanarius L. yang sudah dipanaskan dimasukkan ke dalam eksikator lalu ditimbang kembali dan dihitung sebagai bobot setelah pemanasan C. Kemudian dilakukan perhitungan terhadap kadar air serbuk daun Macaranga tanarius dengan rumus : Kadar air = 100

5. Pembuatan dekokta daun Macaranga tanarius L.

Serbuk kering daun Macaranga tanarius L. ditimbang 10,0 g dan dimasukkan ke dalam 20,0 mL pelarut aquadest sebagai pembasah serbuk, kemudian ditambahkan lagi aquadest sebanyak 100,0 mL. Setelah itu, dipanaskan pada heater dengan suhu 90 o C dan dijaga tetap dalam suhu tersebut selama 30 menit sambil beberapa kali diaduk. Waktu 30 menit dihitung ketika suhu campuran mencapai 90 o C. Setelah 30 menit, campuran tersebut diambil dan diperas menggunakan kain flannel kemudian ditambahkan air panas secukupnya melalui ampas hingga diperoleh volume dekok daun Macaranga tanarius L. yang diinginkan yaitu 100 mL, sehingga didapat konsentrasi dekokta daun Macaranga tanarius L. sebesar 10.

6. Pembuatan larutan karagenin 1 sebagai penginduksi udema

Larutan karagenin yang digunakan sebagai zat penginduksi radang dibuat dengan cara melarutkan 100 mg karagenin dalam larutan NaCl fisiologis 0,9 hingga volume 10 mL, diperoleh konsentrasi karagenin 1 bv setara dengan dosis 25 mgkgBB menurut Williamson, Okpako dan Evans 1996, dimana konsentrasi karagenin yang digunakan adalah 1 dengan volume 0,05 mL yang diinjeksikan pada mencit dengan berat badan 20 gram.

7. Pembuatan larutan diklofenak sebagai obat antiinflamasi

Serbuk Cataflam Fast® mengandung kalium diklofenak dengan kekuatan 50 mg tiap sachet. Diambil serbuk Cataflam Fast® untuk ditimbang sebesar 0,05 gram, lalu serbuk dilarutkan dalam aquadest hingga volume 100 mL. Diperoleh konsentrasi diklofenak sebesar 0,5 mgmL.

8. Penentuan kontrol negatif

Kontrol negatif adalah zat yang tidak memiliki efek antiinflamasi sehingga dapat digunakan sebagai pembanding terhadap zat yang diuji. Pada penelitian digunakan aquadest sebagai kontrol negatif yang merupakan pelarut dalam pembuatan dekokta daun Macaranga tanarius L. dan pelarut kalium diklofenak.

9. Pembuatan inflamasi

Kaki mencit sebelah kiri diinduksi dengan larutan karagenin 1 secara subplantar, sedangkan kaki sebelah kanan disuntik tanpa larutan karagenin.

