Penggunaan Media IPA pada Indikator Efektivitas Media IPA

116 memperoleh semua informasi pelajaran. Hal ini menyebabkan tingkat penggunaan media khususnya efektivitas media IPA adalah tinggi.

4.3.2.10 Penggunaan Media IPA pada Indikator Efisiensi

Media pembelajaran efisien merupakan media pembelajaran yang pelaksanaannya secara benar dan tepat. Indikator efisiensi media IPA, sebanyak 14 responden atau 77,78 dari total responden menyatakan penggunaan media IPA dalam proses pembelajaran mengakibatkan alokasi waktu pembelajaran bertambah hingga 15 menit dari jumlah jam pelajaran yang dijadwalkan. Hal ini mengakibatkan tingkat penggunaan media IPA khususnya efisiensi media IPA adalah sedang. Sisanya empat responden atau 22,22 dari total responden menyatakan penggunaan media IPA dalam proses pembelajaran tidak melebihi alokasi waktu pembelajaran yang telah ditentukan sesuai jadwal pelajaran. Berdasarkan pernyataan guru tersebut menyebabkan tingkat penggunaan media khususnya efisiensi media IPA adalah tinggi

4.3.2.11 Penggunaan Media IPA pada Indikator Penggunaan untuk Evaluasi Pembelajaran

Indikator penggunaan media IPA untuk evaluasi pembelajaran, sebanyak 16 responden atau 88,89 dari total responden tingkat penggunaan media IPA khususnya penggunaan media IPA saat evaluasi pembelajaran adalah rendah. Hal ini berarti ke-16 guru tidak menggunakan media saat evaluasi pembelajaran. Evaluasi dilaksanakan dengan pemberian soal tertulis. Sisanya dua responden atau 11,11 dari total responden, tingkat penggunaan media khususnya saat evaluasi pembelajaran adalah sedang. Artinya, kedua responden tersebut menggunakan media pada beberapa kegiatan evaluasi pembelajaran namun masuk pada 117 intensitas jarang karena hanya menggunakan media pada beberapa evaluasi pembelajaran, kurang dari separuh dari seluruh pertemuan dalam satu tahun ajaran. Temuan dari penelitian terkait ketersediaan media, bahwa tingkat kelengkapan media berada pada kategori interval sedang yang artinya masing- masing sekolah tidak memiliki enam jenis media yang telah distandarkan pemerintah sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2013. Hal ini tentu tidak mendukung proses pembelajaran IPA. Rasio jumlah media dengan jumlah siswa yang tidak sama, mengakibatkan penerapan metode ilmiah dalam proses pembelajaran IPA khususnya pada tahapan eksperimen menjadi tidak maksimal. Temuan lain dari penelitian ini yakni pada kondisi dan penggunaan media IPA yang keduanya berada pada kategori interval rendah. Berdasarkan pendapat Arsyad 2014: 9 terkait peranan media sebagai sesuatu yang digunakan untuk memperagakan materi pelajaran, dihadapkan dengan tingkat kelayakan media yang rendah membuat peranan media menjadi tidak efektif. Media yang seharusnya berguna untuk mengkonkretkan materi yang masih bersifat abstrak agar dapat dijangkau dengan pikiran yang sederhana, karena kondisi yang rusak menjadi tidak dapat digunakan. Sangat disayangkan terdapat beberapa media dengan kondisi yang masih layak digunakan namun tidak dimanfaatkan guru dalam proses pembelajaran IPA. Sebagian besar guru dari 18 guru kelas tinggi lebih sering menggunkan metode ceramah dalam penyampaian materi. Hal ini berdampak pada perolehan pengalaman belajar siswa yang terbatas yang berimplikasi pula pada tidak maksimalnya pencapaian tujuan pembelajaran yang telah dibuat.