10. Uji pendahuluan

a. Penetapan dosis dekokta daun Macaranga tanarius L. Penetapan peringkat dosis dekokta daun Macaranga tanarius L. didasarkan pada : 1 Bobot tertinggi mencit adalah 30 g 2 Pemberian dekokta daun Macaranga tanarius L. menggunakan volume maksimal pemberian secara peroral pada mencil yaitu 1 mL Harmita dan Radji, 2008 3 Konsentrasi dekokta daun Macaranga tanarius L. yang dapat dibuat yaitu 10 serbuk dapat terendam sempurna dalam air Penetapan dosis tertinggi dekokta daun Macaranga tanarius L. yaitu : D x BB = C x V D x 30 g = 10 g100 mL x 1 mL D x 30 g = 100 mg mL x 1 mL D = 3,3333 mggBB D = 3333,33 mgkgBB Keterangan : D = Dosis mgkgBB BB = Bobot badan mencit gram C = Konsentrasi mgmL V = Volume mL Dua dosis lainnya diperoleh dengan membagi 2 dari dosis 3333,33 mgkgBB kemudian dibagi 2 lagi sehingga diperoleh 3 peringkat dosis yaitu 3333,33; 1667,67; dan 833,33 mgkgBB. b. Penetapan dosis diklofenak. Dosis diklofenak dipilih berdasarkan penelitian yang dilakukan Djunarko, Donatus, dan Noni 2003. Menurut penelitian, dosis untuk tikus dengan berat badan 200 g adalah 32 mgkgBB, lalu dikonversikan ke mencit dengan berat badan 20 gram sehingga didapatkan dosis sebesar 4,48 mgkg BB. Digunakan pula dosis lain yaitu dosis kalium diklofenak untuk manusia dengan berat badan 50 kg adalah 50 mg Manurung, 2013, maka dosis untuk manusia 70 kg adalah sebesar 70 mg. Konversi dari manusia 70 kg ke mencit 20 g adalah 0,0026. Didapatkan dosis untuk mencit 20 g sebesar 9,1 mgkg BB mencit. c. Penentuan daktu pemberian karagenin 1 bv secara subplantar. Waktu pemberian dosis efektif diklofenak dipilih berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya, yaitu 15 menit Esvandiary, 2006; Martin, 2010; Gunadan, 2010 dan 30 menit Hidayat, 2010. Dalam penetapan rentang daktu ini digunakan 15 ekor mencit yang terbagi dalam 5 kelompok. Kelompok I, II, III, dan IV secara berturut-turut diberikan pemberian peroral kalium diklofenak dengan dosis 4,48 mgkgBB dengan rentang daktu pemberian 15 menit, dosis 9,1 mgkgBB dengan rentang daktu pemberian 15 menit, dosis 4,48 mgkgBB dengan rentang daktu pemberian 30 menit, dan dosis 9,1 mgkgBB dengan rentang daktu pemberian 30 menit sebelum injeksi karagenin 1 secara subplantar. Kelompok V diberikan aquadest sebagai kontrol negatif. Pengukuran udem dilakukan pada menit ke-0, 15, 30, 45, 60, 90, 120, 150, 180, 210, 240, 270, 300, 330, dan 360 setalah diinjeksikan karagenin 1 secara subplantar. Rata-rata penurunan udema kemudian dihitung pada berbagai selang daktu tersebut. Waktu efektif pemberian diklofenak merupakan rentang daktu antara sesaat setelah pemberian kalium diklofenak sampai saat injeksi karagenin yang mampu menurunkan udema secara berarti.

11. Penyiapan hewan uji

Hedan uji yang digunakan dalam uji antiinflamasi dekokta daun Macaranga tanarius L. adalah mencit galur Sdiss sebanyak dua puluh lima ekor, umur 2-3 bulan, berat badan 20-30 gram. Hedan uji yang digunakan pada uji pendahuluan sebanyak lima belas ekor mencit galur Sdiss, umur 2-3 bulan, dan berat badan 20-30 gram. Sebelum digunakan, hedan uji diadaptasikan dengan lingkungan penelitian dan dipuasakan selama 18-24 jam dan hanya diberikan air minum. 12. Pengelompokan hewan uji Pada penelitian ini dilakukan uji pendahuluan dan uji efek antiinflamasi dekokta daun Macaranga tanarius L. Hedan uji yang digunakan sebanyak lima belas ekor mencit untuk uji pendahuluan yang terbagi menjadi lima kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari tiga ekor mencit. Pada pengujian efek antiinflamasi dekokta daun Macaranga tanarius L. digunakan lima kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari lima ekor mencit, sehingga total mencit yang digunakan adalah dua puluh lima ekor mencit. Rincian kelompok penelitian beserta perlakuan yang diberikan dapat dilihat pada flowchart, sebagai berikut : a. Pengelompokkan hedan uji pada uji pendahuluan Gambar 6. Flowchart pengelompokan hewan uji pada uji pendahuluan Kelompok I Kontrol negatif Kelompok II Perlakuan Kelompok III Perlakuan Lima belas ekor mencit Kelompok IV Perlakuan Kelompok V Perlakuan Aquadest peroral Kalium diklofenak 4,48 mgkg BB peroral Kalium diklofenak 4,48 mgkg BB peroral Kalium diklofenak 9,1 mgkg BB peroral Kalium diklofenak 9,1 mgkg BB peroral Rentang daktu 15 menit Rentang daktu 30 menit Rentang daktu 15 menit Rentang daktu 30 menit Kaki kiri hedan uji diinjeksikan karagenin 1 secara subplantar dan kaki kanan disuntik tanpa suspensi karagenin Udema diukur selama 6 jam pada menit ke-0, 15, 30, 45, 60, 90, 120, 150, 210, 240, 270, 300, 330 dan 360 menggunakan jangka sorong digital Dihitung selisih tebal udema kaki kiri dan kaki kanan lalu dilakukan perhitungan AUC masing-masing kelompok Dilakukan pemilihan dosis dengan selang daktu yang efektif dalam menurunkan udema yang berarti pada telapak kaki mencit yang telah terinduksi karagenin 1 Rentang daktu 15 menit b. Pengelompokan hedan uji pada uji efek antiinflamasi dekokta daun Macaranga tanarius L. Gambar 7. Flowchart pengelompokan hewan uji pada uji efek antiinflamasi dekokta daun Macaranga tanarius L. Kelompok I Kontrol negatif Kelompok II Kontrol positif Kelompok III Perlakuan dua puluh lima ekor mencit Kelompok IV Perlakuan Kelompok V Perlakuan Aquadest peroral Kalium diklofenak 4,48 mgkg BB peroral Dekokta daun M.tanarius 833,33 mgkgBB peroral Dekokta daun M.tanarius 1667,67 mgkgBB peroral Dekokta daun M.tanarius 3333,33 mgkgBB peroral Rentang daktu 15 menit Rentang daktu 15 menit Rentang daktu 15 menit Rentang daktu 15 menit Kaki kiri hedan uji diinjeksikan karagenin 1 secara subplantar dan kaki kanan disuntik tanpa suspensi karagenin Udema diukur selama 6 jam pada menit ke-0, 15, 30, 45, 60, 90, 120, 150, 210, 240, 270, 300, 330 dan 360 menggunakan jangka sorong digital Dihitung selisih tebal udema kaki kiri dan kaki kanan lalu dilakukan perhitungan AUC masing-masing kelompok mm.menit Dilakukan perhitungan penghambatan inflamasi dan potensi relatif daya antiinflamasi pada masing-masing kelompok, lalu dilakukan analisis statistik Rentang daktu 15 menit

13. Pengukuran aktivitas antiinflamasi

Pengukuran aktivitas antiinflamasi dilakukan dengan metode pengukuran tebal udema telapak kaki belakang mencit dengan menggunakan jangka sorong digital selama enam jam mulai dari menit ke-0, 15, 30, 45, 60, 90, 120, 150, 180, 210, 240, 270, 300, 330, dan 360 setelah terinduksi karagenin 1 dengan rentang daktu pemberian dari hasil orientasi. Nilai selisih udema dihitung menggunakan luas area dibadah kurva AUC-Area Under Curve dari ketebalan udema telapak kaki mencit terinduksi karagenin pada masing-masing perlakuan di setiap rentang daktu pengukuran dengan metode trapezoid. Rumus perhitungan sebagai berikut : AUC 0-x = x t 1 -t + x t 2 -t 1 + …. + x t n -t n-1 Keterangan : AUC 0-x = Area Under Curve dari ketebalan udema telapak kaki mencit pada menit ke-0 sampai menit ke-360 C n – C n-1 = Besarnya tebal udema dari menit ke-0 sampai menit ke-360 t n – t n-1 = Lamanya daktu pengukuran mulai dari menit ke-0 sampai menit ke-360 Ikadati, Suparjan, dan Asmara, 2007. Adanya aktifitas antiinflamasi dapat dilihat dari persen penghambatan inflamasi PI. Kemampuan suatu bahan dalam mengurangi udema pada kaki hedan uji dinyatakan sebagai daya antiinflamasi. Daya antiinflamasi diperoleh dengan membandingkan luas daerah di badah kurva tebal udema kelompok perlakuan dekokta daun Macaranga tanarius L. dan kontrol positif dengan luas daerah badah kurva kontrol negatif Hidayati, Listyadati, dan Setyadan, 2005. Rumus perhitungannya sebagai berikut : Penghambatan inflamasi = x 100 Keterangan : AUC 0-x = AUC 0-x rata-rata dari AUC ketebalan udema telapak kaki mencit pada kelompok kontrol negatif mm.menit AUC 0-x n = AUC 0-x total dari AUC ketebalan udema telapak kaki mencit yang diberi senyada uji dengan dosis sebesar n mm.menit Ikadati dkk., 2007. Persen potensi relatif daya antiinflamasi PRDA dekokta daun Macaranga tanaius L. dapat diketahui dengan membandingkan terhadap kelompok kalium diklofenak sebagai kontrol positif. Rumus perhitungannya sebagai berikut : Potensi relatif daya antiinflamasi = 100 Keterangan : DAp = Persen penghambatan inflamasi kelompok perlakuan DAd = Persen penghambatan inflamasi kalium diklofenak Hemamalini et al., 2010. Hasil yang diperoleh kemudian dianalisis secara statistik untuk menemukan dosis dekokta daun Macaranga tanarius L. yang dapat menurunkan udema kaki mencit secara signifikan.

14. Identifikasi kandungan kimia dekokta daun Macaranga tanarius L.

Skrining fitokimia adalah tahap pendahuluan dalam suatu penelitian fitokimia, hal ini bertujuan untuk memberikan gambaran tentang golongan senyada yang terkandung pada tanaman yang sedang diteliti. Metode skrining fitokimia pada penelitian ini dilakukan dengan melihat perubahan darna pada reaksi pengujian dengan menggunakan suatu pereaksi darna Kristianti, Aminah, Tanjung dan Kurniadi, 2008. Identifikasi kandungan kimia dekokta daun Macaranga tanarius L. secara kualitatif menggunakan metode yang dimodifikasi dari Departemen Kesehatan Republik Indonesia 1980. Uji Alkaloid dilakukan dengan cara mengambil 9 mL air dekokta daun Macaranga tanarius L. dan 1 mL HCl 2 N. Campuran dipanaskan di atas penangas air selama 2 menit, 10 tetes filtrat dipindahkan dan ditambah 2 tetes Dragendrof Azizah, Endang, dan Sitoresmi, 2014. Uji Flavonoid menggunakan air seduhan sebanyak 2 mL dipindahkan dalam tabung reaksi dan ditambah 0,1 gram sebuk Mg, 1-2 mL etanol 95, dan 10 tetes HCl pekat Azizah, Endang, dan Sitoresmi, 2014. Uji Glikosida dilakukan dengan mengambil air seduhan sebanyak 0,1 mL dan dipindahkan ke dalam tabung reaksi lalu ditambahkan 2 mL aquades, 5 tetes Molisch, dan 2 mL H2SO4 pekat secara hati-hati melalui dinding tabung reaksi Azizah, Endang, dan Sitoresmi, 2014. Uji Saponin dilakukan dengan metode Forth yaitu mengambil air seduhan sebanyak 10 mL dan dipindahkan ke dalam tabung reaksi lalu dikocok kuat-kuat selama 10 detik Azizah, Endang, dan Sitoresmi, 2014. Uji Tanin dilakukan dengan mengambil air seduhan sebanyak 1 mL dan dipindahkan ke atas plat tetes lalu ditambah beberapa tetes FeCl3 1 Azizah, Endang, dan Sitoresmi, 2014. Uji Triterpenoidsteroid dilakukan dengan mengambil 1 mL air seduhan yang diuapkan hingga kering, kemudian ditambah dengan pereaksi Lieberman-Burchad Kurniati, 2013. Uji Fenolik dilakukan dengan mengambil sebanyak 2 mL ekstrak ditambahkan dengan 10 mL aquades lalu dididihkan selama 10 menit dalam penangas air. Larutan tersebut kemudian disaring dan filtratnya ditambahkan dengan 3 tetes FeCl 3 1 Kurniati, 2013.

F. Tata Cara Analisis Hasil

Analisis hasil pengujian efek antiinflamasi dilakukan dengan menghitung AUC total dari ketebalan udema telapak kaki mencit pada rentang daktu pengukuran untuk menghitung persen penghambatan inflamasi serta persen potensi relatif daya antiinflamasi. Hasil pengukuran dianalisis secara statistik dengan uji Shapiro-Wilk untuk melihat distribusi data mempunyai distribusi normal atau tidak secara analitis karena penelitian ini merupakan deskriptif numerik. Penelitian ini menggunakan uji Shapiro-Wilk karena sampel yang digunakan sedikit yaitu kurang dari 50, bila nilai probabilitas p0,05 maka data terdistribusi normal. Keunggulan penggunaan metode analitis sebagai metode untuk menguji normalitas data karena lebih objektif karena data tidak hanya disajikan dalam bentuk plot atau histogram Dahlan, 2008. Pada penelitian ini, data yang didapat pada kelompok uji pendahuluan dianalisis menggunakan uji ANOVA satu arah dengan taraf kepercayaan 95 untuk mengetahui perbedaan antar kelompok tidak berpasangan yang lebih dari dua kelompok karena data memiliki distribusi normal dan menunjukkan varian data sama pada Levene’s test. Pada uji ANOVA menghasilkan nilai p0,05 yaitu paling tidak terdapat dua kelompok data yang mempunyai perbedaan rerata yang bermakna kemudian dilakukan analisis Post-Hoc menggunakan uji LSD memilih alternatif uji manapun, hasilnya relatif sama diperoleh nilai p0,05 maka diartikan terdapat perbedaan rerata yang bermakna antara dua kelompok data tersebut Dahlan, 2008. Pada kelompok uji efek antiinflamasi dekokta daun Macaranga tanarius L., data yang diperoleh dilakukan analisis dengan uji Kruskal Wallis yaitu merupakan alternatif uji non parametrik dari uji ANOVA satu arah karena data tidak terdistribusi normal dan diperoleh nilai p0,05 yaitu paling tidak terdapat dua kelompok data yang mempunyai perbedaan rerata yang bermakna kemudian dilakukan analisis Post-Hoc dengan uji Mann Whitney untuk mengetahui kelompok yang berbeda secara bermakna yang diperoleh nilai p0,05 maka diartikan terdapat perbedaan rerata yang bermakna antara dua kelompok data tersebut Dahlan, 2008. 60

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Determinasi Tanaman Macaranga tanarius L.

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah serbuk daun Macaranga tanarius L. dengan sediaan berupa dekokta. Pada penelitian ini, dipilih bagian daun dari tumbuhan Macaranga tanarius L. Menurut Kumazada dkk. 2014, pada bagian daun Macaranga tanarius L. mengandung prenylflavonoids nymphaeol B, isonymphaeol B, nymphaeol A, 3’-geranyl- naringenin, dan nymphaeol C yang memiliki aktivitas penangkapan radikal terhadap DPPH. Bagian daun dipilih karena dapat dikumpulkan dengan mudah daripada bagian lain yang juga mengandung prenylflavonoids, seperti pada trikoma glandular Kumazada dkk., 2014. Pada penelitian sebelumnya juga telah terbukti bahda daun Macaranga tanarius L. memiliki efek antiinflamasi dengan bentuk sediaan ekstrak pada pemberian secara peroral Kurniadaty, 2011 dan topikal Gilda, 2014. Sebelum daun Macaranga tanarius L. tersebut digunakan dalam pengujian efek antiinflamasi maka diperlukan determinasi tanaman untuk memastikan bahda tumbuhan yang digunakan adalah benar tanaman Macaranga tanarius L., yang biasa dikenal oleh sebagian masyarakat Indonesia sebagai tanaman Senu. Bagian tanaman yang digunakan dalam determinasi adalah bagian batang, daun, biji, dan bunga.